Part 41

7.6K 551 33
                                    

" Ndak mau Mama. Ndak mau.... hikss ndak mau Mama." suara tangisan Taya bisa membuat tetangga berdatangan.

Keras dan pilu sekali. Seolah-olah mamanya menyika bocah gembul itu dengan kejam dan tangisan Taya membuat orang lain salah paham.

" Abang maunya apa? Heum?" tanya Baheera lembut.

Ibu muda ini memijit pelipisnya lelah, ada saja yang membuat Taya penuh drama.

" Ndak mau Mama. Ndak mau...hikss ndak mau."

" Tadi abang bilang mau makan kalau sama sosis. Mama kasih loh ini, biasanya nggak boleh kan makan makanan seperti ini? Jadi ayo makan nak, kan mama suapin juga."

" Ndak mau Mama.. ndak mau...huwaaa hikss mama..." raungnya keras. Taya benar-benar menolak untuk makan.

" Abang, Mama cuma suruh makan loh bukan nyiksa kamu. Kenapa kamu nangisnya sedih nan pilu gini sih? Orang bisa salah paham, ngiranya kamu di siksa sama Mama." Baheera gemas dengan putranya ini.

Hobby sekali mendrama tangisannya.

Baheera khawatir Taya jatuh sakit, karena beberapa hari belakang ini Taya susah sekali makan. Dalam sehari hanya beberapa suap saja dan itu penuh drama. Bahkan terkadang Taya tidak makan dengan benar sama sekali dalam sehari.

" Ndak mau maam Mama. Hikss...." Taya benar-benar menolak untuk di suapi. Taya tidak ingin makan.

Kenapa mamanya suka memaksa?

" Yasudah, jangan nangis lagi. Nanti Abang capek loh kalau nangis terus. Matanya merah, terus bengkak."

Baheera menyerah, putranya tidak ingin makan. Ia tidak akan memaksa lagi karena Taya terlihat lelah dan tidak suka.

" Ndak maam Mama..  hikss... hikss..." Taya masih saja bergumam sambil terisak, menolak untuk makan.

" Iya nggak makan kok. Sini... lap dulu  mukanya. Ini air mata sama ingus lombaan nih turunnya." Baheera membawa putranya dalam pangkuannya, mencairkan suasana dengan menggoda putranya itu.

Baheera menghapus air mata yang terus mengalir. Taya terlihat menggemaskan dengan pipinya dan hidung yang memerah karena terlalu lama menangis. Belum lagi mata bulatnya terlihat bengkak.

" Abang memang kenyang yah?" Baheera bertanya pada Taya yang masih berada dalam pangkuannya.

" Huum..." angguk Taya lemah.

" Emang sudah maam apa aja hari ini?"

Taya terdiam cukup lama, terlihat berpikir apa saja yang ia makan hari ini.

Sepertinya banyak, Taya maam jelly kok, maam buah juga, maam biskuit juga. Minum susu juga.

Kan kenyang. Kenapa yah mamanya memaksanya makan lagi?

" Jelly, maam pisang. Maam biskuit juga Mama." jawabnya manja.

" Hari ini belum maam nasi, sayur juga. Kemarin juga kan?" Baheera mengingatkan kembali.

" Ndak mau maam nasi sama sayul hikss... ndak mau.." Taya kembali terisak.

" Minum coklat saja mau?"

Baheera pasrah, daripada putranya trauma ia memilih mengalah. Mungkin nanti Baheera perlu memikirkan lagi bagaimana caranya membuat Taya makan banyak lagi tanpa menjadi orang yang pemilih seperti ini.

" Ndak mau." gumamnya serak nan pelan.

Jejak dari sisa tangisannya masih saja terdengar.

" Jadi mau apa? Biskuit lagi yah?" Bujuk Baheer tak kenal lelah.

" Sudah Mama. Ndak mau..."

Taya merasa lelah di bujuk terus untuk makan. Ia tidak ingin makan kok. Kalau lapar kan Taya suka minta makan sama mamanya.

" Iya, iya, Mama nggak paksa lagi suruh makan."

Taya menganggukan kepalanya tanda setuju.

Pokoknya kalau lapar Taya makan kok. Jadi tidak usah di paksa.

Tapi mungkin bocah gembul itu tidak paham  bagaimana kekhawatiran orangtuanya kalau ia tidak makan dengan benar. Biasanya banyak muncul spekulasi dalam pikiran orangtua, kemudian muncul ketakutan dan rasa khawatir.

Yang Taya tahu ia tidak ingin dipaksa.

Sudah begitu saja.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang