Part 143

5K 584 154
                                    

" Abang...." panggil Baheera lembut.

Menahan emsoi dan rasa putus asa yang tak terbendung lagi melihat ulah putra gembulnya ini.

" Iya Mama..."

Beuh manis sekali jawabnya. Bocah gembul itu seperti tahu jika nada suara mamanya berubah semanis madu itu pertanda sesuatu.

Taya langsung menghampiri mamanya di dapur.

Err sepertinya Taya tahu kenapa mama panggil.

" Mama panggil Taya?" tanyanya polos begitu tiba depan mamanya.

Taya kan anak baik. Jadi tunggu mama kasih tahu saja.

" Abang masukin sesuatu dalam kulkas kita?"

Baheera jongkok agar posisinya sejajar dengan Taya. Pokoknya Taya harus tahu kalau mamanya sedang berbicara serius.

" Kulkas kita?" tunjuk Taya kearah kulkas mereka.

" Iya. Abang simpan apa didalam kulkas?" Tanya Baheera lagi.

" Hihihihi Taya simpan kulkas." kikiknya geli plus malu, sudah ketahuan sama mama.

" Iya, Abang simpan apa?"

Baheera merasa antara mau marah dan geli dengan tingkah putranya. Disatu sisi rasanya sebal, tapi lihat Taya yang menggemaskan begini rasanya jadi campur aduk.

" Taya talu sepatu Taya dalam sana. Lihat, ada kan Mama?"

Taya berlari membuka kulkas, menunjukkan sepatunya yang ia simpan dalam sana.

Beku bersama makanan.

Pintar sekali, Taya menyimpannya di freezer.

" Sepatunya Abang jadi beku loh. Dingin."

" Huuh, beku Mama. Nanti jadi es kan Mama?"
angguknya girang tanda setuju.

Taya tahu kok kalau simpan sepatu di kulkas nanti jadi dingin.

" Iya bisa jadi es. Sepatunya Abang basain dulu nggak tadi?"

" Ndak. Taya talu saja telus ndak kasih ail. Simpan dalam kulkas."

" Kenapa sepatunya Abang masukin kulkas?"

Sejujurnya Baheera penasaran dari mana Taya mendapatkan ide itu dan alasannya apa.

" Ini balu loh sepatu Taya. Ada kaldus sana, Taya kelualin telus masukin kulkas." jelasnya lagi.

Tapi penjelasan Taya buat mama gemas. Kan tidak menjawab pertanyaan.

" Iya, Mama tahu ini sepatu baru Abang. Ini dibeliin sama Kasan sama Necan. Terus kenapa Abang masukin dalam kulkas?"

Pokoknya Baheera harus santai kalau soal tanya-tanya sama Taya. Kalau nggak santai dan emosi bisa tidak mendapatkan jawaban.

" Taya taluh kulkas bial awet dong. Ndak cepat lusak." jawab Taya bangga.

Taya merasa idenya paling oke sedunia.

" Awet bagaimana? Coba jelasin sama Mama." Baheera merasa gagal paham.

Ada apa dengan putranya ini.

" Jadi Mama, sepatunya Taya talu kulkas. Nanti ndak cepat lusak. Mama bilang simpan kulkas biar ndak cepat lusak kemalin."

Taya gemas sama mama. Masa mama tidak lupa sih, kemarin kan mama bilang gitu. Simpan saja dalam kulkas biar bisa awet. Banyak makanan mama dalam kulkas.

Sosis juga dalam kulkas.

" Bukan sepatu juga Abang sayang. Anak sholehnya Mama, yang paling Mama sayang, anak baik dan pintar."

" Ndak sepatu?" tanya Taya tak mengerti.

" Iya nak. Yuk kita keluarin sepatu Abang yah." bujuk Baheera. Pasalnya Taya sudah menunjukkan wajah cemberut.

" Kenpa ndak sepatu Taya?" protesnya lagi sedikit tak rela sepatunya mama keluarin dari freezer.

" Eummm sepatunya Abang bukan makanan. Kalau bukan makanan itu boleh simpan di luar yah, simpan yang rapi dan baik juga nggak akan cepat rusak. Contoh nih mainan Abang, habis main Abang simpan kembali mainannya dalam box. Nggak cepat hilang dan rusak kan?"

" Huuh. Taya lapi-lapi."

" Sepatu juga. Jadi dia kita simpan di luar yah. Kembali dalam kotaknya biar rapi. Kalau mau pakai nanti kita keluarin dari kotak. Nah setelah kotor kita cuci, tunggu kering masukin kotak lagi. Nggak cepat rusak kok."

" Masuk kotak sepatu Taya. Ayo Mama..."

" Ummm ini kita jemur dulu yah. Kan beku, simpannya kalau kering."

" Tunggu keling Mama? Ada matahali loh. Jemul lual sana." tunjuknya kearah halaman belakang mereka.

" Iya kita jemur dulu yah diluar sana."

" Ayo Mama, Taya bawa..."

" Hmmm dingin Mama..."

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang