Part 92

6.9K 622 73
                                    

" Hujan telus yah Mama.. Ndak henti-henti dali tadi."

Nataya memandang murung jendela rumahnya. Sedari malam hujan terus mengguyur ibu kota tanpa henti.

Beberapa titik sudah mulai dilaporkan terendam banjir.

" Tetap beryukur Bang ada hujan. Tidak boleh mengeluh."

" Ndak bisa main di lual. Mama lalang lalang mandi hujan." protesnya tak berkesudahan.

Sebenarnya Taya merasa sunyi, karena tidak bisa bermain seperti biasanya.

Cuaca yang tak bersahabat membuat Taya malas bergerak. Mama juga tidak seru diajak main. Padahal Taya ingin main hujan.

" Cuaca lagi kurang bagus sekarang. Jadi belum boleh mandi hujan yah. Mama khawatir nanti Abang uhuk uhuk sama nggak bisa napas kalau pilek."

Baheera dan Taya masih saja terlihat sendu. Biasanya Taya begitu aktif, lari kesana kemari. Tapi sedari tadi bocah gembul itu hanya berguling-guling tidak jelas di sofa ataupun diatas karpet ruang keluarga.

" Ndak uhuk uhuk kok. Mandi hujan yah Mama?" pintanya memelas.

" Abang sudah mandi tadi, mandinya dua kali saja yah. Jadi sekarang belum boleh mandi hujan. Bobo aja yuk. Emmm atau mau main kereta, Mama bantu pasang?"

" Ndak ah..." ujarnya lesu. Tak semangat mendengar ajakan mamanya.

Pokoknya Taya bosan.

Taya sudah pintar protes, pintar menolak dan merayu.

" Mamaa.."

Panggilnya kemudian setelah hening lama.

" Hmmm..."

" Mama..."

" Iya Bang."

" Bosaaaaaannnn...."

" Lalu mau apa? Mama ajak main Abang nggak mau. Ajak bobo apalagi pasti nggak mau." jelas Baheera sabar.

" Mandi hujan Mama, yahhhhh....." rayunya dengan mata penuh permohonan.

" Belum bisa sekarang. Cuaca lagi nggak bagus. Gimana kalau Mama bacain cerita soal kereta?"

Baheera memberi usul untuk mengisi waktu mereka. Putranya pemilih sekali.

Dasar Nataya.

" Keleta apa?"

Baheera tersenyum senang karena Taya menaruh minat dengan usulannya.

" Kereta api. Dulu Abang pernah naik."

" Ndak mau.."

" Jadi Abang maunya apa?"

Baheera kira Taya tertarik dengan kereta. Tapi bocah gembul itu malah menolak untuk membahas kereta. Giliran sama ayahnya semangat.

" Mandi hujaaaaan Mama...." Taya sudah berbaring bosan. Berguling ke kiri ke kanan.

" Cuacanya lagi nggak bagus. Kalau mandi hujan Mama khawatir kalau sakit nanti."

Baheera harus teguh untuk menolak permintaan putranya itu. Biarkan saja Taya kebosanan.

" Ndak sakit kok. Mama mah....." protesnya lagi keras kepala.

" Telepon Ami saja yuk. Taya belum telepon Ami loh hari ini."

" Tunggu Ayah. Nanti telepon Ami sama Ayah." tolaknya lagi untuk kesekian kali.

Taya ini ibarat ciki gopean yang ada undiannya dan selalu dapat tulisan coba lagi.

" Makan aja yuk Bang..."

" Maam apa?"

" Abang mau apa?"

" Eumm Mama masak apa?"

" Mama tanya, Abang mau makan apa?"

Lama kelamaan Baheera gemas dengan putranya. Ditanya apa malah jawabnya dengan pertanyaan lagi.

" Ndak tau Mama.."

Taya sebenarnya tak ambil peduli soal makanan. Keinginan terbesarnya saat ini adalah mandi hujan. Tapi mamanya tidak memberi ijin sama sekali.

" Maam mie mau nggak?"

" Ndak mau maam mie. Ndak boleh maam mie banyak banyak." tolaknya lagi.

Kapan juga bocah gembul itu makan mie, lalu alasan tidak boleh makan mie banyak banyak itu terlalu mengada-ngada.

" Jadi Abang mau apa sih? Katanya bosan, di ajak main nggak mau. Di bacain cerita kereta nggak mau. Lalu di ajakin makan Abang juga nggak mau...."

Baheera mengehela napas pasrah dengan kelakuan putranya itu.

" Mandi hujan Mama..." pintanya lagi untuk kesekian kalinya.

Tapi tetap saja mamanya tidak akan memberi ijin.

Kasian sekali Taya, kalah sama mama.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang