7 Days - Day One

603 94 2
                                    

Kinal's POV

"Nggak salah apa lo Je? Masa kita bertamu jam 6 pagi. Ayam aja belom bangun."

Jeje menggelengkan kepala, seraya mengecek hp. Emang si Jeje yang gue minta buat hubungin Melody. Entah dia beralasan apa sampe Melody mau bales chat dia.

"Melody ada di rumah sampe jam sembilan pagi doang, selebihnya dia kerja. Trus besok harus ke Jogja buat ngurus bisnisnya, entah kapan baliknya. Jadi kesempatan lo buat ketemu dia ya cuma hari ini."

Gue berdecak kesal, lalu keluar dari mobil. Gue terdiam sejenak di depan rumah, memperhatikan pintu, siapa tau ada yang buka. Tapi ya nggak mungkin juga, orang belum gue ketok. Gue nengok lagi ke Jeje yang masih duduk di belakang kemudi, dia mengepalkan tangan, seolah memberi semangat buat gue yang nyatanya kurang semangat.

Gue ketok pintu beberapa kali, sampai akhirnya pintu terbuka. Gue terdiam, memperhatikan Melody yang kini berdiri di bawah gue. Eh maksud gue, di depan gue. Cuma emang gue ngadepnya jadi rada ke bawah gitu, kalian tau sendirilah postur tubuhnya gimana. Ini kenapa gue jadi body shaming pagi-pagi?!

Gue tetap mencoba tersenyum, walau tatapannya kini sangat menusuk. Tajem banget, lebih tajem dari silet.

"Hai Me-"

"Mau ngapain?" Tanyanya dingin, membuat gue ingin memutar badan, lalu lari ke mobil sekarang juga. Tapi niat itu gue buang jauh-jauh, mengingat kutukan sialan yang harus gue hilangkan itu.

"Emm aku ke sini mau minta maaf."

Dahi Melody langsung mengerut, menatap gue heran. "Kamu ke sini pagi-pagi buta, cuma buat minta maaf? Kamu sadar nggak, udah ganggu waktu istirahat aku. Kayak nggak punya sopan santun aja sih!"

Yaelaahh belom apa-apa udah ngamuk aja nenek sihir. Tapi untung gue udah kebal sih dimarahin sama ni orang. Asal lo tau aja ya pada, dulu gue setaun pacaran sama dia, hampir tiap hari kena omel. Emang dasar ni orang tukang ngomel.

"Ya maaf, kata Jeje kam-"

"Tuhh kan udah aku duga, pasti si Jeje sengaja hubungin aku disuruh sama kamu."

"Ya ak-"

"Yaudah, ayo masuk."

***

"Potong buncisnya yang bener dong Nal!" Omelnya, gue hanya memutar bola mata malas. Padahal ini gue motongnya udah sesuai arahan dia.

Iya, ini gue lagi di dapurnya. Bantuin dia masak buat suami sama anaknya sarapan. Dimana lagi coba lo bisa nemuin mantan kayak gue. Tegar banget bantuin mantan masak buat keluarga kecilnya. Aduhh untung gue orangnya nggak cengeng.

"Iya, ini udah kayak yang kamu contohin."

"Contohin apanya, itu kamu motongnya kegedean Kinal."

Ya Tuhan, gue cium juga nih si mungil. Kesel gue, asli dah.

"Pake penggaris aja deh motongnya, biar sama kayak yang kamu contohin," kesal gue, dia natap gue dengan mata memicing.

"Kok ngegas sih? Kamu nggak ikhlas ya bantuin aku?"

Perasaan dari tadi dia yang ngegas, kenapa malah nuduh gue. Kampret!

"Ikhlas kok Mel, nih aku lanjut ya motongnya" balas gue dengan senyum super manis. Dia mendengus kesal, kembali berkutat dengan daging ayam yang sejak tadi dipotongnya.

Gue memperhatikan Melody sejenak, melihat dia yang begitu telaten memasak. Gimana ya kalau dulu kami nggak putus, dan dia nikah sama gue. Berarti yang dimasakin sekarang gue dong ya.

"Kerjanya yang bener, jangan sambil ngayal. Ntar yang kepotong tangan kamu baru tau rasa," tegurnya, gue buru-buru menyelesaikan tugas yang dia kasih.

Ngomong-ngomong, ini anak sama suaminya belom nongol dari tadi. Nggak siap-siap apa ya.

"Anak kamu kelas berapa Mel?" Tanya gue, iseng aja.

"TK"

"Iihh pasti lucu deh, apalagi kalau mirip aku," ucap gue terkekeh, dia malah mutar bola mata malas. "Kamu emang udah cocok deh Mel jadi ibu rumah tangga. Pagi-pagi siapin sarapan, buatin susu juga buat bekal anak ke sekolah," lanjut gue.

Melody menutup botol minum berisi susu yang tadi dibuatnya, lalu mengecek masakannya. "Anak aku nggak suka bawa bekal ke sekolah," ucapnya.

"Lah trus itu susu buat siapa?"

"Suami aku."

Gue terdiam sejenak, mencerna kalimat yang baru saja dia ucapin.

"Hahahahahahahaha!!!!"

Asli, gue nggak bisa nahan ketawa. Masa suaminya Melody ke kantor bawa bekal susu. Yang bener aja, kalau kopi mah masih mending lah ya. Macem anak kecil aja, masalahnya tadi gue liat itu susu Dancow, bukan L-Men, apalagi Anline.

"Ishhh apaan sih ketawa!" Bentaknya, tapi gue masih nggak bisa berenti ketawa.

Gue juga minum susu sih, tapi kan gue minum langsung dari sumbernya, jadi enak. Eh maksud gue, gue minum susu murni yang sumbernya lansgung dari sapi perah.

"Hahahaha asli Mel, lucu banget. Masa suami kamu yang badannya segede gitu masih minum susu hahahaha."

"Emang kenapa?"

"Ya nggak bangetlah. Masa cowo maco masih minum susu, dibawa bekal lagi ke kantor."

"Stttt Kinal, jangan keras-keras, nanti dia denger."

"Hahaha biarin aja. Atau jangan-jangan dia kalau tidur masih dikelonin juga ya? Pas makan masih disuapin juga. Pas man-"



"Kalau iya kenapa?"

Gue langsung terdiam, menoleh pada suara berat itu. Sekarang gue bisa melihat secara langsung sosoknya, biasanya cuma dari foto doang. Matanya memicing memperhatikan gue dari kepala hingga kaki.

"Hehehe halo Han-"

Buughhh







***

"Bangsat suaminya si Melody, kalau nonjok nggak kira-kira," kesal gue, meraih tisu yang diserahkan Jeje.

Ini tisu udah hampir abis setengah, darah di hidung gue masih ngalir. Perih banget lagi. Sialan emang suaminya si Melody. Padahal kan gue cuma becanda tadi, emosian banget kayak bininya. Pantesan jodoh, mirip banget tukang ngamuk.

Gue menoleh saat nggak mendapat komentar apa pun dari Jeje, biasanya dia paling cerewet kalau masalah ginian.

"Tai lo, gue ngomong direspon kek."

Si bangsat, malah lanjut makan nasi uduknya ternyata. Dia cuma nyengir, ngambil air mineral di sampingnya, lalu minum sampe habis.

"Bentar-bentar, gue mau buang sampah dulu. Lo tunggu di mobil aja," ucapnya, namun gue tahan saat dia akan membuka pintu.

"Nggak usah, lo lempar aja tuh ke rumahnya Melody."

"Hahaha bener juga lo."

Lalu si Jeje yang kurang ajarnya kebangetan ini langsung melaksakan perintah gue. Jangan heran ya, dia kalau masalah hal-hal yang "nggak baik" memang nomor satu, gue nomor dua hahaha.

"Jadi gimana?" Tanyanya.

"Apanya?"

"Hasilnyalah bego! Lo dimaafin atau enggak?"

"Ya dimaafinlah. Tapi lo liat sendiri nih hasilnya, malah babak belur gue digebukin suaminya."

"Hahahaha nggak apa-apa, itung-itung balesan atas sakit hati si Melody dulu, pas lo masih pacaran."

"Yee si bangsat malah ngetawain lagi. Jadi abis ini kita kemana lagi?"



"Hmm kita ke...."

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang