71

20 3 0
                                    

Arga memandang layar ponselnya dan tersenyum. Dia mengetik angka angka di papan tombol yang terpasang di tembok. Pelan dia mendorong pintu ruang guru yang telah terbuka dan masuk ke dalam. Dia menyalakan senter dan menekan tombol angka angka yang terpasang di sebuah lemari dengan tangannya yang memakai sarung tangan. Arga mengeluarkan tumpukan kertas dari dalam lemari dan mengambil beberapa lembar kertas dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Lalu dia mengambil kertas lain dari dalam tas ranselnya dan mengembalikannya ke tumpukan kertas lalu memasukkannya lagi ke lemari.

Arga tersenyum puas dan melangkah menuju ruang lab. fisika yang tampak ramai.
"Kau tidak takut ke kamar mandi sendiri,Ga?Ada yang bilang tempat itu ada hantunya."tanya salah seorang temannya. Arga tertawa.
"Aku tidak takut hantu,kau tahu. Apa yang bisa mereka lakukan padaku? Bukankah manusia lebih menakutkan? Kita bisa melakukan hal yang jauh lebih mengerikan."
"Kau aneh, Arga."
Arga hanya tersenyum dan melangkah ke arah meja Pak Candra sambil membawa hasil pekerjaannya. Dia akan membuat robot yang jauh lebih bagus. Dia telah memesan suku cadang dari luar negeri melalui pembelian online. Beberapa hari lagi sampai dan robotnya akan selesai.
"Sempurna seperti biasanya,Arga."ucap Pak Candra sambil menandai bagian dari robot itu.
"Terimakasih...aku sudah memesan spare part sesuai saran Bapak. Aku ingin bapak membantuku saat memasangnya nanti." Jawab Arga.
"Tentu....kau bisa beri tahu aku kapan waktunya. Nah...sudah waktunya pulang."

Esok paginya....
Upacara bendera yang diadakan tiap hari Senin baru saja usai...tapi murid murid masih berbaris karena akan ada beberapa pengumuman dari ekstrakurikuler dan pengurus OSIS. Raniya memandang Kevin yang berdiri di sebelahnya. Lalu ke arah Arga yang berdiri di sisi lainnya. Keduanya tampak bersikap aneh. Biasanya mereka akan melempar jokes jokes aneh nan garing bin retjeh untuk membuat Raniya kesal atau terpaksa tertawa. Tapi tidak hari ini. Keduanya memasang wajah dingin yang tidak biasa. Sesuatu telah terjadi sejak pesta ultah Alina.....Raniya akan mencari tahu nanti kenapa mereka masih memasang wajah perang.

Sirine kebakaran tiba tiba berbunyi nyaring membuat para
siswa berlarian dengan panik menuju ke tengah lapangan. Tapi beberapa siswa tampak penasaran dan mencoba mencari  sumber api.
"Mading kebakaran...lihat...!!"
Seseorang berteriak dan mereka semua menoleh ke arah papan mading yang ada di depan ruangan redaksi majalah sekolah. Papan kayu besar berlapis kaca itu tampak berkobar dilalap si jago merah dan tak berapa lama....kacanya yang tebal pecah berhamburan karena terpanggang api.
Raniya menutup mulutnya tak percaya saat Joshua berlari ke arah mading sambil membawa pemadam api darurat yang ada di kantor guru. Mereka memandang Joshua dan beberapa anggota pramuka yang mencoba memadamkan api.Dan dalam beberapa menit, api itu sudah padam.
"Pelajaran akan dimulai....harap kembali ke kelas masing masing dan seluruh pengurus majalah sekolah harap berkumpul di ruang OSIS,terimakasih."

Para siswa berjalan menuju ke kelas masing masing,tapi mereka masih tampak panik dan membicarakan kejadian menegangkan yang baru saja terjadi. Beberapa dari mereka bertanya tanya bagaimana hal itu bisa terjadi.
"Mungkin arus pendek...bukankah mereka memasang lampu di dalam papan mading?" Seseorang berkata. Raniya menoleh ke arah asal suara itu. Tampak beberapa siswa kelas tiga IPA berdiri bergerombol di depan kelas mereka.
"Tapi tidak pernah terjadi kebakaran kan?"tanya yang lain.
"Mungkin mereka lupa mematikan lampunya. Sungguh ceroboh...untung terjadi tadi....coba kalo kalo malam hari...seisi sekolah bisa terbakar habis." Jawab siswa itu lagi.

Raniya memiliki pendapat sama...tapi tidak pernah terjadi korsleting listrik selama ini.
"Raniya...kau dan Arga dipanggil ke ruang OSIS sekarang."Joshua berkata sambil berjalan diikuti Arga yang memandang Raniya dengan ekspresi yang aneh. Dia tampak puas..sudut sudut bibirnya tampak tersenyum tapi dengan janggal. Bukan tampak seperti Arga yang biasanya. Tapi...kenapa mereka juga dipanggil ke ruang  OSIS. Raniya bukan pengurus mading dan Arga sudah keluar setelah bertengkar dengan Yolanda. Ada yang tidak beres di sini. Joshua membuka pintu ruang OSIS dengan wajah tegang.
"Seseorang juga telah membuat semua komputer di ruang mading terkena virus. Tapi yang lebih buruk, Yolanda menuduh kalian dalang dari semua kejadian ini...."

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang