Part 15

10K 680 1
                                    

" Taya sama Ayah yah di rumah. Mama pergi keluar sebentar."

Baheera kalau mau keluar, ijinnya bukan hanya sama suaminya saja tapi sama anaknya.

Mana rela coba Taya dengan keposesifan tingkat akutnya itu membiarkan mamanya pergi tanpa mengajak dirinya.

" Mama mo mana?"

Melihat mamanya rapi begitu Taya curiga. Dia pasti tidak diajak, soalnya Taya belum mandi dan pakai baju bagus.

Kalau pergi-pergi biasanya Taya suka pakai baju bagus.

" Mama mau ke rumah Tante Fanya. Bantu tante Fanya mau aqikah adik bayi. Nanti Taya sama Ayah nyusul yah."

Baheera harus membujuk lagi, buktinya putranya itu menunjukkan ekspresi tidak setuju.

Mana rela Taya tidak diajak.

" Mama ndak ajak Taya?" tanyanya memastikan. Kalau bisa diajak juga.

" Mama ajak kok, tapi nanti sore. Taya sama Ayah nyusul Mama ke rumah tante Fanya. Sekarang Taya main dulu sama Ayah."

" Oke Mama. Taya nanti sama Ayah ke sana. Mama ndak jemput?"

Aduh anak ini. Harusnya mereka yang menjeput Mamanya di rumah tante Fanya. Bukan kebalikan.

" Ayah sama Taya nanti jemput Mama. Oke."

" Okey Mama."

Setelah memastikan Mamanya menutup pagar rumah barulah Taya masuk ke dalam. Mengabaikan Ayahnya yang sejak tadi menjadi penonton setia drama Ibu dan anak.

" Ayah ayooo. Ndak main?"

Taya menyadari ayahnya masih di halaman depan tidak mengikutinya masuk. Padahal dia sudah sangat bersemangat ingin bermain.

Sabtu minggu itu hari ayah dan anak.

" Masih pagi Bang, bobo lagi yuk."

Byakta melihat jam yang menggantung di dinding rumahnya. Masih pukul 7 pagi.

Energi putranya selalu penuh seharian. Tidak mengenal lelah.

" Ndak boleh Ayah. Nanti sakit kata Mama." ujarnya bersungguh-sungguh.

" Yasudah, Abang mau main apa?" Tanya Byakta pasrah.

Taya itu sedikit pemaksa. Kalau keinginannya tidak dipenuhi dengan alasan akan penuh drama nantinya.

Jadi antisipasi agar tidak drama. Soalnya Baheera lagi keluar. Akan susah bujuknya kalau sudah minta Mama.

" Main ail yuk Yah." Taya itu pandai merayu. Tidak perlu pakai kata-kata cukup memasang wajah polos yang menggemaskan.

Tapi dasarnya Taya memang sudah menggemaskan dari dulu sih, jadi orang gampang luluh.

" Di kamar mandi saja yah Bang. Sekalian mandi."

Negosiasi akan panjang.

Mata bulatnya berbinar menggemaskan, menatap ayahnya dengan penuh minat " Main kolam Ayah. Ail banyak itu. Belenang."

" Berendam di bathup aja yuk. Ajakin Dino."

Byakta tidak boleh luluh. Bisa-bisa nanti Baheera akan memarahinya kalau mengiyakan keinginan anaknya untuk pergi berenang.

Byakta sudah diwanti-wanti untuk menolaknya. Putranya itu baru sembuh dari pilek beberapa hari yang lalu.

Drama Taya sakit itu luar biasa melelahkan. Ada saja yang tidak sesuai keinginannya.

" Di kolam aja Ayah. Ndak ada pelosotannya ini ni." Taya masih berharap keinginannya dikabulkan.

Byakta menatap putranya keki, mana muat coba perosotan diletakkan di dalam kamar mandi mereka.

" Taya baru sembuh dari pilek. Belum boleh berenang dulu yah. Kita mandi biasa saja yah." Byakta masih berusaha membujuknya.

" Tapi ndak sakit Ayah." Tangan mungilnya memegang dahinya, memastikan dirinya tidak demam.

" Minggu depan saja yah. Nanti tunggu Ayah libur. Nanti berenang sama Mama juga. Taya nggak ajak Mama?"

" Mama ajak Ayah." pekiknya marah, tidak rela mamanya tidak diajak.

Byakta dan Baheera harus bisa memahami bahasa yang Taya gunakan. Karena kalimatnya belum sempurna maka mereka harus memahami artinya.

" Iya nanti kita ajak Mama. Jadi sekarang mandi biasa saja yah. Kita berendam sama Dino." tidak kehabisan akal, Byakta terus membujuknya.

" Ambil Dino Ayah."

Taya semangat membongkar mainannya. Mencari-cari mainan Dinosaurusnya yang banyak untuk diajak mandi bersama.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang