Sex on the beach

1.2K 170 10
                                    

Carissa, Renata sama Rebeca ini gue rasa penggemarnya paling besar di sini. Punya fanbase sendiri atau gimana? Setiap gue lempar pertanyaan atau minta sebut nama orang, yang muncul nggak jauh-jauh dari mereka bertiga. Padahal bisa aja gue cuma minta sebut nama, bukan buat jadi tokoh dalam cerita. I wonder why you love them that much haha. But anyways, thanks buat yg berpartisipasi walau se-random apa pun nama-nama yang muncul.
____________________________

Kinal's POV

"Mama heran deh, kamu kok mau kerja di bar sih? Emang uang bulanan dari mama atau papa kamu masih kurang?"

Aku memutar bola mata malas, sudah bosan mendengar ucapan yang sama setiap kali mama menelpon. "Come on, ma. Bukannya kita udah ngomongin ini sejak awal? Aku kerja bukan cuma buat cari duit, tapi buat ngisi waktu luang aja."

"Gini nih kalau papa kamu terlalu ikutin semua kemauan kamu. Lagian kalau isi waktu luang kan kamu bisa magang di perusahaan papa kamu atau perusahaan adiknya papa kamu aja. Ngapain kerja sampe tengah malem dengan bayaran nggak seberapa. Papa kamu sibuk ngurusin pacar barunya sih, jadi jarang perhatiin kamu."

"Mom, can you please stop blame him on anything I do? Ini pilihanku, oke. I love this job. Masalah aku magang di perusahaan papa atau perusahaan om Anton, itu belakangan, nggak sekarang."

"Sayang, mama-"

"I'll call you later ma, kelasku udah mau dimulai. Love you, bye."

Mengembuskan napas berat, aku masuk ke dalam mobil. Nadif sudah standby di balik kemudi, tersenyum tipis menyambutku yang jelas terlihat kesal.

"Nyokap lo?" Tanyanya.

"Ya lo bisa tebak sendirilah."

Karena jalanan cukup lenggang, Nadif memacu mobil dengan kecepatan sedikit tinggi.

"Pasti minta lo berenti kerja lagi ya."

"Dan nyalahin bokap gue lagi."

"Kaya Tom and Jerry ya bokap nyokap lo."

"Gue rasa Tom and Jerry malah masih mending. Walau pun sering berantem tapi ada akurnya. Nah bokap nyokap gue setiap ketemu berantem mulu, nggak ada akur-akurnya. Lo inget kan ulang taun gue tahun lalu, pas mereka nggak sengaja ketemu di apartemen gue. Bukannya ngerayain hari bahagia gue, mereka malah saling sindir, malah berantem lagi."

Nadif tertawa, mungkin teringat kejadian itu. Ia kebetulan ada di sana saat itu.

"Itu moment paling awkward seumur hidup gue sih. Parah banget, gue mau keluar dari apartemen lo nggak enak pamitnya, mau stay lebih nggak enak lagi."

Alasan kenapa aku tak mau tinggal dengan salah satu dari kedua orang tuaku karena tak mau salah satu di antara mereka merasa tak dipilih. Sejak mereka memutuskan bercerai empat tahun lalu, sejak itu juga aku memutuskan untuk tinggal sendiri. Itu juga lebih adil, karena mereka tak harus bertemu satu sama lain ketika mengunjungiku. Walau kadang mereka tak sengaja bertemu.

Aku dan Nadif sedikit lagi sampai di unitku saat pintu unit yang berhadapan dengan milikku terbuka. Seorang laki-laki yang kutafsir umurnya tak jauh dengan papa keluar dengan ekspresi tak enak. Lalu disusul oleh penghuni apartemen yang ekspresinya sama dengan laki-laki itu. Laki-laki itu terlihat sempat ingin mengatakan sesuatu pada perempuan itu, namun urung ketika menyadari keberadaanku dan Nadif. Ia kemudian berlalu, melewatiku dan Nadif dengan langkah cepat.

Aku sempat menoleh pada perempuan itu sebelum menyusul Nadif yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam unitku. Ekspresi marahnya berganti sebuah senyum tipis. Entah itu ditujukan padaku atau bukan. Aku masuk ke dalam apartemen tanpa merespon lebih lanjut.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang