Part 1

42.8K 1.6K 11
                                    

" Sayang, itu Taya lagi ngapain sih?"

Byakta memandang heran anaknya yang terlalu serius, dipanggil saja sedari tadi bilangnnya sibuk.

Emang bayi tiga tahun itu sibuk apa sih, yang dilihat Byakta anaknya itu hanya sok sibuk sama kertas-kertas yang bertebaran didekatnya.

Jangan membayangkan lukisan indah, atau mewarnai yang cantik. Jauh sekali dari itu, kertas-kertas itu hanya dihamburkan kesekelilingnya, sedangkan yang dicoret coret hanya beberapa lembar saja.

Byakta sedikit bersyukur, setidaknya akan hemat untuk membeli kertas bulan ini.

" Dari tadi kok itu Yah, aku ajakin main juga nggak mau."

Baheera cemberut, ia ingin bermain bersama Taya, tapi putra lucunya lebih tertarik bersama kertas-kertas yang bertebaran itu.

Taya asik dengan dunianya sendiri, sibuk bergumam atau sibuk diam.

" Ngapain dia sih sebenarnya, itu kertas buat ngeprint saru rim udah kayak gitu?" Byakta masih tidak paham. Lebih tepatnya masih bingung.

Jarang terjadi seperti ini. Wah jangan-jangan Taya dalam mode anak manis yah.

Tapi kalau menebarkan kertas-kertas seperti itu jauh juga dari anak manis kok. Byakta lebih yakin kalau anaknya itu istimewa penuh dengan kejutan tak terduga daripada menjadi anak manis yang berdiam diri.

Tidak bisa dibiarkan.

Sebagai orangtua mungkin sedikit khawatir. Hanya sedikit kok.

" Coba tanya lagi Yah." Baheera memberi usul, ia juga penasaran.

" Taya, kamu ngapain sih nak?" Byakta ikut duduk di dekat Taya setelah menyingkirkan beberapa kertas yang ada didekatnya.

Taya yang melihat Ayahnya duduk disampingnya memasang wajah cemberut, pikirnya sebal melihat Ayahnya menganggu pekerjaannya.

Pikiran polosnya menganggap Ayahnya sok akrab, ingin di ajak main juga. Tapikan Taya suka sibuk sendiri saja. Tidak mau ajak Ayahnya itu.

" Taya cibuk Yah" pekiknya kesal.

Byakta mengulum senyum lucu mendengar suara anaknya, ada nada sebal disana.

" Sibuk apa memangnya sih Bang?" goda Byakta tidak tahan.

Ibaratnya menggoda Taya itu bagian dari hoby dan visi misi kehidupannya.

Luar biasa sekali tujuan hidup bapak satu anak ini.

" Lagi kelja yah" jari jemari kecilnya terlihat sibuk, mengatur kertas-kertas itu dengan tidak rapi. Tapi menurutnya sudah OK kok.

" Kerja kaya Ayah?"

" Ihhhh Ayah ganggu." Matanya berkaca-kaca menjawab ayahnya, ia sebal terus diganggu.

Bukannya kapok Byakta malah tertawa kencang, ia tidak tahan untuk tidak menertawakan anaknya yang sok sibuk itu. Terlihat menggemaskan begitu.

Jangan lupakan Visi dan Misi bapak satu anak itu. Menggoda anaknya hingga membuatnya menangis.

" Mama, ayah ganggu." Adunya pada Baheera, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.

Jika kesal Taya akan menangis, jika sedih akan menangis juga, apalagi marah bisa lebih drama lagi suara tangisannya.

" Sini Bang, sama Mama." bujuk Baheera lembut. Jika seperti ini jiwa keibuannya luar biasa sekali.

Merasa geli melihat interaksi ayah anak ini. Jika saling berdekatan saling menggoda. Jika tidak bertemu beberapa jam saja saling mencari.

Memang cinta itu luar biasa sekali.

Tidak digubrisnya lagi Ayahnya yang masih duduk didekat kertas-kertasnya. Taya berlari kencang menubruk Ibunya dengan sukacita.

" Abang senang tidak diganggu Ayah?"

Baheera menyamankan posisi duduk putranya tersebut, menghapus titik air mata di wajah lucu nan menggemaskan milik putranya.

" Ughh cebal cama Ayah. Ayah ganggu."

Byakta tidak tahan lagi mendengar gerutuan putranya, ia segera menghampiri mereka dan memeluk anak dan istrinya dengan tawa bahagia.

" Ayah jangan!!"

Baheera dan Byakta tertawa lucu melihat tingkah putranya yang tidak mau di peluk ayahnya.

Byakta pernah bilang tidak jika anaknya itu posesif menyebalkan.

Jika tidak maka sekarang diberitahu jika Taya itu bocah tiga tahun yang super posesif.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang