Treasure ( Kinal x Veranda )

1.6K 290 31
                                    

Veranda's POV

Langkahku terhenti kala melihat sosoknya. Ia sedang asyik bercanda dengan teman-temannya di depan kelas, sepertinya sedang menunggu kelas selanjutnya. Tadinya aku ingin memutar arah, agar tak perlu lewat di depannya. Namun mengingat kelasku akan dimulai beberapa menit lagi, sepertinya aku harus mengurungkan niat itu.

Dengan perasaan sedikit gugup, aku memberanikan diri lewat di depan kelasnya. Beberapa orang temannya berbisik sambil melihat ke arahku, membuatku semakin gugup.

Tepat saat melewatinya dan teman-temannya, "Halo Veranda" sapa temannya serempak, aku hanya tersenyum menanggapi mereka. Yang menyapa dan memanggil namaku hanya temannya, sedang ia hanya diam. Namun tepat saat aku melihat ke arahnya, ia memberi senyuman tipis. Sangat tipis. Tapi itu sukses membuatku senang luar biasa.

Bahkan saat dosen tengah menjelaskan materi ekonomi makro, pikiranku tertuju padanya.

"Ve, kantin yuk" aja Tia

"Yah, gue mau balikin buku si Reon sekarang, jadi harus buru-buru gue fotokopi" balasku, sambil membersekan buku ke dalam tas.

Aku berjalan menuju tempat fotokopi yang kebetulan berada di dekat perpustakaan. Seraya menunggu buku yang sedang ku fotokopi, aku membaca buku lain yang juga kugunakan sebagai refrensi mengerjakan tugas. Menadai halaman yang sekiranya penting dengan pensil.

"Bang, map yang warna biru satu dong" aku menoleh cepat pada suara yang tak asing bagiku. Benar saja, Kinal tengah berdiri di sampingku. Aku segera menunduk ketika ia menoleh ke arahku.

"Mbak, udah semua nih" ucap si penjaga, aku segera membayar dan berjalan keluar dari tempat fotokopi, tanpa menoleh sedikit pun pada Kinal.

"Veranda!" Langkahku terhenti, seketika adrenalinku terpacu. Aku benar-benar gugup sekarang. Untuk apa Kinal memanggilku ? Perlahan aku berbalik, mendapatinya yang tengah berjalan ke arahku.

"Buku lo ketinggalan" ia menyodorkan buku itu padaku. Bodoh sekali! Mengapa aku sangat teledor.

"Ma..makasih, Nal" ucapku seraya mengambil buku itu, aku kembali berjalan.

"Ve..." panggilnya lagi, membuatku menghentikan langkah.

"Mau ikut gue?"

"Kemana?" Tanyaku heran, ia hanya tersenyum tipis.

***

Aku memperhatikan setiap sudut bangunan di sisi kiri dan kananku. Tak ada yang berubah, semuanya sama saat terakhir aku menginjakkan kaki di sini, tiga tahun lalu.

Suasana sekolah sangat sepi, hanya ada beberapa siswa yang mungkin sedang kegiatan ekskul. Jam pulang sekolah memang sudah sejak dua jam yang lalu.

"Ini pertama kali gue balik ke sini, sejak acara perpisahan dulu" Kinal tersenyum, memperhatikan setiap sudut sekolah, sama denganku.

Aku masih tak mengerti mengapa wanita ini mengajakku ke sini. Apalagi kami memang cukup jarang berkomunikasi. Bukannya tak suka, aku sangat suka malah. Ya, siapa yang tak suka diajak ngobrol, bahkan jalan-jalan oleh orang yang sejak lama kau sukai.

Baiklah sekarang aku akan jujur, mengenai perasaanku. Tidak tidak, bukan pada Kinal. Aku hanya akan menceritakan ini pada kalian.

Aku sudah menyukai Kinal sejak SMA. Tapi aku tak pernah punya nyali untuk menyatakannya. Jangankan untuk menyatakan perasaan, untuk berbicara saja aku malu. Aku sangat ingat, hanya pernah berbicara dengannya saat kelas sepuluh, itu pun karena kami kebetulan satu kelompok. Saat kelas sebelas atau dua belas aku tak pernah ngobrol dengannnya. Apa lagi letak kelas kami semakin berjauhan.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang