Just Friend ? 2.0

1.5K 192 10
                                    

Kinal's POV

Cukup lama menunggu di mobil, membunuh bosan dengan membaca buku, sampai bermain media sosial. Ia tak juga terlihat keluar dari dalam kantor, padahal sudah pukul sembilan malam. Tak mau berkutat dengan kebingunganku, akhirnya kuputuskan untuk menjemputnya ke dalam.

"Mbak Kinal, tumben baru kesini lagi" sapa satpam yang berjaga di pintu.

"Iya Pak, kebetulan lewat sini, jadi sekalian jemput aja"

Bohong. Aku bukan kebetulan lewat, tapi sengaja menjemputnya dari rumah tanpa sepengetahuannya. Ia memang tak pernah mau jika kuantar jemput. Kalau pun mau, aku biasanya harus berbohong padanya, mengatakan aku akan ke tempat yang searah dengan kantornya.

"Silahkan masuk Mbak Kinal"

Baru saja masuk ke dalam, kudapati Firly berjalan dari arah kanan, sepertinya baru membuat minuman di pantry.

"Nal, tumben baru keliatan lagi. Mau jemput ya?"

"Iya. Dia di sini kan?" Aku balik bertanya.

"Tuh orangnya. Dari siang hectic banget, gara-gara client minta ganti desain salah satu ruangan di project yang dia handle"

Kuikuti arah yang pandang Firly, benar saja ia di sana. Terlihat sibuk dengan maket berukuran besar di depannya. Beberapa orang yang tersisa di ruangan itu juga terlihat sama sibuknya.

"Lo mau nyamperin kan? Sekalian kasihin ke dia ya, tadi nitip dibikinin kopi. Ini gue harus ke ruangan Bos dulu"

"Oke" kuambil gelas yang disodorkan Firly. Sempat meminta kontaknya terlebih dulu sebelum ia beranjak dari hadapanku. Untuk jaga-jaga saja sebetulnya, agar bisa mendapat informasi jika kubutuhkan.

Aku berjalan perlahan, menghampirinya yang tengah fokus dengan maketnya di meja berukuran super besar itu. Kuletakkan gelas berisi kopi di samping maketnya. Saking fokusnya, ia bahkan hanya menoleh sejenak pada gelas yang kuletakkan sambil berkata,"Thanks ya Fir". Mengira aku adalah Firly. Laki-laki di sampingnya bahkan menahan tawa saat ia berkata demikian, tapi cepat-cepat kuberi laki-laki itu isyarat agar tak tertawa.

Tak mau mengganggunya, kuambil kursi di cubicle-nya, menariknya ke belakang meja besar itu. Aku jadi bisa dengan leluasa memperhatikannya dari belakang.

Cukup lama ia bekerja, beberapa kali bahkan kulihat meregangkan tubuhnya. Sambil memperhatikan gulungan kertas di samping maketnya ia berkata,"lo ganti parfum ya Fir? Parfum lo kok mirip kaya aroma parfumnya-"

"Kinal ya?" Potongku. Ia terdiam sesaat, sekitar tiga detik, lalu dengan cepat berbalik badan.

"Kinal!!!"

Semua rekan kerjanya di ruangan ini menoleh ke arahku.

***

"Heran deh, kamu tuh batu banget ya. Udah dibilangin jangan jemput masih aja ke sini"

Sepanjang perjalanan dari ruangannya, ia terus mengomeliku. Mungkin jika ada rekan kerja yang berpapasan dengan kami, akan segan menyapa. Untungnya tak ada.

"Mau balik Mbak Viny?" Hanya Pak Satpam yang bertanya. Itu pun hanya diangguki olehnya. Dengan sedikit senyum tentunya.

"Balik ya Pak" pamitku.

Saat mulai menjalankan mobil, ia kembali bersuara,"kamu bukannya baru balik dari Bali juga ya hari ini?".

Ouch, kupikir ia tak ingat mengenai hal itu.

"Kan, kebiasaan banget deh maksain diri. Harusnya kamu istirahat aja di rumah, nggak usah pake jemput aku segala. Aku kan bisa pulang pake taksi online"

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang