58

22 3 0
                                    

Frans memandang ke kursi penumpang di belakangnya dengan kesal. Bobby juga balas memandangnya dengan sama kesalnya. Hanya Sinta yang tampak menahan tawa. Teresa menyuruh Bobby untuk menemani Frans mengantar Sinta pulang setelah makan malam.
Frans menolak keras. Bobby apalagi. Tapi akhirnya dua orang itu harus menurut pada apa yang disebut senioritas dalam keluarga Bahtiar.
"Selalu ada orang ketiga dalam setiap kisah cinta....ayolah Frans,jangan marah." Sinta menyentuh tangan Frans.
"Orang ketiga? Setan maksudnya? Gue dong,Parah banget."Jawab Bobby. Sinta tertawa. Mau tidak mau Frans juga tertawa mendengar ucapan Bobby.
"Kukira akan lebih baik kalo kita mencarikan Bobby pacar. Supaya kita bisa double date. Bagaimana?" tanya Sinta.
"Aku tak menduga kau begitu baik....carikan untukku...aku tak bisa menemukannya sendiri." jawab Bobby dengan nada alay. Frans sekarang betul betul ingin melemparnya keluar dari mobil.
"Jadi... seperti apa cewek yang kau sukai?"tanya Sinta penasaran.
"Aku suka cewek yang membenciku. Makin benci,aku makin suka."
"Hah?!Aku baru tahu. Harusnya kau gampang dapat pacar. Bukannya semua cewek yang sekelas denganmu benci padamu?"
"Justru karena itu,aku bingung memilih..."jawab Bobby sambil memasang earphone di telinganya.
Sinta tak dapat lagi menahan tawa....
Menemukan pacar untuk Bobby akan sangat sulit kalo begitu.

Mobil yang mereka tumpangi tiba tiba berhenti.
"Kenapa Frans?"tanya Sinta.
"Ada masalah dengan ban belakang mobil ini.Aku akan memeriksanya."jawab Frans.
"Biar aku saja."Bobby melompat turun dari mobil.

"Kenapa dia begitu lama?"gumam Frans. Dia merasa ada yang aneh.
"Tunggu di sini....jangan keluar dari mobil. Oke?"
Sinta mengangguk saat Frans membuka pintu dan turun dari mobil. Dia memandang ban belakang mobilnya yang kempes. Dia berjalan memutari mobilnya. Bagaimana dua belakangnya bisa kempes bersamaan. Dan dimana Bobby?
Frans memandang jalanan yang sepi itu. Dia melangkah dan terkejut saat kakinya terantuk sesuatu.
"Bobby!!Kau kenapa?"
Frans memandang Bobby yang tergeletak di pinggir jalan. Dia melihat memar yang cukup parah di keningnya.
"Masuk ke mobil....aku bilang masuk..."ucap Bobby dengan suara serak menahan sakit.
Tapi terlambat....
Dor!!!
"Frans!"
Seseorang mendorong tubuh Frans hingga membentur mobil dengan keras. Frans hanya bisa berdiri terpaku saat melihat tubuh Sinta jatuh di depannya. Selama sedetik dia tidak menyadari apa yang terjadi
sampai Bobby berteriak keras dan berjalan dengan terhuyung ke arah Frans,"Sinta tertembak...."

"Sinta....Sinta!"Frans menepuk pipi gadis itu dengan panik dan semakin ketakutan saat melihat darah mengalir dari perut gadis itu.
"Kita telpon ambulans atau Kak Tere..."Bobby berkata dengan panik dan berusaha menelpon Teresa.

"Sakit sekali,Frans..."ucap Sinta lirih.
Frans tak bisa menahan diri. Dia menggendong tubuh Sinta dan berlari menembus jalanan yang sepi dan gelap itu.
"Kita akan sampai di rumah sakit. Oke?Tetap bersamaku....lihat aku..."Ucap  Frans sambil berlari dengan airmata mengalir di wajahnya.
"Oke..."jawab Sinta lirih.
Frans merasa dunianya telah berakhir saat melihat Sinta tersenyum lemah padanya. Tidak...tidak...Frans terus berlari....berbagai pikiran buruk melintas di kepalanya.

"Luka tembak di perut...tampaknya kehilangan banyak darah. Kau tunggu di sini."Dokter itu menutup pintu UGD dan meninggalkan Frans sendirian di ruang tunggu rumah sakit itu. Frans menyandarkan kepalanya ke tembok.
Kenapa dia melakukannya....bodoh....harusnya aku yang ada di dalam sana. Aku takkan bisa hidup kalo terjadi sesuatu pada Sinta....aku takkan bisa memaafkan diriku...tidak akan....

Terdengar derap langkah kaki mendekatinya. Frans menoleh dan melihat Bram serta papanya.
"Apa yang terjadi?"tanya Bram dengan cemas.
Frans berdiri dan langsung memeluk Bram.
"Seseorang menembak Sinta....dia terluka parah...aku sangat menyesal, Kak Bram. Aku bilang padanya untuk tidak keluar dari mobil...."
"Aku tahu....aku tahu...dia akan baik baik saja....jangan bersikap seperti ini..tenangkan dirimu... Bobby sudah menceritakan segalanya."
"Aku akan bicara dengan dokter."Josef Bahtiar berkata dengan sedih dan berjalan menuju ruangan dokter.
Ponsel Bram berdering,
"Ya...kita ada di rumah sakit....belum...papa sedang bicara dengan dokter....tidak...kau dan mama tidak perlu ke sini.  Jangan membuat mama panik.Apa kau sudah menghubungi keluarga Sinta? Mereka sedang ke sini...oke...aku sedang berusaha menenangkan Frans. Baiklah..."

"Jadi...kau adalah Frans Bahtiar?"
Frans dan Bram menoleh.
"Om Lukas...aku sungguh minta maaf."
Lukas berdiri dengan marah sambil memandang Frans.
"Karena kau Sinta jadi mengalami semua ini. Kalau aku tahu dari awal kau adalah Frans Bahtiar...aku takkan membiarkanmu mendekati Sinta."
Bram terdiam kehilangan kata kata. Dia memandang Frans yang tertunduk dengan sedih.
"Kau adalah Frans Bahtiar?"Seorang polisi yang baru saja datang bertanya pada Frans.
"Ya...aku...."
"Pak Lukas meminta kami menyelidiki penembakan yang terjadi pada putrinya....kami ingin kau memberikan keterangan..."
"Apa maksud kalian? Kau pikir Frans yang melakukannya?"
Josef Bahtiar yang baru saja datang bertanya dengan gusar.
"Anda Josef Bahtiar? Kami akan melakukan tes padanya...alkohol dan narkotik."
"Apa maksudmu?Putraku tidak minum dan menggunakan narkoba. Apa kau sudah gila?" tanyanya.
"Biarkan, Pa. Aku akan mengikuti apa yang mereka mau...." jawab Frans pasrah. Dia hanya ingin melihat Sinta.....

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang