5

87 8 0
                                    

Raniya berlari lari kecil sambil membawa kotak kotak kue di tangannya. Sudah terlambat. Dia sampai lupa waktu saat menggoreng risoles tadi. Tapi kantin masih agak sepi.

"Nah...ini Raniya sudah datang..."
Bu Siti menyambutnya dan berdiri di sebelahnya.... Kevin tersenyum.
"Hai...Raniya.Selamat pagi."
Raniya hanya memandangnya dan mulai membuka kotak kotak kuenya.
"Nak Raniya....semua kuenya dibeli Nak Kevin..."
"Mamiku pesen kue untuk acara di kantor barunya..."
"Total harganya 350 ribu."
Jawab Raniya.
"Kalo kau bawa kotak kotaknya sekalian tambah 50ribu....uangnya ku kembalikan kalo kau kembalikan kotaknya."
Kevin melambaikan tangan ke arah pria berseragam biru tua yang berdiri di sudut kantin.
"Pak tolong kuenya mami dibawa ke mobil. Nah...ini uangnya. Terimakasih."
"Sama sama." Raniya menjawab lalu menerima uang yang diberikan Kevin.
"Ini Bu..." Raniya mengambil selembar lima puluh ribuan.
"Tapi nak...ibu belum jual..."
Raniya tersenyum kecil
"Kevin belinya di kantin...ibu kan tetap harus dapet untung."

Rezeki anak soleha,Raniya tersenyum sambil memasukkan uangnya ke dalam saku. Gadis itu mengeluarkan kotak bekalnya. Karena terburu buru dia belum sarapan tadi.
Kelas masih sepi. Dia membuka bekalnya dan tersenyum memandang risoles di dalamnya.

"Apa kau yang membuatnya?Rasanya agak asin...tapi lumayan enak...."
Raniya menoleh dan separuh risoles yang ada di tangannya telah hilang.
"Reval....kau..." ucap gadis itu.
"Dilarang makan di kelas...kau tahu peraturannya. Dan aku Kevin....kau lupa namaku?"
Kevin berkata sambil memegang tangan Raniya lalu memasukkan potongan risoles yang tersisa ke mulutnya.
"Kau tidak keberatan kalo aku makan satu lagi?" tanyanya.

Raniya tak bisa berkata kata saat Kevin memakan satu lagi risoles bekalnya. Beberapa detik lalu dia melihat Reval sedang duduk di sebelahnya. Reval juga selalu mengatakan risoles buatannya agak asin.
Seperti de javu. Aneh sekali.
Tidak. Reval sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan orang yang ada di sampingnya adalah Kevin. Kesamaan yang mereka miliki hanya kebetulan. Ya....hanya kebetulan.
Sejak dia bertemu Kevin....dia selalu teringat Reval. Caranya bicara dan tertawa. Tasnya,cincin di jarinya,makanan yang dia sukai....
Raniya memandang Kevin yang bersiul kecil sambil membuka bukunya. Dengar...caranya bersiul dan lagunya juga sama persis.

"Darimana kau pindah?" tanya Raniya tiba tiba.
Kevin menghentikan siulannya dan memandang Raniya.
"Kenapa kau ingin tahu?" Dia balik bertanya.
"Aku hanya ingin tahu apa semua orang dari tempat asalmu sama menyebalkannya seperti dirimu." Jawab Raniya sambil melangkah keluar kelas.

"Ini menyebalkan,Raniya. Pertanyaan seperti ini hanya cocok untuk anak TK..."Reval menggerutu sambil membaca pertanyaan di bukunya.
Raniya tertawa kecil
"Kenapa kau begitu kesal? Tulis saja cita citamu di situ. Beres kan?"
Reval menulis dengan cepat. Raniya melirik ke arah buku Reval dan tak bisa menahan tawa saat melihat apa yang ditulis Reval.
"Tukang pos. Cita citamu menjadi tukang pos? Hahaha..."
"Kenapa? Apa yang lucu?"
Raniya menggeleng sambil tertawa.
"Tukang pos mengantarkan kegembiraan. Saat kecil aku selalu menunggu tukang pos mengantar surat dari papaku...kartu pos yang dikirimnya dari luar kota. Tidak ada yang lebih membuatku gembira selain bertemu tukang pos."

Ya,Reval. I'm waiting for Mr.Postman send me a postcard from heaven.....membawa kebahagiaan untukku...Raniya tersenyum kecil dan menghapus airmata yang menetes di pipinya.

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang