Raniya memasukkan bubur ayam buatan ibunya ke dalam kotak kotak makan dan menyusunnya bersama risoles kesukaan Kevin. Sopirnya sudah menunggu beberapa menit yang lalu. Untunglah Raniya sudah bangun sejak pagi.
"Kau tidak sarapan dulu?" tanya ibunya saat Raniya mengambil beberapa buku.
"Tidak...aku sudah makan risoles tadi."
Sesungguhnya dia sangat ingin cepet cepat menengok Kevin hingga dia tidak merasa lapar.
"Aku pergi dulu..." ucapnya sambil mencium tangan ibunya.
"Sampaikan salam ibu untuk Kevin dan maminya. Semoga Kevin cepat sembuh."Rumah itu masih sama megahnya seperti pertamakali Raniya datang ke sana. Raniya membuka pintu mobil dan tampak Ursula sudah menunggunya di teras sambil membaca majalah ditemani secangkir teh. Wajahnya tenang dan Raniya merasa itu pertanda baik.
"Hallo....sayangku...apa aku menyuruhmu datang terlalu pagi?"tanyanya.
Raniya menggeleng.
"Apa Kevin sudah bangun? Ibuku membuat bubur ayam..."
"Dia sudah bangun. Entah apa yang dia lakukan di kamarnya. Dan kebetulan dia belum sarapan. Ayo."
Raniya mengikuti Ursula menuju kamar Kevin. Dia berhenti di depan sebuah pintu dan mengetuknya pelan. Terdengar suara dari dalam kamar dan Ursula membuka pintu."Mami...aku tidak lapar dan jangan menyuruhku minum obat...nanti saja." terdengar suara Kevin yang sedang memainkan ponselnya sambil bersandar di tempat tidur.
"Aku sudah bosan menyuruhmu makan....Raniya yang akan melakukannya."
"Raniya?" tanya Kevin dengan kaget sampai ponselnya jatuh ke lantai kamar yang beralas karpet bulu.
Melihat ekspresi Kevin, Raniya tahu bahwa ibunya tidak memberitahu Kevin bahwa dia akan ke sini.
Kevin berusaha bangun dari tempat tidur. Dia tidak ingin terlihat sakit...apalagi di depan Raniya."Tidak perlu...kau tidak usah bangun dari tempat tidur. "Raniya duduk di kursi yang ada di dekat tempat tidur dan tersenyum manis. Kevin melongo menatapnya. Tidak pernah dia bersikap manis pada Kevin selama ini. Dia selalu galak. Entah apa yang dilakukan ibunya hingga Raniya berubah seratus delapan puluh derajat.
" Bagaimana keadaanmu?"tanyanya.
"Baik...aku merasa sehat." jawab Kevin sambil berusaha duduk dengan lebih tegak.
"Ibuku memasak bubur ayam untukmu...kau suka bubur ayam kan?"
Kevin mengangguk dengan terpaksa.
"Nah....karena Raniya sudah datang...aku merasa tidak dibutuhkan di sini....aku akan melakukan beberapa pekerjaan...aku ada di ruang kerja kalo kalian butuh sesuatu."Ursula melangkah keluar kamar dan menutup pintu dengan bunyi pelan.
Raniya membuka kotak makan yang dia bawa dan mengambil sendok.
"Ayo makan...nanti kalo dingin tidak enak lho..."
Kevin berusaha makan memakai tangan kanan karena tangan kirinya bengkak akibat selang infus. Dia cukup kesulitan karena tidak terbiasa.
"Sini....biar aku suapi."
" Tidak..aku bisa sendiri."
"keras kepala..." gumam Raniya seraya meraih sendok dari tangan Kevin.
"Ayo makan...lalu minum obatmu."
"Aku mau...tapi ada syaratnya."
"Selalu ada syaratnya...baiklah ...apa?"
" Kau akan menemaniku nonton."
"Kukira ibumu tidak mengijinkanmu jalan jalan ke bioskop."
"Aku punya home theatre....kita bisa ..nonton film. Aku punya banyak koleksi film."Raniya memandang Kevin dan bertanya dalam hati bagaimana caranya bisa berterimakasih pada Kevin untuk apa yang dia lakukan.
"Ayo makan sedikit saja..3 suap saja. Ibuku sudah membuatnya....oke?"
Kevin membuka mulut dengan enggan.
"Baiklah. Kita akan nonton film setelah kau sarapan dan minum obat. Sekarang makan."
"Tiga suap kan?"
Raniya mengangguk pelan dan mulai menyuapi Kevin. Satu sendok. Dua sendok.
"Apa film yang kau sukai?"tanya Raniya sambil menyuapi Kevin lagi.
"Action,thriller,superheroes. Kalau kau?"
Sendok ke empat.
"Komedi romantis,drama,biopik..."
Sendok kelima.
"Jadi yang akan kita tonton hari ini? twilight saga?" tanya Raniya. Sendok ke enam. Kevin berpikir sebentar.
Ke tujuh.
" Transformers....gimana?"
ke delapan.
"Aku pernah nonton dengan Arga. Itu favoritnya."
Kevin tampak kecewa. Dia tidak ingin mendengar Raniya menyebut nama orang lain. Menyebalkan.
Ke sembilan . ke sepuluh. Dan bubur itu habis tak bersisa. Lalu setengah gelas air.
" Ironman."
Raniya menggeleng.
"Ayolah....kau mau kan?"
Tiga butir obat.
"Oke....aku akan ke dapur sebentar membawa kotak makan dan gelas ini."
Raniya bangkit dan melangkah keluar kamar. Kevin bergumam pelan,"Dia menipuku dengan cerdik. Dia terus bicara dan membuatku menghabiskan bubur itu. Awas kau, Raniya." Kevin tersenyum kecil....dia membuatku lupa segalanya."Dimana Raniya?" tanya Kevin sambil berusaha berdiri saat melihat maminya masuk ke kamar.
"Di dapur...sedang memotong buah, membuat jus dan popcorn. Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Ursula saat melihat Kevin berjalan pelan menuju lemari pakaiannya.
"Mami...I'm on a date...masak aku harus pakai piyama." jawab Kevin sambil melihat wajahnya di cermin.
"Kau belum boleh banyak bergerak...jangan berdiri lama lama. Kau ingin pakai baju apa? lihat...kaos ini bagus kan dan celana jins pendek ini. Kau pasti terlihat tampan. Ayo pakai Kevin. Nanti mami sisir rambutmu.Oke?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Fiksi RemajaKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...