Tiga hari. Raniya memandang kosong ke arah white board di depannya. Tak ada satupun soal limit yang bisa dia jawab.
"Raniya....raniya..."Arga berbisik di telinganya. Raniya menoleh dan Arga menunjuk ke arah buku Raniya yang kosong. Tinggal lima belas menit waktu yang diberikan Bu Rina untuk menyelesaikan soal itu.
"Kau baik baik saja,Nak?"tegur Bu Rina sambil memandang wajah Raniya yang tampak lelah.
Raniya menggeleng,"Maafkan aku....aku tidak mengerti sama sekali..."
Bu Rina tersenyum lembut
"Kita akan lanjutkan besok. Kalian boleh pulang."Raniya berjalan meninggalkan lab. komputer dan melihat ibu Kevin berjalan menuju ruang kepala sekolah. Dia bergegas mengikutinya.
" Tante Ursula!"panggil Raniya.
Wanita itu menoleh dan tampak gembira melihat Raniya.
"Hallo Raniya..."
"Tante ingin bertemu Pak Rusdi?"
Dia mengangguk,"Sudah kubilang jangan panggil tante...panggil mami."
"Mami..."Raniya bergumam pelan.
"Well...Pak Rusdi meminta Kevin melakukan tes narkoba. Dan hasilnya keluar hari ini...dia sudah sadar dan keadaannya semakin membaik."
"Syukurlah....aku harap dia cepat pulih."
"Aku juga berharap hal yang sama."
Aku tidak percaya Kevin melakukan..."
" Mencuri,maksudmu?Tidak....dia sudah menceritakan segalanya kepadaku...kenapa dompet itu ada di tasnya dan membuatnya sampai dihukum. Dan aku tidak menyalahkan siapapun untuk apa yang terjadi pada putraku. Pak Rusdi hanya menjalankan peraturan di sekolah ini. Dan tak ada yang diistimewakan, termasuk Kevin. Dia bahkan menskors Kevin selama seminggu....dan kukira sebentar lagi kau juga akan mendapat peringatan keras karena masuk ke kamar mandi anak laki laki....apapun alasanmu."
Raniya hanya menunduk dan menatap ujung sepatunya.
"Kevin akan keluar dari rumah sakit sore ini dan aku ingin kau membantunya mengejar pelajaran yang tertinggal. Sopirku akan menjemputmu besok pagi.... nah sampai jumpa. Dan terimakasih atas semua yang kau lakukan untuk Kevin tempo hari."
Ursula meninggalkan Raniya dan masuk ke ruang guru. Gadis itu bisa bernafas lega mendengar bahwa keadaan Kevin semakin membaik. Dia akan mengunjungi Kevin besok. Tapi kelegaan Raniya berubah saat melihat Bu Fitria datang membawa sapu lidi ke arahnya.
"Kau dihukum karena masuk kamar mandi anak laki laki....sapu seluruh lapangan upacara sampai bersih. Jangan sampai ada satu lembar daun yang tersisa."Raniya menyapu halaman sekolah itu disaksikan banyak murid yang mengikuti ekskul basket dan tari.
"Wah....wah...aku tidak percaya Nona Sempurna akhirnya mendapat hukuman juga. Cukup menghibur....meskipun aku lebih senang kalau kau yang diskors selama seminggu." Wina berkata sambil berkacak pinggang di depan Raniya.
Gadis itu memandang Wina. Berusaha mengerti ucapannya.
"Apa maksudmu?"
"Ku kira otakmu yang cerdas bisa menarik kesimpulan....sayang sekali...dasar payah..."
"Maksudmu....kau ingin menuduhku mencuri dompetmu dan Kevin....aku tidak percaya kau melakukannya Wina. Kau membuat hidup Kevin dalam bahaya...."ucap Raniya dengan menahan tangis.
"Aku tidak peduli....minggir kau...." Wina menendang tempat sampah hingga daun daun kering yang sudah disapu Raniya dengan susah payah kembali berserakan. Tapi bukan itu sesungguhnya yang membuatnya sedih....bagaimana Wina bisa begitu jahat....
Raniya mengatupkan rahangnya menahan amarah. Tidak.Dia menggelengkan kepala. Satu keributan lagi akan membuat dia kehilangan masa depannya. Tidak.Arga sudah menduganya sejak hari itu. Dia mengepalkan tangannya berusaha mengendalikan diri. Wina sudah melampaui batas. Dia pantas mendapat balasan yang setimpal. Tapi Wina takkan berhenti sampai dia berhasil mempermalukan Raniya.
"Arga!"
Arga menoleh dan melihat Pak Candra,guru fisika kelas dua membawa dua buah kardus besar.
" Apa ini?" tanya Arga sambil membantu membawa salah satu kardus.
"Pak Fath memutuskan memasang CCTV di beberapa tempat. Kejadian akhir akhir ini membuat dia melakukannya. Ku kira kau ingin melihat bagaimana alat ini bekerja?"
Arga mengangguk. Tiba tiba satu rencana terbersit di otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Teen FictionKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...