Promise 4.0 (Special Request)

1.9K 321 138
                                    


Shania's POV

Tujuh bulan berlalu setelah hari terakhirku bertemu Kinal. Kini aku tengah bersiap kembali ke Indonesia. Sebulan lalu aku telah menyelesaikan pendidikan. Tak sabar ingin segera bertemu dengannya.

Setiap hari aku tak pernah absen menelponnya. Ya untung-untungan sih, kadang ia mengangkat, kadang tidak. Kalau pun diangkat pasti ia bicara dengan nada yang malas-malasan. Tapi tenang, itu semua tak membuatku menyerah untuk mendapatkannya.

***

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di kantor milik Papa. Baru saja aku mengikuti rapat dengan beberapa petinggi perusahaan guna memperkenalkanku sebagai pegawai baru. Semuanya menyambut ramah, tapi percayalah, aku lebih exited bertemu dengan Kinal daripada mengikuti rapat semacam ini.

"Jadi, mulai hari ini kamu bisa pakai ruangan kamu. Della nanti akan bimbing kamu, kalau ada yang kamu butuhkan hubungi Della ya" Papa meninggalkanku menuju ruangannya.

"Bu Shania mau ke ruangan sekarang?" Tanya Della, membuatku terkekeh.

"Apaan si Del. Panggil nama aja, lagian kamu kan lebih tua dari aku"

"Nggk boleh dong manggil nama, mulai sekarang kamu kan atasanku" aku hanya menggeleng.

Kami berjalan menuju lift, berniat langsung ke ruanganku di lantai enam belas.

"Yaudah terserah kamu aja. Btw Kinal gimana?"

"Hmm hari pertama bukannya nanyain kerjaan, malah nanyain Kinal"

"Hahaha ya gimana, aku mau kerja di sini juga kan biar bisa ketemu dia"

Lift terbuka, kami segera keluar dan masuk ke ruanganku. Ruanganku cukup besar dan nyaman, tak kalah dengan ruangan Papa. Semuanya sudah tertata rapih, jadi aku tinggal duduk dan bekerja dengan tenang.

"Eh Del, nanti minta tolong siapin lunch buat aku sama Kinal ya. Pokoknya kamu urus deh, gimana caranya biar dia mau ke sini" ucapku pada Della, sebelum ia keluar ruangan.

"Oke bos"

***
Kinal's POV

"Eh lo pada tau nggk hari ini anaknya Pak Bram udah resmi kerja di sini. Tadi pagi gue ketemu di lift, buset cakep bener. Makin dewasa auranya makin keluar" suara Bino membuatku yang sedang fokus menyelesaikan laporan mingguan, akhirnya mengalihkan pandangan padanya.

Bino, Ardi, dan Leo tengah asyik bergosip ria. Padahal ini masih jam kerja, mereka malah asyik membicarakan anak dari CEO perusahaan. Dasar penggos... wait, sebentar sebentar. Anak CEO ? Jangan bilang yang dimaksud oleh Bino adalah...

"Shania. Namanya Shania" celetuk Ardi.

Aku langsung menelan ludah, berharap ini hanya mimpi. Ya Tuhan, kenapa waktu tujuh bulan terasa cepat berlalu. Jika Shania benar-benar bekerja di sini, maka kemungkinan besar aku akan sering bertemu dengannya.

"Eh Bu Della Bu Della" ucap Leo, mereka bertiga buru-buru kembali ke meja masing-masing.

"Kinal" aku mendongak, terkejut mendapati Bu Della di depanku.

"Iya Bu?"

"Nanti jam makan siang kamu ke lantai 16 ya, langsung masuk aja ke ruang brand manager yang baru" aku mengerutkan dahi, untuk apa aku dipanggil ke ruang brand manager. Itu kan bukan bidangku. Lagi pula biasanya jika manager memanggil, pasti melalui kepala divisi terlebih dahulu.

Kinal's One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang