33: Bonus Chapter

55 4 0
                                    

SINTA DAN FRANS


Cerita tentang Raniya nya off dulu ya...sekarang penulis lagi mood buat nulis tentang Sinta dan Frans....eits tapi ceritanya tetep nyambung kok...dan pasti tambah otree soalnya jadi banyak drama....selamat membaca....😊😊😊😊😊

Sinta melangkah tergesa gesa menuju mobilnya. Sudah jam sebelas lewat sedikit. Mall ini sudah akan tutup beberapa menit lagi. Kenapa aku tadi parkir di sini? sesalnya dalam hati. Pakiran ini juga sudah sepi. Mobil yang tersisa bisa dihitung dengan jari. Sinta cepat cepat masuk ke dalam mobil. Dia baru saja akan menstarter mobilnya saat melihat lampu mobil yang ada di ujung parkiran itu berkedip kedip.Gadis itu menarik nafas...bukan urusanmu.....bukan urusanmu....tapi bagaimana bila ada yang butuh bantuan?pikirnya. Sinta lalu menjalankan mobilnya mendekati ujung parkiran.

Oh..Tuhan...darah...banyak darah yang berceceran di lantai tempat parkir itu. Tanpa pikir panjang Sinta menyambar tongkat bisbol yang selalu ada di mobilnya dan membuka pintu.

" Hallo...hallo..."panggilnya.
"Di sini...tolong..." terdengar suara tertahan dari dalam mobil.
Sinta membuka pintu penumpang mobil di depannya dan melihat seseorang tergeletak dengan lengan penuh darah.
Sinta melangkah mundur dengan ketakutan. Dia berpikir untuk lari dan menelpon polisi atau ambulan. Tidak. Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi pada orang di dalam mobil itu?
Sinta memberanikan diri kembali mendekat ke arah mobil itu.

"Tolong ambil ponselku..."orang itu berkata sambil menunjuk ke arah dasbor mobil. Sinta mengambil ponselnya.
"Oke...kau ingin menelpon seseorang?Aku akan telpon ambulans..."
" Tidak...jangan....telponkan Teresa...katakan Frans tertembak..."

Dengan tangan gemetar Sinta mencari nama Teresa di kontak hp itu dan segera menelponnya. Untunglah tersambung.
"Hallo....Frans....ada apa?" terdengar suara wanita menjawab. Sinta menyalakan loudspeaker.
"Aku tertembak...kirim orang untuk menjemputku di mall angkasa parkiran lantai 5G11..."
"Oh...Tuhan...apa kau bersama seseorang?"tanya Teresa dengan panik.
"Hallo...dia terluka dan darahnya banyak sekali...kita harus ke rumah sakit."
"Tidak...bantuan akan ke sana dalam 5 menit....oke? dengarkan aku nona...buat adikku tetap sadar dan hentikan pendarahannya sebisamu. Oke?"
" Oke."
Lalu telpon itu terputus.Sial sial sial. Ponsel itu mati. Mungkin baterainya habis.
Tenang...tenang...Sinta berkata pada dirinya sambil memandang
orang di depannya. Dia menarik syal yang dipakainya dan membalut lengan laki laki di depannya. Lalu dia menyadari sesuatu. Wajah orang di depannya tidaklah asing.
"Kau...kau Frans Bahtiar..." ucap Sinta dengan ragu ragu.
"Itu namaku..." jawabnya sambil meringis menahan sakit.
Sinta ingat sekarang. Mereka pernah bertemu saat sesi wawancara untuk majalah sekolah. Frans Bahtiar...pemain basket SMU Merdeka yang terkenal. Dia pemain yang hebat...tapi orang mengenalnya bukan karena itu.Pembuat onar, tukang berantem, hobi tawuran dan dipastikan selalu ada di setiap arena balap liar. Dibandingkan dengan Bayu seperti membandingkan ikan teri dengan ikan paus. Jelas....Frans melebihi level Bayu berkali kali lipat.
Dia telah menjadi dalang tawuran antara sekolahnya dan SMU NUSANTARA beberapa bulan yang lalu dan Pak Fath secara pribadi melarangnya memasuki pagar sekolah. Dia mengancam Frans...dan tidak peduli dengan keluarganya yang memiliki pengaruh besar di kota ini.He's the real bad boy.

" Kenapa kau memandangku seperti itu? Aku tidak akan mati...tenang saja."
Sinta hanya diam dan bersyukur cowok ini masih sadar. Kenapa kakaknya lama sekali. Ini sudah hampir sepuluh menit.

Lalu terdengar suara mobil yang direm dan suara langkah berlarian mendekati ford ranger itu.
" Frans...kau tidak apa apa?"
Frans menggeleng sambil memandang lengannya yang terbalut syal milik Sinta.
"Seseorang menembakku..."
"Kita urus itu nanti.....tolong periksa dia..."
Seorang laki laki dengan sigap mendekati Frans.
"Aku perlu memeriksanya di klinik. Ayo kita bawa dia." ucapnya dengan cepat. Teresa masuk ke mobil dan duduk di kursi pengemudi.
"Ayo dokter...aku akan menyetir...dan seseorang tolong antar gadis ini pulang."
"Aku bisa pulang sendiri. Aku bawa mobil." sahut Sinta.
" Tidak, Nona. Kau telah membantu adikku dan kupastikan kau sampai di rumahmu dengan selamat.... terimakasih kau telah peduli pada Frans."

Ford Ranger itu melaju dengan cepat meninggalkan Sinta yang berdiri dengan bingung . Dua orang lelaki berbadan kekar berjalan mendekatinya.
" Nona...kau ingin pulang sekarang? Kami akan mengikuti mobilmu sampai ke rumahmu."

Kekasih Untuk RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang