Feeling 11 - First

1.8K 279 47
                                    

Sonya's POV

Dua puluh menit sudah aku di ruangan ini, kini laki-laki yang sejak tadi kutunggu itu datang.

"Eh, sori ya telat. Di kantor ada kerjaan mendadak tadi" ucapnya, seraya membuka jaket. Ia kini duduk di hadapanku.

Aku menoleh pada Bayu, memberi isyarat agar ia meninggalkan kami berdua.

"Gimana kabar lo Bang?"

"Baik, lo sendiri gimana Nya? Kayaknya makin sibuk ya lo"

"Ya begitulah Bang"

"Jadi ada apa nih? Sampe minta ketemu dari jauh-jauh hari segala" tanyanya.

Aku mengeluarkan beberapa foto dari amplop coklat di atas meja, menyerahkannya pada Bang Ryan. Ia mengerutkan dahi melihat foto-foto itu.

"Lo kenal siapa cewek itu Bang?"

"Kenal, Tasya namanya. Emang kenapa?"

"Gue perhatiin, akhir-akhir ini dia sering bareng Kinal"

"Terus?"

"Gue bingung aja, Kinal nggak pernah mau sedeket ini sama orang yang baru dia kenal"

"Darimana lo nyimpulin kalau dia deket sama Kinal? Apa jangan-jangan lo mata-matain Kinal bukan cuma pas ada event ini doang ya?" Tanyannya, membuatku mengembuskan napas berat.

"Bang, ini bukan soal gue mata-matain Kinal. Gue rasa wajarlah gue sampe lakuin itu. Gue cuma heran kenapa akhir-akhir ini Kinal sama cewek yang namanya Tasya ini sering jalan berdua, terus sampe Kinal kasih akses khusus pas konser. Menurut gue itu udah di luar kebiasaan Kinal Bang" aku mengeluarkan keresahan yang selama ini kurasakan.

Ya memang, aku masih meminta Bayu untuk mengawasi Kinal. Hampir di setiap foto dan laporan Bayu, wanita itu selalu ada bersama Kinal.

"Ya bagus dong, artinya sekarang si Kinal udah lebih terbuka sama orang lain. Dia mau berteman. Lagian masa temennya cuma si Renald doang, nggak asik banget. Biarin aja dia nyari temen banyak-banyak"

"Tapi dia cewe Bang, gue khawatir Kinal..."

"Lo khawatir karena Kinal gay, atau karena nggak suka ada Tasya di sekitar dia?" Potong Bang Ryan, membuatku terdiam.

***
Tasya's POV

Kalian tau bagaimana rasanya bersama dengan orang yang sedang kalian taksir? Mendebarkan. Bahkan hanya duduk di sampingnya saja membuat kerja jantung meningkat. Bukan lebay, tapi itulah yang ku rasakan sekarang.

Bagaikan memasang sebuah puzzle, namun beberapa bagiannya hilang entah dimana. Lalu di saat terus mencoba untuk mencari, kau bisa menemukan beberapa potong dari bagian yang hilang itu. Ya, walau tak semuanya. Itu perumpamaan yang paling logis, yang ku anggap dapat menggambarkan aku dan Kinal.

Bukan perkara mudah untuk bisa dekat dengan wanita ini. Sepuluh bulan terhitung dari sejak pertama kali kami berbicara, empat bulan sejak pertama kali ia mengajakku ke konser, satu minggu semenjak pertama kali ia mengajakku untuk melihat pameran lukisan, dan tiga jam semenjak ia memintaku untuk berkunjung ke tempatnya. Untuk pertama kali.

Ya, kalian sudah bisa menebak dimana aku sekarang.

"Mager banget mau keluar makan, kamu udah laper belom?"

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang