Keluarga Bahagia 5.0

1.5K 289 86
                                    

Kita pemanasan dulu.


Jauh sebelum Lexa lahir, dan Pak Asep jadi mertua.

Kinal's POV

Mataku masih betah memandangi laptop, memeriksa kembali laporan akhir yang harus kuserahkan pada dosen besok. Merasa semuanya sudah beres, aku menutup laptop, memasukkannya ke dalam tas ransel.

Sudah lebih dari dua jam aku di kafe ini. Yang tadinya hanya ada aku dan beberapa orang di meja depan, kini setiap meja hampir terisi.

Kuambil gelas berisi kopi di atas meja, menyeruputnya perlahan. Ini sudah gelas kedua.

Kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe, melihat beberapa meja. Siapa tau ada temanku di antara banyaknya pengunjung kafe.

Pandanganku terhenti pada meja yang terletak di sebelah kaca. Ada empat orang di sana, dua perempuan, dan dua laki-laki. Mereka nampak asyik ngobrol, sambil sesekali tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan.

Satu di antara mereka cukup menyita perhatianku. Si perempuan berbaju hitam, dengan rambut panjangnya yang sedikit bergelombang. Entah mengapa aku menyukai senyumnya, membuatku betah memperhatikannya lama-lama.

Laki-laki yang duduk tepat di sampingnya itu beberapa kali mencium pipi perempuan itu. Menandakan bahwa pastilah mereka adalah sepasang kekasih.

Perempuan itu menoleh ke arahku sekilas, ia mengerutkan dahi. Mungkin merasa aneh melihatku yang masih betah memandanginya. Namun beberapa saat kemudian ia kembali fokus pada obrolan dengan kekasih dan dua orang di hadapannya itu.

Sekitar dua puluh menit, mereka berempat beranjak dari duduknya. Membuatku buru-buru membereskan barang bawaan, lalu ikut keluar dari kafe.

Ternyata perempuan itu tak datang bersama kekasihnya. Karena ku lihat kekasihnya itu malah masuk ke dalam mobil yang sama dengan kedua temannya yang lain.

Aku masih memperhatikannya yang berjalan ke area parkir di sebelah kiri, ternyata mobilnya bersebelahan dengan mobilku. Aku segera berjalan menuju mobil, dengan tetap memperhatikannya yang kini malah tak jadi masuk ke dalam mobil.

Ia menatapku dengan tatapan tak bersahabat. Kubalas saja dengan senyuman, namun itu membuatnya terlihat semakin kesal.

"Eh, lo dari tadi ngeliatin gue ya?" Tanyanya dengan nada sinis, aku mengangguk.

Ia berjalan mendekatiku, menatapku seolah aku adalah musuh besar baginya. Bukannya takut, aku malah terkekeh. Bukan apa-apa, padahal ia sudah mengenakan heels, tapi tetap saja harus mendongak saat berhadapan denganku.

"Lo ngeliatin apa? Pacar gue ya? Lo naksir sama pacar gue kan?!" Tuduhnya

"Diem kan lo, jangan pernah berharap kalau lo bisa rebut pacar gue. Itu nggk akan pernah terjadi!" Ucapnya, lalu berjalan menuju pintu kemudi.

Sebelum masuk ke dalam mobil, aku menahannya.

"Kayaknya lo salah paham deh" ucapku

"Salah paham apa?! Jelas-jelas lo daritadi tuh ngeliatin pacar gue, lo mau rebut dia kan"

"Bukan dia"

Ia mengerutkan dahi, bingung dengan ucapanku. Aku mendekat, membuatnya mundur beberapa langkah.

"Bukan dia yang bakal gue rebut dari lo. Tapi lo yang bakal gue rebut dari dia"

Aku meninggalkannya yang masih mematung, dengan senyum yang tak luntur dari bibirku.













Who miss this couple?

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang