Manusia Brutal 4.0

1.2K 250 22
                                    

Naomi's POV

Aku mengetuk pintu beberapa kali sebelum masuk ke dalam ruang guru.

"Kamu nggk bosen-bosen ya bikin masalah!" Baru saja melangkah masuk, suara menggelegar dari Pak Rahmat langsung memenuhi indera pendengaranku. Aku menoleh sejenak, melihat Pak Rahmat yang tengah duduk di sofa depan tv, dengan murid yang tengah dimarahinya.

"Naomi..." panggilan Bu Jihan membuatku mempercepat langkah menuju mejanya.

"Tunggu sebentar ya Naomi, saya print-kan dulu soal latihannya" ucap Bu Jihan ramah, aku hanya mengangguk, lalu duduk sembari menunggunya mencetak soal latihan olimpiade.

"Saya heran, kamu selalu tidur di kelas. Memangnya kamu nggak tidur di rumah?!" Suara Pak Rahmat lagi-lagi membuatku tertarik untuk memperhatikannya. Yang dimarahi hanya cengengesan tak jelas, sambil mengusap matanya yang merah karena baru bangun tidur.

"Semalem abis nonton bola Pak, MU lawan Liverpool. Saya nggak bisa ngelewatin itu " jawabnya santai, membuat Pak Rahmat geleng-geleng kepala, begitu pun aku.

Ini memang bukan pertama kalinya Kinal dimarahi karena tidur di dalam kelas, tapi kali ini lebih parah. Bukan tidur di bangkunya, ia tidur di lantai bagian belakang kelas, lengkap dengan sleeping bag-nya. Awalnya tak ada yang menyadari keberadaannya, pun denganku. Kupikir ia tak masuk sekolah. Akhirnya Pak Rahmat yang tengah menjelaskan materi pertumbuhan penduduk harus mengentikan penjelasan, kala mendengar suara dengkuran yang cukup keras. Pak Rahmat lalu mengusir Kinal dari dalam kelas. Itulah alasan mengapa sekarang Kinal berada di sini.

"Saya sampai bingung mau hukum kamu kayak gimana lagi, semua jenis hukuman kayaknya pernah kamu jalani" lagi, Pak Rahmat bersuara.

"Kalau gitu nggak usah dihukum Pak" sahut Kinal, sontak Pak Rahmat langsung menjitak jidatnya. Beberapa guru terlihat cekikikan, sisanya hanya geleng-geleng kepala. Mungkin sudah biasa melihat adegan itu.

"Kenapa lagi ini anak bandel?" Pak Banu datang dan ikut duduk di samping Kinal.

"Biasa Pak, tidur di kelas. Tapi ini lebih parah, masak dia tidur pake sleeping bag segala. Dipikir ini sekolah punya nenek moyangnya dia kali" sahut Pak Rahmat, Pak Banu terkekeh.

"Biar saya saja yang urus dia Pak, Bapak dipanggil oleh Pak Kepala sekolah"

Pak Rahmat mengangguk, lalu segera beranjak dari sofa. Sebelum keluar, ia kembali menatap Kinal.

"Awas kamu, jangan nakal lagi!" Ucapnya, seraya menunjuk Kinal.

"Jadi gimana ceritanya kamu sampe tidur pake sleeping bag segala?" Tanya Pak Banu santai.

Pak Banu salah satu guru baru di sini, ia banyak disukai karena sangat ramah dan open minded. Mungkin karena usianya yang juga masih muda, makanya ia cepat akrab dengan murid.

"Ya gimana Pak, saya ngantuk banget. Semalem nggak tidur gara-gara nonton bola"

"Trus, itu sleeping bag sengaja kamu bawa dari rumah?"

"Enggak, saya minjem punya anak Pencinta Alam hehehe" Pak Danu terkekeh mendengar ucapan Kinal.

"Naomi, ini soalnya. Silahkan dikerjakan" Suara Bu Jihan membuatku mengalihkan perhatian dari Kinal.

"Iya Bu" sahutku, lalu mulai mengerjakan soal latihan.

Aku mencoba menaruh seluruh fokus pada soal yang kukerjakan, mengabaikan sejenak Kinal dan Pak Banu yang kini malah membahas pertandingan bola.

Soal-soal yang diberikan Bu Jihan tak terlalu sulit, karena aku pernah mempelajarinya di tempat les. Itu sebabnya aku bisa dengan cepat menjawab soal-soal ini. Tepat saat akan menjawab soal terakhir, konsentrasiku terpecah karena ucapan Pak Banu.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang