Part 57

7.1K 589 34
                                    

" Ami, Ami....tok tok..." bunyi ketukan pintu dan panggilan itu terdengar konstan.

Taya duduk manis depan kamar tamu rumahnya. Menunggu Ama dan Aminya keluar.

Ingin sekali Taya mengetuk pintu dengan keras, tapi mamanya tadi berpesan agar duduk manis saja di depan menunggu Ama dan Aminya keluar.

Ama dan Ami lagi istirahat kata mamanya.

Walaupun dilarang untuk mengetuk pintu kamar oleh mamanya, Nataya masih saja mengetuknya. Tidak benar-benar patuh.

" Ama, Ama...." panggilnya lagi dengan suara yang mulai sedikit keras dari sebelumnya.

Taya masih berusaha untuk sabar, kakek neneknya baru datang dari Malang. Itu jauh, dan mereka butuh istirahat.

" Amaa...."

Pada akhirnya Taya berteriak kencang disertai pukulan kencang di daun pintu kamar tamu.

Taya masih seperti anak kecil lainnya, tidak sabaran menunggu. Walaupun tadi mamanya bilang harus sabar.

" Abang ngapain nak depan kamar Ama dan Ami?" heran Byatak melihat putranya sudah duduk manis di depan kamar orangtuanya.

Sejak kemarin Taya tidak sabar menunggu kedatang Ama dan Aminya dari Malang. Ribut sekali bertanya kapan mereka sampai ke rumah.

" Ama sama Ami ndak buka buka pintu." adunya cemberut. Ia ingin segera bermain.

" Lagi istirahat Bang. Abang sama Ayah yuk, mandi dulu. Sudah sore juga sekarang. Abang baru bangun kan. Mandi dulu, nanti kalau sudah rapi mungkin Ama sama Ami sudah bangun." bujuk Byakta.

Taya masih saja memasang wajah cemberut yang menggemaskan. Tak ingin beranjak sama sekali.

Ia sudah menunggu momment ini dari kemarin. Bujuk rayu ayahnya tidak akan mempan lagi.

" Amii...."

Taya mengabaikan ayahnya, menghap kearah pintu kamar dan mengetuk dengan tidak sabar.

" Ami......" panggilnya lagi dengan kencang. Tangan mungilnya terus menggedor pintu kamar.

Tanpa jeda.

" Abang. Ami lagi istirahat, kita tunggu di sana yuk. Sama Mama juga."

Byakta membujuk putranya itu, ada rasa sungkan jika harus menganggu waktu istirahat mertuanya.

Walaupun ia yakin 100% bahwa mertuanya tidak akan keberatan sama sekali di ganggu oleh Taya.

" Amii...."

Sebelum tangan mungil Taya mengetok dengan brutal pintu kamar itu dibuka dari dalam.

" Amaaaa...." teriaknya senang. Lalu menggelantung dikaki kakeknya dengan senang.

Sedangkan Byakta memasang ekspresi sungkan yang kentara.

" Waahhhh, belum salam dan salim nih sama Ama.." kakeknya mengingatkan Taya dengan lembut. Sambil menggoyangkan kakinya hingga berayun.

Taya tentu saja senang.

" Salim dalam." pintanya tak peduli pada ayahnya yang masih berdiri di depannya.

" Papa, maaf ganggu waktu istirahatnya." ujar Byakta kikuk. Menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Kentara sekali kalau merasa tidak enak.

" Waduh kamu kayak sama siapa saja. Tidak perlu sungkan. Tidak apa-apa. Papi sudah istirahat cukup kok, malah senang sekarang ketemu cucu."

Byakta tersenyum senang mendengar jawaban papi mertuanya.

" Aduhh, Abang makin berat nih..." godanya pada Taya.

Mereka segera memasuki kamar lalu menutupnya.

" Hihihihi ndak belat Amaa. Ayun ayun... Waahhhhh....." pekiknya senang.

" Eh Abang baru bangun yah tadi?"

" Huum... Balu bangun. Ke kamal Ama sama Ami. Taya tunggu." jawabnya senang. Ia sambil meloncati kasur nenek kakeknya denga bahagia.

" Ami ndak ada?" Taya sepertinta baru menyadari jika neneknya tidak ada di kamar.

" Lagi mandi. Abang belum mandi yah?"

" Ndak mandi..."

Taya masih saja tak bisa diam. Melompati tempat tidur dengan lincah.

" Kenapa nggak mandi?" heran kakeknya. Ada ada saja jawaban Taya.

" Ndak mandi Ama. Taya sudah mandi tadi pagi sama Mama." jawabnya lagi dengan polos, disertai senyuman manis.

Kakeknya hanya menggeleng tak habis pikir dengan alasan Taya.

Luar biasa sekali.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang