Feeling 15 - Hallo

1.6K 281 69
                                    

Tasya's POV

"Jadi gimana? Mau nggak?"

Aku memutar bola mata malas, entah sudah berapa kali Sera menanyakan hal yang sama. Padahal sudah jelas jawabanku selalu sama.

"Enggak"

"Oh come on Sya, ini cuma dinner doang. Apa salahnya sih dicoba. Lagian ya, gue heran sama lo. Ini udah tujuh tahun sejak kepergian mendadak si Kinal, dan lo belum juga bisa lupain dia. Dia udah ninggalin lo gitu aja, tanpa sebab dan alasan. Yang kaya gitu dibuang ke Antartika aja!"

Dan selama tujuh tahun pula Sera selalu mengatakan hal yang sama. Mengingatkan kejadian menyakitkan yang bahkan belum bisa aku sembuhkan lukanya hingga saat ini.

"Gue males keluar, Ser"

"Alesan lo selalu sama. Lo tuh masih ngarepin si Kinal ya?"

"ENGGAK!" Teriakku tanpa sadar, sampai Sera tersentak kaget

"Yee biasa aja Nyet, nggak udah ngegas" cibirnya

"Emm maksud gue enggak. Gue emang males aja deket atau jalanin hubungan. Gue mau fokus ke karir dulu. Lo tau sendiri kan usaha gue sampai bisa dapet posisi sekarang. Gue nggak mau masalah pribadi malah ganggu konsentrasi kerja gue"

"Heran gue sama lo. Cowok sekelas Luis aja lo tolak. Ini udah tujuh tahun dan lo baru sekali pacaran, SEKALI SYA. Ya ampun, betah banget lo ngejomblo"

Aku tak pernah menghitung dengan pasti, tapi sebelum Luis, sudah banyak pria-pria lain mencoba dekat denganku. Kebanyakan memang teman Sera, yang dikenalkan denganku secara "paksa". Hampir setiap hari ia menceramahiku mengenai status jombloku, yang bahkan membuatku ingin muntah saking bosannya.

Sera beranjak dari sofa, kini duduk di kursi depanku, hanya terhalang meja kerja.

"Luis itu udah paket lengkap Sya. Ganteng, karirnya bagus, keturunan ningrat pula. Bibit, bebet, bobotnya jelas, nggak perlu diragukan lagi. Rugi banget nolak cowo macem Luis"

Aku kembali fokus dengan komputer, memilih kembali bekerja, daripada mendengarkan ocehan Sera.

"Anastasya Elisabeth Diyaksa, gue lagi ngomong ya. Komputer lo gue matiin nih"

"Emang berani?" Tantangku, ia mendengus kesal. Gertakannya tak akan mempan untukku.

Tok tok tok

Suara pintu membuatku mengalihkan pandangan dari Sera. Fany datang dengan wajah yang, entah bagaimana harus menjelaskannya. Kurasa akan ada hal yang tak dinginkan.

"Kenapa Fan?"

"Emm anu Mbak. Pak Bara telpon, katanya pertemuannya diundur. Atasannya yang baru tiba-tiba batalin pertemuan hari ini dan minta di-reschedule minggu depan"

Demi apa pun, ini hal yang tak pernah ingin kualami. Aku sudah menyiapkan materi presentasi untuk pertemuan hari ini sejak satu bulan yang lalu. Melakukan riset hingga luar kota agar data yang kudapat benar-benar valid. Lalu sekarang dengan seenaknya mereka bilang membatalkan pertemuan?!

"Kamu tau kan minggu depan saya harus ke Bali. Jadi nggak mungkin pertemuan ini diundur. Sekarang gini deh, kamu telpon Pak Bara, tanyain dia dimana. Saya mau nyamperin dia"

"Tapi Mbak-"

"Do it, Fan" perintahku, buru-buru Fany keluar dari ruanganku.

"Perlu gue temenin nggak Sya? Tanya Sera, kubalas dengan anggukan lemah. Memijat kepalaku yang tiba-tiba terasa pening.

"Pokoknya gue harus ketemu sama Pak Bara!"

***
Kulangkahkan kaki ke dalam lobi hotel, dengan Sera dan Fany yang masih setia menemaniku.
Dengan cepat aku berjalan menuju meeting room, berharap Pak Bara belum keluar dari sana.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang