24

45 5 0
                                    

"Kenapa kau mengikutiku terus?"
Raniya berbalik badan hingga hampir
menabrak pemuda di belakangnya.
"Apa maksudmu?" tanyanya bingung.
Raniya mengamati sosok itu lalu teringat sesuatu.
"Kau sekelas denganku....namamu Reval....iya kan?"
" Dan kau si anak baru. Apa yang kau lakukan di sini?"
Reval balik bertanya sambil memandang jalanan yang sepi.
Hari itu hari minggu dan masih sangat pagi. Wajar saja.
Raniya tidak menjawab dan terus melangkah menuju kios milik Pak Somad yang berjualan arang.
"Pagi, Pak. Aku mulai bekerja hari ini." Sapa Raniya.
"Bagus. Bisa kau masukkan arang arang itu ke dalam kantong plastik dan timbang sebanyak satu kilo. Kau bisa melakukannya?"
Raniya mengangguk dan mulai bekerja.
"Pak....tolong pesanan bibiku....aku akan mengambilnya nanti."
"Ya...kau bekerja hari ini?" tanya Pak Somad.
" Iya....ada pelanggan yang motornya minta hari ini selesai diperbaiki." jawab Reval.
"Nah...ini" dia menyerahkan 2 bungkus arang.
"Terimakasih."
Reval memandang Raniya sekilas sebelum menyebrang jalan dan memasuki bengkel besar tepat di seberang kios itu.

Dia bekerja di sana.

Raniya memandang bengkel itu dari jendela bis yang dia tumpangi. Bengkel itu sudah tutup. Begitu juga kios arang milik Pak Somad. Raniya menyandarkan tubuhnya ke kursi bis.
Segalanya pasti berbeda kalau saja Reval ada di sini. Bayu dan Wina tidak akan berani melakukan semua ini padanya. Tapi Reval telah pergi. Satu satunya pelindung yang dia miliki takkan pernah kembali. Hanya tinggal dia sendiri menghadapi semua kesulitan. Tapi Raniya takkan menyerah dengan mudah. Aku tahu aku bisa...dan aku akan membuktikannya pada semua orang...ucap Raniya dengan yakin.

Raniya memandang tumpukan piring dan gelas kotor yang belum di cuci di depannya.
"Tukang cuci piring kami libur hari ini.... warung sangat ramai jadi tak ada yang sempat mencucinya. Bisakah kau mengerjakannya dengan cepat? Kami hampir kehabisan piring dan gelas."
Raniya segera mencuci piring dan gelas dan setelah dua jam dia berdiri di depan bak cuci itu....dia menyelesaikan semuanya dengan cepat.

Raniya mengelap sendok terakhir dan meletakkannya di tempat sendok.
"Terimakasih banyak. Ini upahmu hari ini dan ada beberapa nasi bungkus yang tersisa. Bawalah pulang."
"Terimakasih,Bu."

Sudah jam sembilan malam. Raniya berjalan sendirian dan saat melewati lampu merah dia memanggil anak anak pengamen yang ada di sana. Mereka mengenal Raniya. Dia juga sering memberi mereka kue kue buatan ibunya. Lalu dia kembali berjalan menyebrangi jalanan yang mulai sepi.

Kevin mengamati gadis itu dari balik kaca mobilnya. Sudah dua jam lebih dia menunggu Raniya meninggalkan warung makan. Gadis itu tampak akrab dengan para pengamen itu saat membagikan nasi bungkus yang dia bawa.
Kevin mengemudikan mobilnya pelan pelan agar tidak ketahuan dia mengikuti Raniya. Beberapa hari ini dia terang terangan menghindari Kevin. Dia bahkan tidak pernah berbicara dengan Kevin. Raniya selalu ada di lab. komputer setiap jam istirahat dan kembali ke kelas bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Dan buru buru kembali ke lab. komputer untuk mengikuti jam tambahan matematika saat pulang sekolah. Dia bahkan tak bisa bertanya kenapa gadis itu menghindarinya.

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang