Your Smell 25 - Too Late ?

2.5K 356 103
                                    


Carissa's POV

Suara musik jazz dari speaker mengalun lembut, memenuhi indera pendengaran. Di ujung sana Radya tengah sibuk bermain gitar, sedang mencoba menciptakan lagu. Shanna masih sibuk dengan tugas kuliah yang sejak tadi ia kerjakan. Sedangkan aku hanya memainkan ponsel, membuka sosial media yang lama-lama membuatku bosan sendiri.

"Gue laper deh, pengen makan" celetuk Shanna.

"Minta buatin Bibi aja sono di dapur" timpal Radya, saat ini kami memang berada di rumahnya.

Rutinitas mingguan kami, selalu menyempatkan untuk berkumpul. Karena Radya sedang malas untuk hang out di luar, jadi ia meminta kami untuk datang ke rumahnya.

"Tapi gue pengen makan yang manis-manis gitu. Pisang goreng madu enak kali ya"

"Wah boleh tuh, pesen aja gih" timpal Radya semangat

"Lo mau juga Ca?" tanya Shanna.

"Boleh, sekalian pesenin buat Kina...."

Aku langsung diam, menyadari apa yang baru saja kuucapkan. Ekspresi Shanna langsung berubah, Radya juga kini menatapku. Aku memalingkan wajah, berjalan menuju balkon kamar. Aku tak mengerti, mengapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutku. Padahal sudah hampir satu tahun aku mencoba untuk melupakannya.

"Hei Ca, you okay?" Shanna berdiri di sampingku

"fine, gue cuma lagi nggak fokus aja tadi. Eh lo jadi pesen nggak ?" Tanyaku, coba mengalihkan pembicaraan agar ia tak mempertanyakan sikapku tadi.

Shanna mengembuskan napas berat, kini menatapku lebih lekat.

"Kangen itu wajar kok Ca"

"No, itu nggak seperti yang lo pikirin Shan" bantahku.

"Lo nyadar nggak sih, hampir satu tahun ini lo selalu murung. Setiap diajakin ngobrol, lo kadang kurang fokus. Tubuh lo ada di sini, tapi pikiran lo kemana-mana. Lo ketawa, tapi mata lo menyiratkan kesedihan. Lo udah nggak seceria dulu lagi Ca"

Aku terdiam mendengar ucapan Shana. Kurasa memang begitu adanya.

"Setiap orang pasti pernah ngelakuin kesalahan, begitu pun Kinal. Emang pada awalnya dulu gue jadi benci banget sama dia karena udah nyakitin lo. Gue pikir lo cuma dijadiin pelarian. Tapi lama-kelamaan gue bisa ngeliat ketulusan dia, gimana care-nya dia sama lo. Apalagi ngeliat keadaan lo yang kaya gini, bikin gue semakin sadar kalau kalian itu emang saling membutuhkan Ca"

"Gimana lo bisa tau kalau dia butuh gue?" Tanyaku, Shanna tersenyum lembut, mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

"Nih, lo baca chat dari dia. Bayangin deh, tiap hari dia nggak pernah absen nanyain kabar lo,"

Aku membaca chat yang dikirim oleh Kinal, semuanya berisi pertanyaan tentangku. Membaca pesan terakhir yang dikirimnya pagi tadi, kurasakan mataku mulai berkaca-kaca.

"Halo Shan, hari ini lo kumpul sama Caca sama Radya kan ya. Nanti jangan lupa kabarin ya Caca gimana. Bilangin jangan lupa makan. Sori kalau gue terlalu cerewet, setiap hari nanyain lo hal yang sama. Lo pasti risih. Gue bener-bener nggak tau harus minta tolong sama siapa kalau bukan lo. Sekali lagi maaf ya Shan, tolong jaga Caca. Gue kangen banget sama dia"- Kinal

"You still love her" uacapan Shanna membuatku menoleh padanya, aku langsung memeluknya erat. Merasa sangat beruntung memiliki sahabat yang begitu pengertian dan selalu ada saat aku membutuhkannya. Bahkan pada saat titik terendahku.

Aku kembali masuk ke dalam kamar Radya, membereskan barang bawaanku.

"Lah lo mau cabut Ca?" tanya Radya

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang