Part 108

5.8K 668 100
                                    

" Abang kayaknya harus diet deh kamu Bang." Byakta sengaja menggoda putranya dengan cara mencolek gemas perut Taya.

" Ihh Ayah ganggu."

Taya tidak suka ketika ayah mengganggunya yang sedang bermain. Kan Taya tuh perlu konsentrasi mainnya.

" Tapi Ayah beneran loh Bang. Abang perlu diet deh kayaknya." goda Byakta lagi.

Mana tega Byakta menyuruh putra gembulnya itu diet, yang ada nanti ia sedih sendiri. Taya itu bulatnya pas, pas diperut, pas dipipi, pas ditangan.

Gemas sekali, rasanya mau menggigit saja pipi Taya.

" Ayah...." teriak Taya tak suka, ayahnya benar-benar mengganggu.

" Abang dengerin yah. Nanti Abang nggak boleh maam banyak, kita mulai dietnya." Byakta semakin jadi saja menggoda putranya.

" Mamaa....." teriak Taya memanggil mamanya, " Mama.... Ayah nih nakal." adunya lagi.

" Mama nggak dengar, orang Mama lagi bobo kok. Jadi Abang nggak bisa ngadu sama Mama."

Byakta semakin semangat menggoda putranya itu. Ketika menyadari Taya tak punya sekutu akan sangat menyenangkan menggoda Taya hingga menangis.

Walaupun nanti Byakta akan kesusahan sendiri namun hal itu tak menyurutkan niatnya untuk berhenti menggoda putranya.

" Ayah nakal, ndak main sama-sama." Taya kesal, ia membalikan badannya hingga memunggungi ayahnya.

Taya bertekad tidak akan mengajak ayahnya bermain bersama. Taya mau main sama Dino saja, tidak usah mengajak ayah bergabung dengannya.

" Ayah nggak pernah nakal kok. Abang tuh, suka berantakin mainan. Tunggu Mama kasih tahu baru beresin mainannya."

" Bang...."

"......"

" Abang..."

Byakta mencolek punggung putranya dengan gemas.

Iseng sekali.

Sedangkan bocah gembul itu tak menghiraukan sama sekali. Pura-pura tak dengar.

" Abang beneran nggak mau main sama Ayah nih?"

Taya masih tak bersuara, tidak memberikan respon sama sekali.

" Ayah tinggal Yah, Abang main sendiri. Ayah mau bobo siang sama Mama."

Byakta sengaja meninggalkan putranya itu. Ingin mengetahui reaksi Taya nanti ketika ia ditinggalkan sendirian.

Byakta bersembunyi tak jauh dari tempat Taya main. Mengintipnya sedikit. Tadi ia pura-pura melangkah ke kamar. Soalnya Taya tadi sempat melirik gengsi.

" Huwaaaa.... Mama... Huwaaaaa.... " akhirnya Taya menangis dengan kencang. Memanggil mamanya dengan keras. Namun Taya tak beranjak sedikitpun dari tempatnya duduk.

" Huwaaaa... Mama...." panggilnya lagi.

Merasa mamanya tak kunjung datang Taya akhirnya bangun dan segera berlari kearah kamar orangtunya. Tentu saja dengan tangisannya yang keras.

Sedangkan Byakta sendiri sudah panik. Sebab merasa lengah sedikit dan Taya sudah kabur ke kamar mamanya.

Pasti nanti Baheera akan memarahinya karena iseng kepada putranya hingga menangis.

Taya berhasil membuka pintu kamar orangtuanya dengan kencang.

Bunyi pintu yang menghantam dinding serta tangisan Taya tentu saja membuat Baheera kaget dan terbangun.

Byakta sendiri berlari menyusul dari belakang dan ia terlambat.

" Huwaaa Mama... Hiks... Mama...." panggil Taya pilu. Tubuh mungil itu berusha naik keatas tempat tidur mamanya.

" Heiii, Abang kenpa nangis?" Baheera membantu Taya agar bisa naik.

" Hiksss... Mama....." tangisan Taya malah terdengar semakin pilu saja. Padahal ia sudah berhasil memeluk mamanya.

" Abang kenapa nangis?" Tanya Baheera lembut.

Baheera tak mendapatkan jawaban dari putranya. Tangisan Taya masih konsisten terdengar.

" Kenapa?" Baheera bertanya dengan gerakan bibir kepada suaminya.

" Maaf." Byakta meringgis merasa bersalah karena sudah membuat putranya menangis.

Tidak berani masuk ke dalam kamar karena pasti nanti akan diomeli istrinya itu.

" Ssst.... sudah yah nak. Nanti sakit kepalanya kalau kebanyakan nangis."

" Sst... Abang sama Mama aja. Nangisnya sudah yah."

Selalu seperti ini, Taya yang cengeng ketika digoda ayahnya dan Byakta yang senang melakukan hal yang sama yang membuat putranya menangis.

Lalu pada akhirnya Baheera harus berada diantara keduanya.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang