Paid Love 19

631 127 11
                                    

Nggak tau kenapa setiap akhir tahun, mood gue untuk mengakhiri cerita selalu muncul. So this is it. One more part left. Enjoy
______________________________

"Gimana sih mbak Kinal, masa saya dikasi size M, saya kan mintanya yang L. Saya jadi harus capek balik lagi ke sini. Rumah saya jauh, mbak!"

"Maaf kak," kata Kinal seraya memberi baju ukuran yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Merasa tak enak karena harus membuat pelanggan kembali setelah sampai rumah.

"Lain kali yang teliti, mbak. Saya pelanggan tetap lho di sini."

Sekali lagi Kinal meminta maaf sebelum pelanggan itu pergi dengan tatapan tak suka. Ia masuk ke ruangan staff saat sudah tak ada lagi pelanggan di dalam store. Duduk bersandar pada kardus besar di pojok ruangan, Kinal membuka jendela di sampingnya, membiarkan udara segar masuk. Ia mengembuskan napas berat saat lagi-lagi tak mendapati balasan pesan yang ia kirim tadi, kemarin, bahkan hari-hari sebelumnya.

"Lo baik-baik aja kan, Nal?" Abim yang baru saja keluar dari toilet menghampiri Kinal, ia ikut duduk. "Kalau nggak enak badan mending lo pulang istirahat aja deh. Store lagi nggak begitu rame kok. Gue sama Fajar bisa handle."

"Gue nggak apa-apa, Bim."

"Serius? Akhir-akhir ini gue perhatiin lo kurang fokus, Nal. Kalau lo sakit mending izin sekalian sama bang Leo deh." Satu minggu belakangan Kinal memang kurang fokus, akibatnya ia sering salah memberikan ukuran dan warna baju pada pelanggan, seperti tadi.

"Nggak usah khawatir, Bim. gue baik-baik aja kok."

Abim mengembuskan napas berat, sudah hafal sifat Kinal yang selalu tak mau dibantu, bahkan saat ia membutuhkan pertolongan. "Lo kalau butuh apa-apa bilang aja, Nal. Gue sama Fajar siap bantu. Kita kan udah lama temenan, jadi jangan sungkan."

Kinal tersenyum, ia tau betapa tulus laki-laki di sampingnya itu. Tapi untuk hal ini, ia rasa tak ada yang bisa membantu selain dirinya sendiri. "Thanks ya, Bim. Tapi gue beneran nggak apa-apa, kok. Kalau emang butuh bantuan, gue pasti ngomong sama kalian."

Abim hanya mengangguk, keluar dari ruangan staff setelah mengabiskan satu batang rokok.

***

Diam beberapa saat, Kinal akhirnya memberanikan diri mendekat ke gerbang itu. "Mbak Kinal," sapa satpam begitu melihat Kinal.

"Chloe ada di rumah pak?"

"Belum pulang, mbak. Nggak tau baliknya kapan."

"Kalau bu Rebeca?"

"Ibu juga belum pulang. Mungkin masih di luar kota."

Informasi sama selalu Kinal terima dari satpam seminggu terakhir ia ke sini. Entah satpam itu diperintahkan demikian, atau memang begitu adanya.

Hampir setiap hari, sebelum atau setelah bekerja, Kinal selalu menyempatkan diri ke rumah itu. Mencari keberadaan Chloe yang terakhir ia ingat sedang berlibur ke rumah kakek dan neneknya. Juga tentu saja Rebeca yang ia ketahui sedang dinas ke luar kota.

Semua baik-baik saja awalnya, sampai Kinal kemudian menyadari Chloe tak menghubunginya. Padahal, tak pernah sehari pun Chloe lewatkan mengabari atau sekadar menanyakan keadaan Kinal. Pun dengan Rebeca. Ia memang jarang memberi kabar, apalagi saat sedang sibuk dengan urusan pekerjaan. Biasanya Andra yang mengabari saat Rebeca tak sempat berkabar.

Rebeca dan Chloe tiba-tiba hilang begitu saja. Keduanya tak bisa dihubungi, melalui apa pun. Bahkan Andra dan Tyo ikut hilang. Hal itu membuat Kinal curiga, ada apa sebenarnya. Apa keduanya sengaja menghindarinya? Atau mereka memang benar-benar sibuk dengan urusan masing-masing?

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang