Part 34

7.8K 559 6
                                    

" Yang, lihat sepatu aku nggak? Sepatu yang semalam aku pake. Di rak biasa nggak ada."

Baheera menghampiri suaminya yang kebingungan mencari sepatunya untuk ia pakai pagi ini. Bukannya tidak memiliki sepatu yang lain, namun Byakta ingin memakai sepatunya yang sudah ia pakai.

" Masa nggak ada sih. Mas simpan di tempat biasa kan?" Baheera membantunya mencari, namun benar sepatu itu raib entah kemana.

" Iya, ingat banget kok semalam simpan di rak." jawab Byakta yakin. Ia belum terlalu tua untuk sepikun itu meletakkan barang miliknya.

" Taya kali." celetuk Baheera tidak yakin.

Masa iya sih putra mereka yang menyembunyikannya atau bisa saja Taya bermain dengan sepatu ayahnya lalu lupa menyimpannya kembali.

" Abang, abang dimana?" Baheera berteriak memanggil putranya.

Pagi-pagi sekali Taya sudah menghilang dan sibuk dengan dirinya sendiri.

" Abang, dimana?" panggil Baheera lagi.

" Kamal mandi Mama. Kenapa?" jawabnya kencang.

Bocah gembul itu keluar dari kamar mandi dekat dapur, bajunya basah seperti habis bermain air. Tangannya penuh gelembung sabun.

" Abang main sabun. Pagi-pagi Bang? Yaallah..." Baheera gemas sekali melihat kondisi putranya di pagi hari ini.

" Abang bantu Ayah kok." ujarnya tidak terima.

Taya tak suka di bilang seperti itu. Taya kan mau bantu ayahnya.

Taya kan anak baik.

" Bantu ngapain Bang? Habis Ayah berangkat kerja Abang mandi yah baru sarapan. Sudah terlanjur basah ini bajunya Abang. Tunggu Mama yah. Mama lagi cari sepatu  Ayah."

Baheera menghela napas pasrah, paginya sudah penuh drama dan kerja keras.

" Itu sepatu Ayah sana." tujuk Taya dengan jari mungilnya ke arah kamar mandi dekat dapur. Sekaligus tempat untuk mencuci pakaian.

" Sepatunya sama Abang tadi, Abang simpan di mana?"

" Itu Mama, sana. Cuci-cuci sana Mama." ujarnya gemas, padahalkan Taya sudah kasih tahu mamanya kok.

Kenapa suka sekali bertanya lagi.

" Astaga, Abang...." Baheera berteriak gemas dari dalam kamar mandi. Putranya sungguh luar biasa sekali inisiatifnya.

" Mama kenapa?" tanya Byakta pada putranya yang masih pada posisi semula.

Byakta yang mendengar teriakan Baheera segera menghampiri dapur. Dilihat baju putranya sudah basah dan tak tertolong lagi. Mungkin karena Taya bermain air pagi-pagi sekali makanya istrinya itu berteriak heboh.

" Mama kenapa Bang?"

" Itu Mama sana. Teliak gitu." ujarnya imut. Tidak tahu saja kalau mamanya berteriak karena kelakuannya.

" Ayah pakai sepatu lain saja." ujar Baheera mengampiri putranya dan suaminya yang menunggunya di dapur.

" Kenapa?"

" Itu di cuci sama Taya." ujar Baheera cemberut.

Sedangkan bocah gembul yang dibicarakan oleh mamanya itu hanya memberikan senyuman yang menggemaskan. Tidak merasa bersalah sama sekali. Tujuan Taya kan mulia. Membantu meringankan beban mamanya.

" Abang apain sepatu Ayah?"

Byakta menatap putranya penasaran, menuntut jawaban dari Taya.

" Itu Ayah bilang mau pakai sepatu. Taya bantu Ayah cuci-cuci. Taya bantu Ayah.." ujarnya dengan binar bangga.

Taya merasa senang karena sudah bisa membantu ayahnya.

" Kan mau di pakai loh Bang. Masa di cuci." Byakta gemas dengan jawaban putranya.

" Kata Mama halus cuci belsih Ayah. Taya bantu cuci belsih ini. Ayah bisa pakai." angguknya imut.

" Basah lah Bang. Nggak bisa pakai itu, harus di keringkan dulu." Baheera gemas dengan putranya. 

Luar biasa sekali ide Taya. Tidak terduga.

" Halus keling Ayah. Ndak bisa pakai?" tanyanya polos.

" Nggak bisa Abang. Yaallah gemas Ayah sama kamu."

" Taya bantu keling-keling sana Ayah. Nanti Ayah pakai. Oke?" Taya menyuarakan ide dengan  matanya berbinar indah.

Taya berlari meninggalkan ayah dan ibunya menuju kamar mandi, ingin segera menjemur sepatu ayahnya yang sudah ia cuci. Sedangkan Byakta dan Baheera saling berpandangan, tertawa geli dengan kelakuan putra mereka.

Pagi yang indah.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang