Raniya menekap mulutnya dengan kaget. Tapi Arga tampak tidak terkejut.
"Sudah kuduga,Yolanda pasti mencari kambing hitam. Mari kita lihat....apa dia punya bukti."Arga dan Raniya masuk dan duduk bersebelahan dengan Joshua.
" Kalian ingin tahu...kenapa kalian dipanggil ke sini?" Tanya Pak Rusdi.
Arga dan Raniya saling berpandangan lalu keduanya kompak menggeleng.
"Apa kalian ada kaitannya dengan kebakaran mading dan kerusakan komputer di ruang mading?" Tanya Pak Rusdi.
"Tidak."jawab Arga singkat.
Raniya menggeleng dengan wajah tegang.
"Mereka bohong. Mereka pasti sakit hati...mereka tak jadi pengurus mading lagi..."terdengar suara Yolanda.
Pak Rusdi menoleh dengan pandangan mengancam."Kau tidak bisa menuduh orang tanpa bukti."ucapnya.
Pak Candra masuk dan menyalakan laptopnya di depan Pak Rusdi.
"Ini rekaman CCTV ruang mading kemarin...."ucapnya.
"Bapak lihat...tidak ada yang masuk ke sana dan menggunakan komputer kecuali....dia...dan kau seharusnya mematikan lampu mading saat pulang. Kecerobohanmu bisa menimbulkan bencana. Kau paham?"Pak Candra berkata pada Yolanda dengan nada tegas.
"Dan virus komputer itu....kau sendiri yang memasukkannya...lihat."Pak Candra memasukkan flashdisk milik Yolanda ke laptopnya dan monitornya tiba tiba mati.
"Lihat....jadi berhati hatilah sebelum menuduh orang."
"Mereka pelakunya. Mereka licik dan pintar....mereka melakukannya..."
"Cukup,Yolanda. Aku tak melihat mereka terlibat dalam hal ini. Jangan mencari kambing hitam untuk menutupi kelalaianmu. Dan aku tidak suka kau menyebut mereka licik. Kita semua tahu siapa yang lebih tepat untuk disebut licik."
Raniya dan Arga berpandangan. Raniya menarik nafas lega.
"Arga,Raniya....kembali ke kelas sekarang."Raniya tampak heran saat tiba di kelas dan melihat Alina tengah menangis di depan meja guru. Bu Fitria tampak berusaha menenangkannya.
"Apa yang terjadi?"tanya Raniya pada Kevin.
"Buruk. Dia mendapat nilai 0 untuk semua mata pelajaran. Komputer yang memeriksa ujian nya mungkin rusak. Jadi Bu Fitria memeriksanya secara manual. Tapi dia tetap dapat nol. Parah...."
Raniya memandang Alina dengan iba lalu membuka nilai ujian semester yang tadi dibagikan. Sempurna untuk semua mata pelajaran.
"Hebat....good job,Raniya."Kevin mengacungkan dua ibu jarinya.
"Thanks."
Hari yang hebat dan menegangkan... batin Raniya sambil membuka buku pelajarannya."Kenapa kau berdiri di sini?Masuk saja.."
Raniya menoleh dan terkejut saat melihat Pak Candra berdiri di belakangnya.
"Aku membawa pesanan Bapak dari kantin. Untuk Arga....sebenarnya dia tak begitu suka gado gado...jadi aku mengganti pesanan Bapak...maafkan aku..."
"Benarkah? Kau bahkan tahu apa makanan yang dia sukai....nah bawa masuk sana...kami sedang berusaha menghilangkan virusnya..."
Raniya memandang Arga yang tampak serius di depan komputer.
"Apa aku menganggu?" Tanya Raniya.
"Aku membawakanmu makan siang. Kau belum makan dari tadi."
Arga mengangkat wajahnya.
"Thanks...aku memang lapar sekali."
"Kau berhasil mengalahkan virusnya?"
Arga mengangguk,"Aku harus melakukannya satu persatu....masih ada 3 komputer lagi."
"Makanlah dulu....sayang sekali aku tidak bisa membantu." Ucap Raniya sambil membuka kotak bekalnya.
"Kau juga belum makan?" Tanya Arga.
"Aku ada ekskul tari tadi...well...kasihan Alina...dia harus mengulang semua matpel...dia bisa tidak naik kelas. Dia tampak ingin menangis..."
"Kenapa kau peduli?Biarkan saja...dia pantas kok mendapatkannya..."
Raniya memandang Arga dengan heran. Kenapa dia bisa berkomentar seperti itu?
"Maksudku....seharusnya dia belajar kan?"
Raniya mengangguk. Tapi dia tetap merasa janggal. Nilai nol untuk semua mapel? Tidak pernah terjadi.
"Apa kau percaya ada seseorang yang sengaja melakukannya?"
Arga tampak terkejut.
"Maksudmu?Seseorang yang membuka lemari penyimpanan kertas ujian dan menggantinya? Mereka menggunakan sandi tertentu....bahkan tidak semua guru tahu..."
Raniya mengangguk setuju.
"Apa kau pikir ada orang yang bisa melakukannya?"tanya Arga penasaran.
"Ya."jawab Raniya singkat.
"Siapa?"
"Kau. Kau bisa melakukannya kalau kau mau...kau punya kecerdasan...kau menguasai teknologinya dan kau punya akses...bukankah kau ada dpi sekolah tadi malam? Klub robotika selalu lupa waktu...kalian memang spesies yang berbeda. Bisa saja kau melakukannya kan?"
Arga tampak tak menduga jawaban itu. Dia langsung tersedak.
"Nih...minum....aku cuma bercanda. Butuh lebih dari hanya kecerdasan untuk melakukannya....kau butuh motif,alasan dan niat jahat....kau terlalu baik untuk melakukan sebuah tindakan yang bisa dikatakan yah....kriminal..."
Raniya berkata sambil tertawa melihat reaksi Arga.
Aku memiliki semua itu, Raniya. Apakah kau tidak menyadarinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Roman pour AdolescentsKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...