Keluarga Bahagia 3.0 - Kuaci

2.1K 300 60
                                    

Kinal's POV

Hari minggu pagi kulalui hanya berdua, bersama Lexa. Sejak tadi aku kewalahan meladeninya yang terus berlari kesana kemari, seolah tak kehabisan tenaga. Anak itu sekarang sedang aktif-aktifnya. Usianya yang kini tengah menginjak dua tahun lebih, membuatnya sudah mengerti banyak hal.

"Mom, can we go to the playground ?" Lexa menggoyang-goyangkan tanganku yang sedang digenggamnya.

"That's a bad idea honey, Mama kamu nanti marah kalau tau kita  main siang bolong gini"

"Tapi aku mau main perosotan Mi" rengeknya

"No no no, kita main di rumah aja" Lexa langsung menarik tangannya dari genggamanku, ia berlari masuk ke dalam rumah. Aku mengembuskan napas berat, menyusulnya masuk ke dalam.

Aku duduk di sampingnya yang sedang menyembunyikan wajah dengan bantal, ia menangis. Tak tega sebenarnya melihatnya seperti ini, tapi Melody bisa marah jika tau aku membawa Lexa bermain siang bolong begini.

"Sayang, jangan nangis. Kita mainnya ntar sore aja gimana?" Ia menggeleng, masih dengan tangisannya. Bahkan kini semakin kencang

"Sekarang masih panas banget sayang, ntar sore aja ya?"

"Nggk mau!" Dasar keras kepala! Anak siapa sih ini. Jika sudah begini terpaksa aku harus mengeluarkan jurus andalan.

"Eemm gimana kalau Mami beliin ice cream ?" Tangisnya terhenti, ia menoleh cepat kepadaku.

"Beneran?"

"Iya"

"Yeaayyy, let's go to buy some ice cream!" Ia berteriak kegirangan, aku hanya terkekeh melihat tingkah lucunya.

Kuambil kunci motor di kamar, tak lupa membawa topi untukku dan Lexa agar tak kepanasan. Dengan perlahan kujalankan motor matic ini, Lexa berada di gendonganku dengan hipseat tentunya. Sebenarnya Melody selalu memarahi jika aku membawa Lexa jalan-jalan dengan motor. berhubung ia tak ada, tak apalah.

Karena masih dalam kawasan komplek perumahan, jadi hanya perlu waktu lima menit untuk sampai di minimarket ini. Aku langsung menuju kulkas ice cream, mengambil beberapa ice cream lalu menunjukannya pada Lexa yang masih berada di gendonganku.

"Which one ?" Lexa nampak berpikir

"This one" tunjuknya pada ice cream rasa coklat di tangan kiriku. Kuletakkan kembali ice cream vanila ke dalam kulkas, lalu berjalan menuju rak berisi berbagai snack. Aku mengambil dua bungkus kuaci dengan rasa greentea dan original.

Begitu selesai, aku langsung berjalan menuju kasir. Aku memperhatikan dengan seksama pegawai yang bertugas sebagai kasir ini, manis juga ternyata.

"Totalnya empat puluh lima ribu mbak" ucapnya, membuatku tersadar. Aku langsung mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dari saku celana.

"Baru ya mbak?" Tanyaku iseng

"Iya mbak, ini kembaliannya" ia menyodorkan kembalian padaku sambil tersenyum ramah.

"Pantes saya nggk pernah liat, biasanya si Tyo yang jaga di sini" aku melihat name tag bertuliskan Lala di seragamnya. Oh Lala, kenapa kamu manis.

"Mas Tyo kebetulan shift malem mbak"

"Ice cream!" Aku menoleh pada Lexa yang merengek, kuambil ice cream yang telah berada di dalam plastik, lalu memberikannya pada Lexa.

"Adeknya lucu banget mbak" tertawa aku dalam hati mendengar ucapan Lala. Biarlah ia menganggap Lexa adikku.

"Iya hehe, dia emang lucu"

"Eh adeknya belepotan, ini mbak pake tisu" aku langsung menatap Lexa. Benar saja, mulut dan pipinya belepotan, bahkan ice cream itu menetes di bajuku. Ku bersihkan mulut Lexa dengan tisu pemberian Lala.

"Eh makasih ya Lala. Btw kamu kerja di sini hari apa aja?" Kesempatan, siapa tau besok-besok aku bisa mampir lagi kesini.

"Saya kerja hari..."

"Mom, I wanna go home" terperanjat aku mendengar ucapan Lexa. Ekspresi Lala langsung berubah, membuatku canggung dan memaksakan senyum. Gagal sudah usahaku.

***

Melody's POV

Sore ini begitu macet, karena weekend volume kendaraan menjadi lebih banyak. Aku masih berusaha tetap fokus menyetir, walau rasanya sangat lelah.

Sejak pagi aku berada di kafe, untuk mengecek perkembangan dan memantau kerja karyawan. Bersyukur karena hari ini pengunjung yang datang ramai. Walau demikian, sebenarnya aku tak tenang. Meninggalkan Lexa hanya berdua dengan Kinal, hal yang paling tak ingin kulakukan. Bukan tak mempercayainya menjaga Lexa, tapi dulu aku pernah meninggalkan mereka berdua di rumah ketika aku pergi arisan. Ketika pulang aku hanya menemukan Kinal sendirian bermain playstasion di ruang tengah. Saat kutanya dimana Lexa, dengan enteng ia menjawab Lexa dititipkan pada tetangga depan rumah. Aku sangat marah, sejak saat itu aku memilih untuk menitipkan Lexa di rumah orang tuaku atau orang tua Kinal jika ada urusan di luar. Tapi tadi pagi aku buru-buru, makanya tak sempat menitipkan Lexa dan terpaksa meninggalkannya bersama Kinal.

Pernah juga Lexa hampir tertabrak mobil. Saat itu Lexa tengah bermain bola, sedangkan Kinal mencuci mobil di halaman depan. Entah bagaimana, bola yang dimainkan Lexa menggelinding hingga keluar halaman. Lexa berlari mengejar bola itu, karena memang Kinal lupa menutup gerbang. Ada mobil yang hendak melintas dari arah kiri. Beruntung Kinal langsung berlari dan menyelamatkan Lexa. Bisa dibilang saat itu adalah puncak kemarahanku pada Kinal sejak kami menikah, aku sampai mendiaminya selama tiga hari.

Tadi siang aku sempat menelpon Kinal, ia bilang keadaan Lexa baik-baik saja. Namun tetap saja membuatku khawatir.

Aku langsung masuk ke dalam rumah setelah memasukkan mobil ke garasi.

"Mama pulang" teriakku, namun tak ada sahutan dari Kinal ataupun Lexa.

Aku berjalan menuju living room. Betapa terkejutnya aku melihat Lexa sedang menggigit kuaci, mencoba membukanya. Di sampingnya Kinal tengah tertidur dengan mulut yang menganga. Aku langsung merebut kuaci dari tangan Lexa.

"Lexa what are you doing? Open your mouth!"  Ia membuka mulut, aku langsung mengeluarkan kuaci yang berada di dalam mulutnya.

"Kenapa kamu makan ini sayang?" Ia menaikan bahu, menunjuk Kinal yang masih terlelap.

"Mom gave it to me"  jawabnya

Sebenrnya aku sangat lelah dan ingin segera istirahat, namun keadaan ini seolah memcegahku. Aku berdecak kesal melihat sampah kuaci yang berserakan.

Pakk

Kupukul perut Kinal dengan sangat kencang, membuatnya terkejut dan langsung bangun. Ia mengusap perut yang tadi kupukul.

"Kenapa sih Mel? Kamu tuh nggk bisa halus dikit ya ngebanguninnya"  dengan suara serak dan ekspresi kesal ia mengeluh, membuatku semakin emosi.

"Kamu ya, disuruh jagain anak malah molor!"

"Yaelah, capek sayang daritadi main terus sama Lexa"

"Ya terus karena capek, kamu ninggalin Lexa sendiri gitu! mana sampah dimana-mana. Tuh liat anak kamu tadi hampir aja nelen kuaci"

"Hah!! Serius?" Ia kini terlihat kaget

"Iya! Lagian aku kan pernah bilang, kalau makan kuaci tuh jangan di depan Lexa. Batu banget sih dibilangin. Pokoknya aku nggk mau tau ya Nal, kamu harus beresin ini semua. Sampe nanti aku masih nemuin satu aja sampah kuaci ini, nanti malem tidur di luar"

"Tapi sayang..."

"Nggk ada protes!" Aku langsung menggendong Lexa menuju kamar, meninggalkan Kinal yang masih merengek tak terima dengan ucapanku tadi.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang