7 Days - Day Three

790 100 8
                                    

Kinal's POV

Gue menatap awas orang-orang yang keluar dari gedung bercat putih itu, mencari keberadaan orang yang sudah satu jam gue dan Jeje tungguin.

"Emang lo yakin ini tempat lesnya? Jangan-jamgan bukan yang di cabang sini kali," ucap gue. Jeje keluar dari mobil, berdiri di samping gue.

"Enggak, emang di sini kok, yakin gue. Soalnya ponakan gue juga les di sini, jadi kenal sama mantan lo," balas Jeje. Gue kembali memperhatikan gerbang, siapa tau ada dia di sana.

"Naahhh itu tuh Nal itu!" Tunjuk Jeje heboh, gue langsung nengok ke arah yang dia tunjuk.
Bener aja, dia ada di sana lagi ngobrol sama temennya. Gue berdoa dalam hati, semoga kali ini nasib gue baik. Walau pun kemungkinannya sangat kecil, tapi tetep berdoa kan nggak ada salahnya.

"Je, doain gue ya. Walau pun gue nggak yakin Tuhan bakal nerima doa dari pendosa kayak lo," ucap Gue, seketika mendapat toyoran dari Jeje.

"Bangsat lo."

"Hahaha udah ah, gue nyamperin dia dulu."

Dengan kurang mantap gue berjalan ke halte dimana dia berdiri. Karena temennya yang tadi udah pergi, kasian dia sendiri, kayak jomblo.

"Hai, Kyla."

Gue bisa liat ekspresi terkejutnya dengan sangat jelas. Satu detik kemudian wajahnya langsung berubah jutek. Jutek banget. Dia ini sebelas dua belas sama Melody. Kalo Melody galak, Kyla ini jutek. Makanya dulu gue sempet heran, jangan-jangan mereka ini ada hubungan darah. Ternyata pas gue liat kartu keluarganya, enggak juga.

"Kyla, lagi nunggu jemputan ya?" Tanya gue, karena dia nggak gubris sapaan gue tadi.

"Nunggu ujan," jawabnya cuek, membuat gue terkekeh.

"Sensi amat sih, kan cuma nanya."

"Masa?"

"Iy-"

"Bodo!" Potongnya, membuat gue mendengus kesal kali ini.

"Kyla, pulang sama Kak Kinal yuk," ajak gue halus, dia natap gue dengan tatapan juteknya.

"Situ siapa ya?" Balasnya, lalu duduk di kursi belakang kami.

Ini anak nganggep gue angin kali ya, kasat mata, hanya terasa. Gue masih coba senyum manis, walau pun senyumnya dia lebih manis dikit. Ngomong-ngomong, ini anak kenapa jadi maken cakep gini ya? Gue jadi rada nyes.... ehh enggak-enggak, gue kan udah punya calon. Fokus Nal fokus.

"Kyla... Kak Kinal ke sini mau ngomong serius nih sama kamu. Jangan dicuekkin dong."

Dia noleh bentar, lalu kembali ngeliatin jalan di depan kami. Hei, padahal gue jauh lebih menarik daripada mobil-mobil yang lewat itu.

"Kyla, dengerin Kak Kinal dong..."

"Baaangg!!!" Dia teriak sambil lambain tangan, membuat gue noleh ke belakang. Ternyata ada abang penjual es krim. Padahal sempet curiga tadi dia punya abang-abangan.

Si abang es krim berhenti tepat di depan kami, lalu dengan semangat empat lima Kyla menghampiri.

"Yang ini Bang, satu." Kyla menunjuk es krim berbentuk cone di papan yang  berisi gambar berbagai macam es krim.

"Nih Neng," Kyla ngambil es krim yang disodorkan abangnya, lalu langsung nikmatin es krim yang keliatan seger itu.

"Dua puluh ribu Mbak," ucap abangnya ke gue, membuat gue mengerutkan dahi. Yang beli kan Kyla, kenapa yang ditagih gue?

Gue natap Kyla yang terlihat sangat khusuk menikmati es krimnya. Lalu dengan polos dan juteknya dia bilang, "Bengong mulu, bayarin."

Gue langsung rogoh saku celana, nggak bawa dompet ternyata. Kayaknya ketinggalan di mobil. Gue mengalihkan pandangan pada seberang jalan, nggak ada mobil gue terparkir di sana. Kampret, si Jeje kemana lagi coba. Masalahnya ini gue disuruh bayar, tengsin dong kalo nggak mampu.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang