Taxi

1.4K 282 37
                                    

Kinal's POV

Kusandarkan tubuh lemasku, memandang jalanan yang semakin macet saat sore hari. Baru saja aku memejamkan mata, tiba-tiba mobil yang kutumpangi berhenti mendadak.

"Sialan!" Umpat sang supir sambil membuka sabuk pengamannya. Aku yang juga kaget langsung menegakkan tubuh.

"Mbak nggk apa-apa?" Tanyanya khawatir

"Nggk apa-apa kok Pak, itu tadi kenapa Pak?" Tanyaku

"Itu mbak, mobil di depan tiba-tiba ngerem mendadak. Bentar ya Mbak, saya samperin pengemudi mobilnya dulu" dengan tergesa ia keluar dari mobil.

Awalnya aku hanya diam di dalam mobil, namun mendengar suara perdebatan supir taxi itu membuatku menaruh fokus padanya. Supir taxi itu membelakangi mobil, sedangkan orang yang baru saja keluar dari mobil di depan tak bisa kulihat dengan jelas. Tapi sepertinya wanita.

"Nggk bisa gitu dong!" Bentak sang supir taxi. Penasaran, aku langsung keluar dari mobil, menghampiri kedua orang yang tengah berdebat itu.

"Kalau penumpang saya kenapa-kenapa gimana? Emang Mbak mau tanggungjawab?!" Lagi, sang supir taxi itu membentak wanita yang ada di hadapannya.

"Iya Pak, saya salah. Saya nggk liat ada mobil di belakang. Lagian mobil bapak juga fine-fine aja kan" ucap sang wanita.

"Ya emang, tapi kan..."

"Pak, saya nggk apa-apa kok. Tenang aja" ucapku, memotong ucapan sang supir, berharap emosi sang supir mereda. Wanita itu menoleh dan terkejut melihatku.

"Tapi tetep aja Mbak, Mbak ini tuh nyetirnya sembarangan" ucapnya menimpaliku, sambil menunjuk wanita di hadapannya.

"Yaudah gini aja Pak, tujuan saya kan udah deket juga. Bapak anter saya sampe sini aja, tapi saya bayarnya tetep full kok" ucapku

"Loh, kok gitu Mbak?"

"Saya dijemput kok pak bentar lagi. Makasi ya Pak" kusodorkan uang pecahan lima puluh ribu padanya.

"Beneran nggk apa-apa Mbak?"

"Iya nggk apa-apa" jawabku sambil tersenyum ramah.

Supir taxi itu kemudian kembali masuk ke dalam mobil, menyisakan aku dan wanita yang menyebabkan taxi tadi berhenti mendadak. Aku memandangnya yang terdiam.

"Sini kuncinya" ucapku, mengulurkan tangan untuk mengambil kunci mobilnya.

Aku masuk ke dalam mobil, lalu menyalakannya. Tak lama wanita itu juga masuk. Wajahnya masih terlihat kesal. Tiba-tiba teringat ekspresinya ketika dimarahi oleh supir taxi tadi membuatku terkekeh.

"Apaan sih ketawa" sewotnya

"Calon emak-emak nih, udah salah marah-marah" timpalku, ia langsung mencubit lenganku, membuatku meringis.

"Ya emang aku nggk liat di belakang ada mobil, tadi Maria telpon, makanya aku ngerem mendadak dan minggir"

"Hahaha tapi untung aja yang di dalem taxi tadi aku ya, kalau orang lain, aku nggk bayangin kamu bakal dimarahin sama supir dan penumpangnya"

"Emang kamu dari mana? Tumben naik taxi"

"Nah kamu sendiri dari mana? Tumben mau nyetir" ucapku menirukan ucapannya. Membuatnya mendengus kesal.

"Eh kamu dicariin tuh"

"Sama siapa?" Tanyanya

"Fans kamu. Pada nagih kapan kamu muncul mulu. Tiap hari ada aja yang nanya 'Caca mana?' 'Part sama Caca kapan?'. Ampe pusing sendiri aku"

"Hahaha sabar, aku juga udah kangen kok"

"Kangen sama aku ya?"

"Dikit"

Kufokuskan pandangan kembali pada jalan di komplek perumahanku.









Intermezzo

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang