Part 32

8.3K 593 11
                                    

" Hari ini Nataya mau naik kereta yah. Sabar. Nice juga. Kalau jalan pegang tangan Mama."

Baheera terus menginformasikan apa harapannya terhadap putranya nanti. Ekspetasi dan realita di jalanan itu sangat berbeda.

Baheera tidak tahu bagaimana kondisi KRL nanti ketika mereka naik. Apakah putranya nyaman. Yang lebih penting adalah Nataya tidak menganggu orang lain.

Mungkin akan ada yang senang dan merasa gemas, namun tidak menutup kemungkinan juga akan ada yang tidak nyaman dan merasa terganggu.

" Naik keleta besar Mama? Wahh..... ke rumah Kasan Necan?" Taya antusias sekali sewaktu mamanya bilang kalau mereka mau naik kereta ke Depok.

Biasanya Taya pergi sama ayahnya menggunakan mobil. Tentu saja ini pengalaman yang ia tunggu-tunggu.

" Iya, nanti kalau sudah sampai Depok baru di jemput Tante Balqis. Taya senang yah, ini pertama kalinya naik kereta."

" Senang Mama. Nanti bisa bawa keletanya? Wush wush wush...."

Baheera tak habis pikir, putranya luar biasa sekali. Mana mungkin ia bisa mengendarai kereta yang akan mereka naiki. Baheera dan Byakta seharusnya mengajak Taya untuk bermain di Kidzania.

" Belum bisa, kalau sudah besar baru bisa yah. Tunggu besar dulu yah. Oke?"

" Itu datang, datang Mama keletanya. Ayo Mama...." dengan sangat antusias Taya menarik tangan ibunya untuk segera menaiki kereta itu.

" Sabar yah, pelan-pelan. Tunggu keretanya berhenti, buka pintu lalu kita baru bisa naik."

Baheera kewalahan menghadapi antusiasme Taya. Tangannya teruk ditarik tak sabaran.

Khas Taya sekali.

Tidak lama, mereka akhirnya duduk nyaman di dalam kereta. Arah yang di tempuh juga berlawanan arah dengan orang berangat kerja menyebabkan kereta  kosong.

" Wah gantengnya. Siapa namanya?"

" Taya Tante.."

Baheera mengulum senyum geli melihat tingkah bocah gembul ini. Malu-malu sekali.

Taya menyembunyikan wajahnya di lengan ibunya. Malu di sapa, tapi senang terus melirik penuh minat karena di puji ganteng.

" Taya mau kemana? Naik kereta yah."

Bocah gembul itu masih malu-malu. Melirik penuh minat.

" Tantenya tanya tuh sayang. Taya mau ke rumah nenek sama kakek yah."

" Bukan, Taya ke lumah Necan. Jauh sana. Iya kan Mama?"

" Gemesnya. Taya umurnya berapa?"

Wanita muda yang duduk samping Taya terlihat antusias. Ketika melihat Taya orang-orang akan menaruh minat. Taya menggemaskan dengan pipi gendutnya yang kemerahan jika panas. Kulitnya putih bersih.

" Tiga anteu. Anteu berapa?" sambil menunjukkan 3 jarinya.

" 20 tahun. Pinta banget yah. Gemas."

" Taya juga mau 20. Nanti mau bawa keleta. Kata Mama kalau banyak bisa bawa keleta. Siapa yang bawa keleta Mama namanya?"

Maksudnya Taya kalau usianya sudah cukup dewasa, makluk saja Taya dan kalimatnya. Harus pintar memahami.

" Masinis."

" Taya kalau sudah besar mau jadi masinis?"

" Ndak, Taya mau jadi Dino." ujarnya senang.

Baheera menggeleng gemas, putranya belum paham sepertinya. Sudahlah, mana mungkin ia bisa menjadi dinosaurus. Sedangkan orang-orang yang mendengar ucapan Taya tertawa kecil merasa gemas.

" Taya suka Dino?"

" Suka, Taya punya Dino banyak banyak. Ini ada Dino."

Taya mengeluarkan semua mainan dinosaurusnya dari dalam tas pungungnya. Tas khusus yang berisi bekal makan dan minuman ringan serta mainan dinonya.

Saking antusiasnya Taya menjejerkan mainannya di lantai kereta.

" Dinonya kasi di sini saja. Di tempat Abang duduk, kalau di bawah sana nanti orang-orang nggak bisa lewat."

" Oke Mama.. Anteu punya Dino?" setelah merapikan mainannya dan menuruti permintaan mamanya Taya asik bermain dengan tante yang baru ia temui di kereta.

" Nggak punya. Taya banyak Dino yah. Hebat."

" Taya punya banyak. Ayah beli banyak. Kasi Anteu Balqis. Kasi Kasan Necan juga. Anteu ndak ada kasih?"

" Nanti Taya kasi yah buat Anteu."

Walaupun posesif terhadap mamanya, suka pelit sama ayahnya namun Taya paham arti berbagi.

Baheera merasa bersyukur mengetahui kebaikan putranya.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang