"Hallo.....Frans... Apa kabar?"
Frans memandang Sinta dengan terkejut. Dia tidak menduga gadis itu yang tadi mengetuk kaca mobilnya.
"Hai ...Bobby..." sapa gadis itu pada Bobby yang tampak seperti baru tersengat listrik.
" Sori, Bos. Kau harus menghadapi gadis ini sendiri...aku tak bisa membantumu."
Bobby melompat turun dari mobil itu dan melangkah pergi."Boleh aku masuk?" tanya Sinta. Tapi gadis itu sudah naik ke kursi penumpang dan menutup pintu Rubicon itu.
"Terimakasih untuk bunga yang kau kirim...tapi aku lebih suka bunga matahari yang di dalam pot."
" Bobby yang memberiku ide soal mawar itu..." Ucap Frans dengan gugup.
"Aku belum berterimakasih untuk yang kau lakukan tempo hari....jadi kupikir memberimu bunga... well...terimakasih, Sinta."
"Aku suka bunganya...terimakasih juga..."
" Bagus kalau kau suka."
"Kenapa kau tidak memberikannya sendiri padaku?" tanya Sinta sambil memandang Frans.
Karena aku tidak berani....jawab Frans dalam hati. Tapi dia tidak akan membiarkan kata kata itu keluar dari mulutnya. Reputasinya akan hancur dan Teresa akan menjadikannya lelucon selama sebulan penuh. Frans Bahtiar tidak berani berhadapan dengan seorang gadis. Sungguh sebuah kutukan baginya....Yasinta Valeria...Tuhan telah mengirim hukuman untuknya melalui seorang makhluk yang kecantikannya telah membius Frans.
"Frans..."
Entah kenapa Frans suka sekali mendengar Sinta memanggil namanya.
" Pak Fath melarangku memasuki sekolahmu selama dia masih yang jadi kepala sekolah." Frans akhirnya menjawab setelah dia harus berpikir lumayan keras.
"Well....kau membuatnya marah besar."
Dan aku sekarang menyesal sekali telah melakukannya, batin Frans.
" Baiklah...aku sudah lega karena tahu kau yang mengirim bunga bunga itu...aku tidak bisa tidur nyenyak memikirkannya....sampai jumpa, Frans." tangan Sinta terulur hendak membuka pintu mobil.
" Tunggu....Kak Teresa menitipkan sesuatu untukmu..." Frans berbalik dan meraih dua kantong kertas dari kursi belakang. Dia merasa begitu dekat dengan Sinta hingga dia bisa mencium wangi parfumnya. Green tea...atau semacam itu. Frans merasa udara di dalam mobil berubah jadi lebih panas dan keringat mulai bermunculan di keningnya. AC mobil ini pasti rusak.
" Ini syalmu...dan ini hadiah dari Kak Teresa."
" Simpan saja syalnya....tidak apa apa..."
" Kau serius..."
Sinta mengangguk dan menerima kantong kertas dengan logo toko perhiasan terkenal. Sinta mengeluarkan isinya dan tercengang.
Sebuah kotak berisi jam tangan mungil dengan tali kulit berwarna hitam. Sinta terpesona dengan hiasan kristal kecil kecil di sekitar angka angka penunjuk waktu di jam itu. Lalu dia memandang jam tangan di pergelangan tangan Frans....mirip sekali...jelas itu adalah jam tangan couple.
Frans memandang jam itu dan langsung menelan ludah. Kak Teresa....kau sungguh keterlaluan...batinnya dengan gusar.Sinta tersenyum kecil. Lalu tiba tiba ponsel Frans berdering. Dari Kak Teresa.
"Hallo.."
" Hai Frans....apa Sinta masih bersamamu? Bisa aku bicara dengannya?"
Pasti Bobby si mulut ember yang sudah memberitahu kakaknya.
"Kak Teresa ingin bicara denganmu."
" Hai Kak....terimakasih hadiahnya....tapi ini jam mahal...aku tak bisa menerimanya."
" Tidak apa apa. Aku membeli jam untuk Frans lalu aku teringat denganmu. Kebetulan ada jam tangan couple yang bagus dan ada sale yang besar....jadi aku beli untuk kalian berdua....jangan menolak atau aku akan marah."
Tukang ancam, batin Frans.
" Baiklah. Terimakasih kalo begitu."
" Sama sama. Nah sampai jumpa."
Sinta mengembalikan ponsel Frans dan berusaha memasang jam itu di tangannya.
"Kau bisa membantuku, Frans?" tanyanya.
"Sure..."
Frans memasang jam itu di tangan Sinta.
" Wah...cantik sekali. Bisa kau memotretnya, Frans..."
" Oke..."
"Bukan seperti itu. Begini..."
Sinta mencondongkan tubuhnya ke arah Frans sambil menunjukkan tangannya yang memakai jam tangan ke arah kamera ponsel Frans.
"Ayo Frans....tunjukkan juga jam tanganmu....nah seperti itu..."
Frans melirik Sinta yang ada di sampingnya. Seumur hidup dia tak pernah sedekat ini dengan seorang gadis. Dia bahkan bisa melihat bentuk alisnya yang melengkung dengan cantik dan bulu matanya yang lentik.
" Nah...satu dua tiga... sudah...kirimkan untuk Kak Teresa ya.."
Frans memandang foto itu sebelum mengirimkannya. Ya...mirip seorang putri cantik yang berfoto bersama sopirnya atau bodyguardnya.
Kulit kuning langsat Sinta tampak kontras bersanding dengan kulit Frans yang berwarna coklat gelap.
Kak Teresa pasti akan menggodanya habis habisan. Dan mamanya pasti lebih parah lagi. Dia sudah menganggap Sinta sebagai calon menantu."Kemana kau setelah ini?" tanya Sinta.
"Aku?Aku tidak kemana mana."
" Bagus....karena aku ingin mentraktirmu makan siang sebagai ucapan terimakasih untuk bunga yang kau kirim."
" Tidak perlu."
Seorang gadis cantik akan mentraktir Frans Bahtiar makan siang...apa kata dunia?
" Ayolah, Frans.Baiklah kalau kau tidak mau."
Tidak. Gadis ini tidak boleh pergi, batin Frans.
" Oke. Kita makan dimana?" Sinta tersenyum dan menyebutkan nama salah satu restoran kekinian yang jadi spot gaul anak SMU di kota itu.
Sungguh berkah atau musibah... Frans tak bisa menebak. Frans Bahtiar datang membawa seorang gadis makan di restoran. Luar biasa...

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Novela JuvenilKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...