"Silahkan.....coba lihat ke cermin...."
Raniya menarik nafas dan memejamkan matanya. Bagaimana kalo dia terlihat konyol seperti badut ato terlihat mengerikan?
Pelan pelan gadis itu mengumpulkan keberanian dan membuka matanya.
"Tidak mungkin...."gumamnya. saat melihat bayangannya di cermin itu.
Tidak.....ini pasti mimpi...batinnya."Cantik sekali....aku hampir tak mengenalimu..."Raniya menoleh dan menyadari semua ini bukan mimpi saat melihat Kevin berada di depan pintu kamar. Semua orang tampaknya sudah pergi. Hanya dia dan Kevin yang ada di situ.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Raniya bertanya dengan ketus.
Kevin tertawa pelan...."Galak sekali....kau memang Raniya..."ucap Kevin sambil duduk di atas tempat tidur. Raniya menelan ludah dan baru menyadari dia ada di rumah Kevin dan tentu saja dia bebas melakukan apapun di rumahnya.
"Menyebalkan..."gumam Raniya.
Gadis itu duduk di kursi dan untuk pertamakali menyapukan pandangannya ke kamar itu. Lalu dia menyadari satu hal. Sungguh sebuah bencana...Rumah ini pasti sangat besar dan punya lebih dari lima kamar. Kenapa dia harus masuk ke sini? Raniya memandang foto Kevin yang ada di meja belajar,deretan buku buku dan tas sekolahnya.
"Kau menyukai kamarku? Aku bekerja keras merapikan kamar ini selama dua hari.."
Raniya melengos tak peduli.
"Bukan urusanku..."Terdengar langkah langkah kaki mendekat. Lalu tampak Nyonya Ursula dengan penampilan yang jauh lebih menyilaukan dari sebelumnya.
"Pakai ini..."dia mengangsurkan dasi ke arah putranya.
"Mami...ini warna pink..."protesnya.
"Ya...dan itu terlihat serasi dengan gaun Raniya."
Wanita itu memandang Raniya dengan puas.
"Cantik sekali..."ucapnya sambil menyentuh pundak Raniya yang tertutup sutra.
"Jadi Kevin sayangku...buat dirimu terlihat tampan ato tamu tamu mami akan menduga kalo kau sopir atau tukang kebun di rumah ini..."Raniya menahan senyum saat wanita itu membuka lemari dan memberikan setelan jas ke arah Kevin.
"Apa kau lupa sopan santun? Jangan membuat gadis cantik menunggu..."
Kevin masuk ke kamar ganti dan dalam sekejap dia sudah berganti baju. Wajahnya tampak gusar.
"Pink again..."gerutunya saat merapikan lengan kemejanya.
"Itu warna salem.....kau terlihat tampan. Betul kan Raniya sayang?"
Raniya mengangguk. Membuat Kevin bertambah kesal.
"Raniya....bisa tolong pasangkan dasi Kevin? Aku harus terima telpon ini..."Raniya melangkah ragu mendekati Kevin.
"Jangan lama lama. Dia suka menggigit..." canda ibunya.Raniya tersenyum kecil dan mengalungkan dasi itu ke leher Kevin membuatnya sedikit membungkuk karena tubuh jangkungnya.
"Ini terlalu ketat.....kau berencana membunuhku ya?"
Raniya tertawa sinis dan menarik dasi itu dengan kencang hingga membuat Kevin terbatuk dan wajahnya memerah.
"Maafkan aku....aku cuma bercanda..."Raniya berkata dengan khawatir. Kevin memegangi lehernya.
"Kau boleh saja mencekikku sampai mati....api aku akan menciummu lebih dulu..."
Kevin menarik tubuh Raniya hingga gadis itu jatuh ke pelukannya.
Raniya menjerit kecil, berusaha melepaskan tangan Kevin dari pinggangnya.
Lalu...."Ampun...mami. Ini sakit. Apa kau ingin aku kehilangan telinga?"
Ursula tertawa dan melepaskan tangannya dari telinga Kevin.
"Dasar nakal....di depan mami kau berani memeluk Raniya...gimana kalo gak ada mami...pasti kamu apa apain anak orang..."
Raniya tergidik ngeri sementara Kevin tersenyum..."Sori mi...tadi kelepasan..."
"Oke...ayo cepat....tamu mami udah nunggu..."Ursula melangkah cepat meninggalkan mereka berdua.Raniya berusaha berjalan meskipun dia tahu susah berjalan dengan heels yang dia pakai. Tiba tiba dia merindukan sepatu ketsnya.
"Kenapa kau ? susah berjalan ya?"goda Kevin.
Raniya hanya melengos dan memegang lengan kursi. Berusaha agar tidak jatuh.
"Sebentar..."Kevin melangkah keluar kamar lalu kembali lagi membawa sepasang sandal berwarna hitam yang terbuat dari beludru.
"Pakai ini..." Kevin menyodorkan sandal itu.
"Daripada kau jatuh dan bikin malu..."Raniya mengikuti Kevin menuju tempat pesta maminya diadakan. Rumah itu sungguh indah. Raniya bahkan melangkah tergesa sambil memandang deretan lukisan pemandangan dan lampu kristal besar yang menjuntai dari langit langit. Tempat ini seperti set yang ditata untuk sebuah film.
Kevin membuka sebuah pintu dan Raniya mendengar suara riuh orang yang sedang bercakap cakap.
"Kau siap? Jangan lupa tersenyum dan berdiri dengan tegak..."
Kevin menggandeng tangan Raniya.
Gadis itu tampak tak percaya dengan apa yang dia lihat ketika memasuki taman kecil yang ada di bagian lain rumah besar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Fiksyen RemajaKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...