Part 79

7.4K 618 35
                                    

Taya sedang asik dengan buku mewarnai miliknya. Mengabaikan ayah dan mamanya yang mengajaknya mengobrol. Tak ada sahutan sama sekali.

" Serius banget sih Bang. Emang mewarnai apa kamu?"

Byakta gemas juga, sedari tadi Taya mengabaikan dirinya. Benar-benas sok sibuk sekali. Tak habis akal Byakta sengaja duduk depan putranya, ikut mengambil krayon Taya dan menganggunya mewarnai.

" Ayah ganggu." pekiknya kesal, pasalnya Byakta mulai ikut mencoret buku mewarnai milik Taya. Walaupun tidak benar-benar mengenai kertas. Namun Taya sudah berekasi karena tidak suka.

" Lagian kamu serius banget deh Bang. Mama sama Ayah di cuekin." protes Byakta tak terima.

Menjadi Taya itu serba salah, ketika ribut orangtunya nggak suka. Lalu ketika tenang dengan kegiatannya orangtuanya merasa sepi.

" Ini mewalnai mobil, keleta juga, ini ada tluk. Kasi walna melah, biru, hitam, banyak. Taya sibuk. Ndak main sama Ayah." jawabnya cemberut.

Ia tak suka kegiatannya diganggu. Taya sedang sibuk pokoknya.

" Kasi warnanya jangan keluar garis Bang." beritahu Byakta begitu melihat hasil mewarnai milik Taya.

Banyak sekali warna yang keluar dari garis gambar.

Sepertinya Taya tak terlalu peduli dengan hal itu, yang paling penting menurutnya adalah mobil miliknya semua berwarna, apakah keluar dari garis atau tidak ia tak peduli.

" Kenapa ndak boleh?" Taya mengangkat wajahnya dan menatap kearah ayahnya untuk mendapatkan jawaban.

" Biar rapi loh Bang. Kalau keluar dari garis nanti nggak rapi deh mewarnainya. Terus di luar sini boleh kok dikasih warna, tapi warnanya berbeda yah dari yang didalam ini."

" Jadi ndak boleh yah?"

Taya menunggu jawaban ayahnya dengan serius. Biar keras kepala begitu Taya sangat narsis, sangat peduli pendapat orang lain mengenai dirinya. Ia tidak mau orang lain memberikan tanggapan yang tidak sesuai harapannya.

" Bukannya tidak boleh, tapi kalau mau rapi mewarnainya di dalam garis ini." jelas Byakta sabar.

" Taya kasi walna ini sama bilu boleh?"

Taya menunjukkan dua buah gambar mobil di kertas mewarnai miliknya, meminta pendapat ayahnya mengenai pilihan warna yang akan ia gunakan.

" Boleh. Warna apa saja yang Abang suka."

Taya terlihat serius sekali mewarnai, dan Byakta tidak tahan untuk merasa tidak gemas sebab Taya terlihat sangat berhati-hati sekali mewarnai agar tidak keluar dari garis seperi yang diberi tahu oleh ayahnya.

" Huummm... Taya mau kasi walna yellow, melah juga."

Byakta merasa takjub karena cara Taya mewarnai sangat berwarna. Dia memadukan banyak warna dan terlihat sangat cerah.

" Ayah kalau api itu walnanya bilu loh."

Taya tiba-tiba saja mengeluarkan celetukan random disela mewarnai yang ia lakukan dan ditemani oleh ayahnya yang lebih banyak menganggunya.

Namun Taya merasa senang-senang saja dengan godaan dadi ayannya.

" Oh yah? Bukannya warnanya orange yah Bang? Atau merah?"

" Bukan tahu Ayah. Huh ndak selu... Taya tahu loh." jawabnya membanggakan dirinya sendiri.

" Emang warnanya apa Bang?"

" Biluuuu."

" Kok biru. Ayah yakin orange kok, bukan warna biru" goda Byakta sengaja.

" Bilu kan Mama?"

Taya menoleh kearah mamanya yang duduk menyaksikan interaksi ayah dan anak tersebut sedari tadi.

" Kenapa Biru?"

" Kompol Mama bilu itu api kelualnya. Ndak olange tuh, ndak melah juga." jawabnya sok dewasa.

Baheera yang mendengar jawaban dari putranya terkikik geli, tidak menyangka Taya akan memberikan tatapan soknya itu kepada ayahnya.

Sedangkan Byakta hanya menggeleng tak habis pikir. Sok dewasa sekali bocah gembul itu.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang