"Aku tidak begitu paham tentang penjelasan Bu Rina tentang persamaan kuadrat tadi...." Arga berkata sambil berusaha mengejar Raniya yang melangkah dengan tergesa. Ada banyak pekerjaan setelah ini. Pak Somad sakit dan arang arang itu menumpuk belum ditimbang dan dibungkus. Tigapuluh dua karung....dan harus selesai besok pagi pagi sekali.
Tempat parkir itu sudah sepi karena sekolah sudah bubar satu jam yang lalu. Raniya kaget saat sebuah mobil dengan kencang melaju ke arahnya.
Lalu.....
Krakk!!!
Terdengar sesuatu yang patah ato apa. Raniya berlari dan melihat sepedanya tergeletak di lantai dalam keadaan patah jadi dua. Kotak kotak kue kosong yang sudah diikat rapi berhamburan di lantai tempat parkir itu.
"Makanya jangan parkir sembarangan....!" terdengar suara Bayu dari dalam mobilnya. Lalu diikuti suara tawa mengejek geng tengilnya sebelum mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan Raniya dan Arga yang berdiri dengan kaget.
Raniya berlari menghampiri sepeda kesayangannya dan mulai menangis.
Bayu sengaja melakukannya untuk balas dendam karena Raniya telah menamparnya tempo hari.
Arga mengumpulkan kotak kotak kue yang berserakan dan berdiri disamping Raniya yang menangis pelan.
"Raniya....kau tidak apa apa?"
"Kenapa mereka melakukannya padaku? Mereka membenciku sejak aku datang ke sini. Apa salahku,Arga? Aku hanya ingin mewujudkan keinginan ayahku...karena itu aku mau sekolah di sini..." Raniya terisak dengan lebih keras.
Arga berdiri dengan bingung. Seumur hidup dia tidak pernah tahu bagaimana menenangkan gadis yang sedang menangis.
"Kemari...."Arga meraih tubuh Raniya dan memeluknya.
"Kita akan membereskan semuanya. Oke?" hiburnya sambil mengelus rambut Raniya. Raniya mengangguk dan menangis di pundak Arga.
"Kau tidak akan mengatakannya pada ibuku....kau janji?"
"Janji... ayo ku antar kau pulang."Arga memasukkan kotak kotak kue dan yang tersisa dari sepeda Raniya ke dalam bagasinya. Dia menutup bagasinya dan merasa bersalah bahwa dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Raniya duduk dengan tenang dan tampak berhasil menguasai emosinya. Arga meliriknya sekilas dan semakin merasa bersalah.
"Ke mana aku akan mengantarmu?"
"Aku harus membungkus arang arang di pasar. Mereka akan mengambilnya besok. Lalu aku akan membawa sepedaku ke bengkel. Mereka mungkin bisa memperbaikinya..."
"Aku punya Om yang punya bengkel....aku akan membawanya..." Arga berkata pelan.
"Terimakasih..."
"Aku akan mengantar dan menjemputmu ke sekolah sampai sepedamu diperbaiki."Raniya mengganti bajunya dan bersiap akan mengerjakan tugasnya. Dia memandang Arga yang juga berganti baju.
"Aku akan membantumu sampai selesai."
"Tidak....aku bisa mengerjakannya sendiri."
"Anggaplah kita bersenang senang."
"Terserah padamu."Arga memperhatikan Raniya memasukkan bongkahan arang itu ke dalam kantong plastik hitam dan menimbangnya. Dengan cekatan dia melakukannya dan dalam 15 menit dia sudah menyelesaikan satu karung arang. Dia memasukkan arang yang sudah ditimbang dan dibungkus ke dalam karung lain. Dia menatanya dengan rapi hingga karung itu dapat berdiri dengan sempurna.Arga melongo memandangnya. Dia bahkan belum menyelesaikan seperempat karung.
"Arga!Kau bilang mau membantu...kenapa kau hanya bengong seperti itu. Arang arang ini tidak membungkus dirinya sendiri..."
"Siap bos!" jawab Arga. Dia mulai memasukkan arang arang itu ke kantong plastik dan dalam hitungan menit, tangan dan wajahnya sudah penuh arang."Selesai..."Arga tersenyum puas saat dia sudah menyelesaikan satu karung. Tiap karung harus jadi 32 kantong. Hebat. Arga memandang karungnya yang tidak berbentuk dan berusaha membuatnya berdiri. Tapi sia sia saja. Arga mengusap wajahnya dengan tangan. Dia tak menduga pekerjaan ini cukup sulit. Raniya begitu gampang melakukannya. Dia menoleh ke arah Raniya yang tampak menahan tawa saat memandangnya. Arga melihat wajahnya di jendela toko yang ada di dekatnya dan tak bisa menahan tawa saat melihat wajahnya yang sudah tidak bisa di kenali lagi.
"Baiklah....kau yang menimbangnya. Aku yang akan mengaturnya di karung."
Wajah Raniya tampak gembira dan melihat kelakuan Arga dia seolah lupa tentang sepeda itu."Ini untukmu."Raniya mengulurkan segelas es teh manis ke arah Arga yang tampak kelelahan setelah dua jam berperang dengan arang arang itu yang sekarang sudah disusun dengan rapi.
"Dan ini makananmu....kau pasti lapar. Tapi itu hanya nasi campur biasa....kalo kau tidak mau..."
"Aku mau. Kau sendiri?"
"Ini milikku." Raniya menunjuk satu bungkus nasi lain.Arga makan dengan lahap sementara Raniya berusaha untuk tidak tertawa karena wajah Arga yang belepotan arang. Dia sudah mencuci mukanya tadi...tapi entah bagaimana justru wajahnya bertambah kotor.
"Kemari..." Raniya mengambil tisu dan berusaha membersihkan wajah Arga. "Entah apa yang kau lakukan sampai kotor seperti ini." Dia berkata sambil menggosok pipi Arga dengan lembut. Arga memandang Raniya dan merasakan wajahnya memanas saat gadis itu mendekat ke arahnya.
Dia merasakan jantungnya berdebar. Antara gembira dan perasaan aneh yang selalu dia rasakan saat bersama Raniya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Untuk Raniya
Teen FictionKisah Raniya,seorang gadis dari keluarga miskin yang harus survive bersekolah di SMU elit. Dengan kepandaiannya dia berhasil mendapat beasiswa penuh, tapi tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya dia menyimpan luka. Semua orang memperlakukannya dengan...