Secret 2.0

1.3K 214 28
                                    

Suasana kelas yang gaduh jadi hening ketika pak Yusuf masuk ke dalam kelas. Laki-laki berkumis tebal itu langsung menyalakan laptop, menyambungkannya pada proyektor.
Guru geografi itu kemudian mulai menjelaskan materi.

"Permisi Pak." Ketukan diikuti suara perempuan itu membuat pak Yusuf menoleh, juga semua siswa di kelas. Tak terkecuali Kinal.

Siswa laki-laki langsung bersorak gembira melihat kedatangan perempuan itu. Menatapnya kagum, padahal yang ditatap sudah jelas akan menatap balik mereka dengan tatapan "ewwh jijik banget."

"Permisi pak, saya boleh ikut kelas ini nggak? Tadi jam pertama saya terlambat, jadi absen di kelas bapak." Renata memasang senyum penuh harap, berharap laki-laki berkumis tebal itu mengabulkan permintaannya. "Saya nggak mau ketinggalan materi di kelas bapak. Lagian kelas saya lagi jam kosong kok."

Laki-laki itu terlihat berpikir sejenak sebelum mengiyakan. Kagum terhadap tingginya niat Renata mengikuti pelajarannya.

Di sudut kanan, tepat di bawah jendela Kinal tengah mendumal kesal. Ini sih bukan karena dia takut ketinggalan materi, tapi ada maunya. Kinal bermugam dalam hati.

"Kalau gitu kamu cari kursi kosong."

Semua siswa menatap Renata penuh harap. Tentu saja ingin sebangku dengan si queen bee yang super cantik itu. Beberapa yang berani terang-terangan menawarkan tempat duduk bahkan tak dilirik sedikit pun oleh Renata. Emang lo siapa mau deket-deket gue! Renata bergumam dalam hati.

Langkahnya terhenti pada deretan bangku di sebelah kanan. Tepat di bangku Kinal. "Gue mau duduk di sini." Renata menaikkan sebelah alisnya, menatap dingin perempuan yang menjadi teman sebangku Kinal. Jelas perempuan itu merasa terintimidasi.

"Di sana kan masih banyak bangku kosong, lo duduk di sana aja." Kinal membalas dengan kesal. Tak suka melihat teman sebangkunya diperlakukan seenaknya oleh Renata.

"Gue mau di sini." Renata menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap tajam teman sebangku Kinal yang kini mulai gemetaran.

"Gu..gue pindah aja kalau gitu." Tanpa pikir panjang perempuan itu pindah ke bangku pojok. Takut membuat masalah dengan Renata. Sungguh perempuan malang.

Renata segera duduk di sebelah Kinal, tersenyum menyeringai. Seolah ingin menunjukan betapa powerfull dirinya atas siswa-siswa di sini.

"Oke anak-anak, kembali ke materi." Suara pak Yusuf mengembalikan kesadaran seluruh siswa yang ikut tegang melihat kejadian tadi. Tentu saja mereka berharap ada pertempuran antara si queen bee dan ketua mading yang manis itu.

Sebagai permakluman, pertengkaran Kinal dan Renata bahkan selalu ditunggu-tunggu oleh warga sekolah. Itu dianggap sebagai tontonan yang asyik. Memang tidak secara fisik, tapi setiap kali Kinal dan Renata saling beradu argumen, dalam sekejap mereka akan jadi pusat perhatian. Tapi itu hanya berlaku pada Kinal. Karena memang hanya ia yang berani melawan Renata. Si queen bee yang suka menindas.

"Ngapain sih?" Kinal berbisik penuh penekanan pada Renata. Ia sepenuhnya paham keberadaan Renata di sini bukan semata-mata ingin belajar.

"Belajar. What else?" Renata membalas dengan lugu.

Mengembuskan napas berat, Kinal coba kembali fokus pada penjelasan pak Yusuf. Mengabaikan Renata yang mulai melakukan berbagai cara untuk mengganggunya. Mulai dari sengaja mencoret tangan Kinal dengan pulpen, sampai menginjak sepatu Kinal. Hal itu sukses dilewati oleh Kinal. Renata pun tak lagi mengganggunya.

Sampai beberapa saat kemudian tangan Renata menarik tangan Kinal, meletakannya di paha dan mengusap-usapkan tangan Kinal di sana. Sontak Kinal terperanjat kaget, "what the hell!" Ia spontan berteriak. Semua orang termasuk pak Yusuf langsung menoleh ke arahnya.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang