1

256 11 1
                                    

"Ran....ada yang nyari..."
Raniya menoleh dan melihat seorang cowok tinggi dan tampan berdiri di belakangnya.
"Hallo...gue Kevin..."
Dia mengulurkan tangannya pada Raniya. Gadis itu tidak menjawab. Dia bahkan tidak membalas uluran tangan Kevin.
"Katakan yang kau mau...aku mau makan di kantin...."
" Pak Rusdi bilang kau bisa membantuku mengejar pelajaran yang tertinggal....satu jam setelah bel pulang?kau bisa?"
Raniya memandang Kevin dengan malas.
"Lima puluh ribu...per jam" ucap gadis itu.
" Apa maksudmu?"
"Tarifku...apa Pak Rusdi tidak bilang?"
Kevin tampak bingung.
"Kalo kau keberatan...aku tak bisa membantu...minggir."
"Oke...aku setuju. Akan ku bayar untuk lima hari."
Kevin mengeluarkan lima lembar 50 ribuan dari dompetnya.
"Oke....aku tunggu di perpus...thanks..."Raniya melambaikan uang ditangannya ke arah Kevin lalu bergegas menuju kantin.
Kevin memandang gadis itu. Dia tampak heran. Apakah gadis yang dia jumpai benar benar Raniya?

Raniya memandang uang di tangannya. Dia menghela nafas sambil duduk di bangku kantin. Tempat itu mulai ramai saat jam istirahat. Raniya tersenyum saat seporsi bakso pesanannya datang. Dia merasa lapar sekali setelah jam olahraga tadi.

Raniya menghentikan suapannya saat serombongan gadis memasuki kantin. Mereka memandangnya dengan jijik seolah Raniya adalah tempat sampah.
"Tangkapan besar nona sok pintar?"
Raniya terus makan dan tidak mempedulikan ucapan gadis itu. Dia terus mengunyah makanannya tanpa bereaksi apapun.
"Hebat! Rupanya Reval tidak memberimu banyak uang ya..."
Raniya mengangkat wajahnya pelan saat kemarahan mulai menguasai kepalanya dan byurr!!
Tangannya menyiramkan segelas es teh manis ke arah gadis di depannya. Gadis itu terpekik kaget tak menyangka dengan reaksi Raniya yang tiba tiba.
"Beraninya kau...!"ucapnya sambil berusaha mendorong Raniya ke tembok,tapi usahanya sia sia karena Raniya sudah lebih dulu menjambak rambut gadis itu dan mendorongnya ke lantai hingga jatuh terjerembab. Tak sampai di situ, Raniya berusaha mengayun kakinya menendang tubuh gadis itu tapi sepasang tangan memegang tubuhnya hingga dia tak bisa bergerak.
"Lepaskan aku...lepas!"Raniya berusaha meronta tapi sia sia. Terdengar derap langkah kaki menuju kantin.
"Raniya...apa yang kau lakukan?" Pak Rusdi berdiri di depan Raniya dengan berkacak pinggang.
"Lepaskan dia,Kevin. Anak ini harus menjelaskan semuanya di kantor kepala sekolah. Ayo Raniya ...dan kau Wina...."
Kevin melepaskan tangannya dari tubuh Raniya. Sekilas pemuda itu memandang Raniya sebelum gadis itu sebelum dia melangkah meninggalkan kantin.

"Kau akan membayar semua ini,Raniya. Lihat saja. Kau pasti dikeluarkan dari sekolah ini!"
Wina berkata dengan nada mengancam. Tapi Raniya hanya tersenyum dingin
"Aku takut sekali..."

"Duduk!" Pak Rusdi tampak kesal saat menyuruh kedua gadis itu duduk di kantornya.
"Kalian seperti anak tk saja. Kalian ini sudah umur 17...ayo baikan dan jangan ulangi lagi atau aku akan memanggil orangtua kalian."
"Dia yang salah pak. Dia menjambak rambutku!" Wina menunjuk Raniya yang memasang wajah tak bersalah.
"Aku tak mungkin menjambak rambutmu tanpa alasan. Dia menghinaku,pak."
"Sudah...sudah...ayo baikan."

"Nah....wina kau boleh kembali ke kelas. Raniya....kita akan bicara sebentar tentang persiapan lomba siswa teladan tahun ini."
Wina mendelik marah ke arah Raniya sebelum dia pergi. Raniya mengabaikannya....tapi hatinya berkata lain. Mata gadis itu menyipit penuh dendam...kita akan lihat siapa yang akan meninggalkan sekolah ini,Wina. Ucap Raniya dalam hati.

"Raniya....aku tak ingin hal seperti ini terjadi lagi. Jangan sampai panitia lomba tahu kau melakukan hal bodoh seperti ini...poinmu akan berkurang. Kita sudah mempersiapkan segalanya. Dan kau harus menang...."
Raniya mengangguk pelan.
"Maafkan aku,pak. Aku takkan mengulanginya lagi. Aku janji."
"Bagus. Kau boleh kembali ke kelas."
Raniya bangkit dari kursi dan hendak melangkah saat Pak Rusdi mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan baginya.
"Bapak turut sedih atas apa yang terjadi pada Reval...anak anak bilang kalian berdua bersahabat baik."
"Terimakasih,pak." Raniya menjawab pelan sambil melangkah pergi.

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang