Feeling 10 - Sedikit Tentangnya

1.5K 283 54
                                    

Kinal's POV

Aku duduk di kursi plastik di belakang panggung, menyeka keringat yang mengucur karena udara panas, sinar matahari juga sangat terik.

Semakin sore, acara hari ini semakin ramai. Bahkan penonton di depan panggung juga sudah mulai penuh. Walau yang tampil masih band-band indie.

"Udah dapet nggk Nal footage band yang tadi perform? Tanya Aldo, kubalas dengan anggukan.

"Yaudah lo istirahat dulu deh, biar gue yang ambil footage. Sini kameranya"

Ia mengambil kamera yang sejak tadi kupakai mengambil gambar. Membuatku bisa bernapas lega, setidaknya aku bisa beristirahat sejenak.

Aku mengambil satu gelas air mineral di kardus, merobek pinggiran kardus itu, lalu menjadikannya kipas.

"Nal, makan dulu"
Bang Ryan tiba-tiba datang, membawa satu kotak makanan. Aku tersenyum begitu melihat isinya. Hanya lauk pauk, tak ada nasi di dalamnya.

"Makasi ya Bang. Lo udah?"

"Udah, lo doang yang belom makan"

Aku mulai menikmati makanan dengan lahap. Memang tadi pagi aku hanya memakan roti, wajar jika makanan di pangkuanku cepat berkurang.

Drrt..drrtt....

Aku mengentikan acara makan, membuka pesan yang baru saja masuk di ponselku.

"Gue udah di luar Nal, deket loket"- Tasya

"Siapa Nal? Kok lo senyam senyum gitu?" Tanya Bang Ryan, membuatku buru-buru memasukkan kembali ponsel ke dalam saku.

"Temen gue"

Aku menghabiskan makan soreku dengan cepat, lalu beranjak dari dudukku. Tak menghiraukan Bang Ryan yang meneriakkiku karena meninggalkannya begitu saja.

Ramainya orang yang mengantre masuk ke dalam festival membuatku kesulitan memcari keberadaan Tasya. Cukup lama, hingga aku melihatnya berdiri di samping loket. Ia tengah bertedeuh di tenda.

"Sya..." panggilku

Ia langsung menghampiriku. Wajahnya terlihat begitu exited.

"Sori ya lama. Tadi gue makan dulu"

"Iya nggk apa-apa"

***
Tasya's POV

"Yaudah, masuk yuk" ajaknya. Ia meraih tanganku menuju pintu masuk.

Demi Tuhan, kenapa aku segugup ini? Padahal ia hanya memegang tanganku.

Aku terus mengikutinya sampai di pintu masuk, ia mempelihatkan id card miliknya. Panitia yang menjaga pintu mempersilahkan kami masuk, tanpa mngantre seperti yang lain.

Setiap panitia yang berlalu-lalang menyapanya, ditanggapi dengan senyum oleh Kinal.Ternyata dia memang orang yang irit bicara.

Ia membawaku ke salah satu booth yang menjual minuman.

"Santai di sini bentarlah ya, haus gue. Lo mau minum apa?" Tanyanya

"Samain aja kayak lo"

Setelah memesan, ia kembali menghampiriku. Duduk di kursi yang bersebrangan denganku.

"Sera jadi ke sini?"

"Jadi. Ntar jam lima paling udah di sini"

Ia mengangguk, mengalihkan pandangan pada orang-orang yang terlihat semakin ramai. Wajahnya terlihat lelah, tapi sama sekali tak mengurangi kadar manisnya.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang