Part 40

7.9K 569 27
                                    

Beberapa hari ini Taya suka sekali bemain role play. Ia dan mamanya suka bermain peran ketika sedang senggang.

Oke, mungkin setiap waktu karena Taya selalu senggang.

Mana punya kesibukan bocah gembul itu selain bermain, makan, menangis, menganggu mamanya atau tidur.

Taya sudah rapi, sudah wangi pula. Pukul setengah lima mamanya sudah menyuruhnya untuk mandi. Padahal mamanya tidak mengajaknya pergi main.

" Abang, itu ada yang salam di depan. Coba lihat dulu siapa!" pinta Baheera meminta tolong kepada putranya yang sudah duduk manis di ruang keluarga. Asik menonton kartun favoritnya dari layar TV.

" Iya Mama." Bocah gembul itu segera berlari ke depan. Sambil menjawab salam.

Mata bulatnya mengintip kecil dari kaca jendela ruang tamu rumahnya, jenis kaca yang dapat terlihat dari dalam namun terlihat gelap dari luar.

" Siapa Bang?" teriak Baheera.

Taya bisa mendengar teriakan mamanya, namun bocah itu masih mengintip kecil dari balik jendela.

" Siapa?" suara kecilnya.

" Ayah."

Ternyata yang mengucapkan salam adalah ayahnya Taya, seharusnya Byakta bisa masuk sendiri jika saja Baheera tidak menutup pintu dengan slot tambahan.

" Ayah siapa?"  Taya bertanya polos. Ia masih tidak mau memanggil mamanya untuk segera membuka pintu.

" Taya panggil Mama nak buat buka pintu."

" Ndak kenal. Siapa di lual?" jawabnya polos.

" Abang, panggil Mama sana. Ayah mau masuk." Bykata ikut berdiri di hadapan putranya ikut mengintip kelakuan Taya.

Putranya masih saja bergeming, matanya memincing curiga nan usil di balik kaca jendela rumah mereka.

"Abang..." panggil Byakta gemas.

Taya berlari menghampiri mamanya yang masih sibuk di dapur. Mengabaikan ayahnya di depan sana.

" Siapa Bang?" tanya Baheerea begitu melihat putranya menghampirinya.

" Olang Mama. Ndak buka pintu." jawab Taya sambil lalu, segera menonton kembali tayangan kartun favoritnya. Mumpung mamanya membolehkan ia menonton. Biasanya jarang sekali di perbolehkan.

Suara salam dari depan masih saja terdengar, putranya itu luar biasa sekali pikir Baheera.

" Abang itu siapa di depan?" tanya lagi sambil menuju depan untuk membuka pintu.

" Olang Mama. Ndak buka pintu." jawab terkikik usil, belum lagi binar matanya membuat mamanya curiga.

Begitu membuka pinta Baheera melihat suaminya, pukul lima sudah berada di rumah. Tidak seperti biasanya.

" Loh Mas, kirain siapa. Tadi bukannya Taya liat ke sini. Dia malah bilang jangan buka pintu. Orang nggak di kenal katanya."

Baheera terkekeh gemas, putranya pasti sedang iseng mengerjai ayahnya. Sengaja sekali.

" Aku suruh buat bilangin kamu bukain pintu. Malah nanya siapa. Padahal tahu tuh dia.  Sengaja banget deh ngisenginnya." Byakta tak habis pikir.

Taya dan kelakuannya.

" Abang itu yang salam tadi Ayah kan? Kok nggak bilang Mama? Malah isengin Ayah lagi, pake tanya siapa. Padahal Abang kan tahu." Baheera membawa Taya dalam pelukannya, memeluknya gemas dengan kelakuan putranya ini.

" Iseng banget sih Bang." gemas Baheera, sambil menciumi seluruh wajah putranya hingga bocah gembul itu memohon ampun.

" Ayah, ini Abang nih. Tadi godain Ayah. Kelitikin aja nih yah." lapor Baheera begitu melihat suaminya di ruang keluarga.

" Ampun... Mama ndak. Geli..." berontak Taya dari pelukan mamanya.

" Nggak ampun, tadi Abang ngerjain Ayah nih." Baheera masih saja mengelitiki putranya.

"Maaf, Mama geli. Ndak Mama... hahahaha.. Mama hahahahha.... geli...."
Taya masih saja berusaha lepas dari gelitikan mamanya.

" Minta maaf sama Ayah."

Baheera segera mengangkat tubuh putranya agar bangun dan menghampiri ayahnya yang masih berdiri melihat kelakuan mereka berdua.

" Ayaaahhh, maaf yah. Ndak lagi kok." ujarnya dengan nada manis.

Taya segera saja menggelayuti kaki ayahnya dengan semangat.

" Gendong, " Taya mengangkat kedua tangannya meminta untuk di gendong, " maaf Ayah.. kiss kiss..." segera saja bocah gembul itu mencium pipih ayahnya dengan ekspresi penuh rayuan.

" Yaallah, untung sayang Bang. Jangan ulangin lagi."

" Iya, ndak lagi. Janji kok" ujarnya bahagia sambil memeluk leher ayahnya.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang