Part 76

7.6K 612 34
                                    

" Coba bilang sama Mama kenapa Abang nggak mau berangkat ngaji?"

Baheera berusaha bertanya dengan lembut, mengabaikan keinginannya untuk memarahi putranya.

" Taya ndak mau. Ummi ndak boleh ngaji kemalin itu kok."

Taya mengabaikan mamanya, berusaha mencari kesibukan lain agar mamanya tidak memaksa ia pergi mengaji.

Taya lagi malas. Tidak mau pergi kok, tapi kenapa mamanya tetap memaksa.

" Yaudah kita coba tanya Ummi yuk, kenapa kemarin nggak bolehin Abang ngaji."

Baheera masih saja membujuk Taya, bukan perkara mudah membuat Taya merubah pendapatnya.

Taya itu cukup keras kepala.

Membuat mamanya pusing saja.

" Ndak mau Mama. Ndak mau..." tolaknya marah. Mata bulatnya hampir mengeluarkan air mata saking sebal karena terus dibujuk.

" Oke Abang nggak mau ngaji, Mama tanya alasannya bilangnya nggak mau saja. Lalu Abang juga bilang kalau Ummi nggak bolehin Abang ngaji lagi. Jadi sekarang Abang maunya apa?"

Baheera memastikan jika Taya mendengarkan apa yang ia katakan. Menarik Taya lembut agar duduk dihadapannya, membuat Taya mengerti bahwa mereka sedang berbicara dengan serius.

" Taya mau di lumah saja sama Mama. Ndak mau ngaji." ulangnya lagi cemberut. Taya terlihat kesal karena harus mengulang hal yang sama.

Kenapa mamanya masih tidak mengerti sih pikirnya sebal.

" Abang kalau ditanya kenapa jawabannya karena yah. Harus bisa kasih alasannya. Misalnya Mama tanya kenapa Abang makan, jawabannya karena Abang lapar makanya makan." Baheera berusaha memberikan contoh yang sederhana, harapannya Taya bisa memahaminya.

" Abang ndak lapal kok Mama."

Taya memberikan tatapan polos kearah mamanya. Hal itu membuat mamanya mengelus dada karena harus lebih banyak bersabar.

" Nanti di tempat Ummi, Mama tungguin Abang ngaji deh. Jadi tetap sama Mama kok." bujuk Baheera tak kenal putus asa.

" Mau libul lumah aja. Ndak ngaji. Ndak mau ngaji." kukuhnya tak ingin dibantah.

Taya hari ini berniat untuk bermain saja di rumah. Tidak mau pergi mengaji seperti biasanya.

" Abang mau libur berapa lama emangnya?"

Bilang saja malas mengaji, pakai alasan mau libur dulu segala.

" Hali ini sama besok besok lama. Banyak libul." ujarnya dengan binar bahagia. Tak tahu saja jika tanduk mamanya sudah mau keluar saking gemasnya.

" Waduh kalau libur lama nanti Abang ketinggalan deh ngajinya. Nggak bisa nanti. Terus nanti yang ajarin Mama ngaji siapa yah? Padahal Mama maunya di ajarin Abang, soalnya Abang sudah pintar kenal huruf hijaiyah sih."

Membujuk Taya harus mengangganti taktik. Kalau di paksa bisa marah, Baheera harus bisa memanfaatkan kepolosan putranya agar misi tercapai.

" Mama sedih sih nanti nggak bisa di ajarin ngaji sama Abang." Baheera memasang wajah sedih penuh penderitaan.

Biasanya Taya mudah masuk dalam perangkap mamanya jika sudah seperti ini.

" Libul hali ini saja Mama. Ndak lama, besok ndak libul ngaji. Tanya Ummi yuk nanti." ajaknya kemudian, masuk sudah ia dalam jebakan mamanya.

" Janji yah. Mana kelingkingnya?"

Baheera harus membuat janji kelingking dulu agar Taya tak bisa mengelak keesokannya lagi.

" Janji yah." angguk Taya berusaha meyakinkan mamanya.

" Terimakasih, hari ini boleh libur dulu. Mama harus ijin sama Ummi karena Taya hari ini nggak pergi ngaji." jelas Baheera mengambil telepon genggamnya untuk mengabari guru ngaji putranya.

" Yaiiii.. Ayoo main keleta yuk Mama." ajak Taya penuh antusiasme.

Mengabaikan wajah ngelangsa milik mamanya. Taya tentu saja senang, ia bisa libur dulu hari ini.

Janji besok jadi anak baik.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang