Promise 2.0 ( Kinal x Shania )

2.1K 320 99
                                    

Kinal's POV

Tiinn....tiinnnn...

"Sialan!" Umpatku, entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari mulutku. Sejak satu jam lalu, mobilku hanya bergerak dua puluh meter. Jalanan malam ini benar-benar macet.

Semakin kesal karena mobil di depanku seringkali ngerem mendadak. Pekerjaan di kantor saja sudah cukup membuatku emosi, sekarang ditambah dengan kemacetan dan pengendara mobil di depan. Rasanya ingin turun lalu memarahi si pengendara yang tak becus itu.

Pukul sebelas malam, aku baru sampai di apartemen. Tadi sempat mampir di restoran cepat saji, membeli kentang, nugget, dan burger. Tanpa mengganti pakaian, aku langsung melahap makanan itu sambil menonton tv.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku kembali duduk di sofa depan tv. Memeriksa kembali laporan yang harus kuserahkan hari senin pada kepala divisiku. Bahkan tulisan-tulisan di kertas ini membuatku semakin muak, tapi apa boleh buat, daripada si bos marah-marah.

Ku hempaskan tubuh lelahku ke sandaran sofa, melempar map yang telah selesai kuperiksa ke meja di depanku. Ku teliti setiap sudut apartemen kecil ini, apartemen yang kubeli dari hasil kerja selama dua tahun. Sebuah apartemen tipe studio, terdiri dari satu kamar tidur, satu kamar mandi, living room dan dapur. Walau tak seberapa, tapi aku tetap bersyukur bisa memiliki ini semua.

Pandanganku kini beralih pada ponsel yang berbunyi, tanda sebuah pesan masuk. Tak lama ponsel itu di tanganku, kini sudah kuletakkan lagi di atas meja. Pesan berisi ajakan nonton dari Rifky sama sekali tak membuatku tertarik.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, pantas saja aku mengantuk. Lantas aku masuk ke dalam kamar, membawa serta ponsel dan map berisi pekerjaanku. Kumasukkan kembali map ke dalam tas kerja, lalu meletakkan ponsel di nakas samping ranjang.

Belum sampai satu menit sejak memejamkan mata, ponselku kembali berdering. Kali ini sebuah panggilan masuk. Aku berdecak kesal, siapa manusia tak tau diri yang menelpon di tengah malam seperti ini? Dahiku mengernyit melihat nomor yang terpampang di layar ponsel, aku tidak mengetahui nomor itu.

Penasaran, akhirnya aku mengangkat panggilan itu. Suara bising langsung memenuhi pendengaranku, membuatku reflek menjauhkan ponsel dari telinga. Kutekan tombol speaker, menunggu si penelpon bersuara.

"Halo, ini benar dengan Kinal?" Tanya orang di seberang telpon, suaranya tak begitu jelas karena suara musik edm mendominasi.

"Iya benar, ini siapa?"

"Ah maaf mbak Kinal, saya Rindy, manager di club X. Saya nggk tau mau hubungin siapa, tapi nama mbak ada di paling atas daftar kontak di hp mbak ini" jelasnya, membuatku bingung. Belum mengerti arah pembicaraan orang ini. Bingung juga dengan orang yang disebut 'mbak ini'

"Maksud mbak siapa?" Tanyaku

"Eemm gimana ya jelasinnya. Jadi  mbak ini tuh mabuk berat, tadi kesini sih bareng temen-temennya ramean gitu. Temennya udah pada cabut duluan, nah si mbak ini tuh nggk mau diajakin pulang. Saya minta tolong mbak Kinal jemput kesini bisa nggk? Soalnya ini private room-nya bakal dipake sama tamu yang lain" otakku berpikir keras, siapa orang yang dimaksud oleh manager club ini. Bahkan nomor telpon ini saja tak tersimpan di ponselku, bagaimana bisa aku mengetahui siapa orang itu. Jika teman kantorku tak mungkin, karena mereka biasanya akan mengajakku juga. Lagipula pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya, tak mungkin mereka memilih ke club daripada menyelesaikan pekerjaan.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang