Part 81

6.8K 628 77
                                    

" Abang, maafin Mama yah."

Taya sontak saja mengehentikan aktivitas bermain. Fokusnya sudah beralih penuh untuk menatap mamanya.

" Kenapa?"

Sejujurnya bocah gembul itu tak paham kenapa mamanya memasang wajah sedih dan meminta maaf.

" Maafin Mama yah. Semalam Mama lapar sekali, terus makanan Abang Mama makan."

Nada suara Baheera terdengar sekali rasa bersalahnya. Belum lagi ekspresi yang mendukung untuk meyakinkan Nataya.

" Mama maam semua?" tanya memastikan.

Taya harus tahu apakah mamanya makan sebagian atau semuanya kue miliknya. Padahal Taya sengaja menyimpannya untuk hari ini.

" Iya, Mama makan semua. Mama lapar, nggak ada makanan. Terus Mama lihat ada  kue Abang jadi Mama makan."

" Eummn Mama maam semua? Ini, ini ada maam di kulkas.." tunjuknya sambil membuka kulkas.

Taya masih heran, kenapa mamanya makan makanan miliknya. Padahal kulkas mereka banyak makanan lain.

Dan benar saja miliknya sudah tidak ada di kulkas.

" Ndak ada Mama.." ujarnya sangsi. Padahal Taya menyimpannya sendiri kue miliknya semalam di kulkas.

" Iya kan Mama makan. Jadi habis. Maafin Mama yah." ujar Baheera lagi.

Melihat ekpresi Taya yang tak terduga membuat Baheera merasa bersalah. Wajah mungil itu menunjukkan ekspresi sedih namun tetap saja menggemaskan menurut Baheera.

Tapi lupakan dulu Taya yang menggemaskan, Baheera harus memastikan jika putra gembulnya itu memaafkannya.

" Habis Mama..." ucapnya lagi, sepertinya masih tak terima kuenya habis.

" Iya habis.." ulang Baheera lagi.

Aduh kenapa jadi terdengar melow sekali yah. Bocah gembul ini bisa saja membuat suasana semakin sedih.

" Ndak apa kok Mama. Taya ndak sedih. Ndak apa-apa..."

Taya menghampiri mamanya dan memeluknya sayang. Tidak lupa tangan mungilnya memberikan tepukan kecil. Taya melakukan persis seperti yang dilakukan oleh mamanya ketika ia sedih atau merasa bersalah.

Sontak saja Baheera merasa terharu. Ia tahu putranya anak yang baik, tapi ini sangat menyentuhnya. Putranya luar biasa sekali.

" Maafin Mama yah. Mama nggak ijin Abang waktu makan kuenya Abang."

Baheera mengeratkan pelukannya, ia merasa bersyukur melahirkan dan menjadi Ibu untuk seorang Nataya.

Dari Nataya, Baheera dan Byakta banyak belajar. Belajar menjadi orangtua yang lebih baik setiap harinya.

" Hu'uh. Ndak apa apa. Taya ndak sedih.." ujarnya lagi menghibur mamanya.

Aduh berapa kali Baheera merasa putranya itu luar biasa sekali.

" Nggak apa-apa kok kalau Abang sedih. Mama janji kalau mau makan punya orang harus ijin."

" Huuh halus ijin Mama. Taya ijin, boleh maam kue Taya. Ndak apa apa."

" Makasiii yah Abang. Sayang banyak banyak sama Abang."

Baheera memberikan ciuman di seluruh wajah putranya. Hal tersebut menimbulkan kikikan dan teriakan dari Taya.

" Sudah Mama, sudah... Hahahahahha...." teriaknya meminta mamanya berhenti memberikan ciuman maut.

Tawa Taya mengisi seluruh rumah, menimbulkan perasaan hangat dan menyenangkan. Ikut tertular rasa bahagia yang ditimbulkan dari tawa milik Taya.

" Bilang sayang Mama dulu baru berhenti.."

Baheera masih saja memberikan ciuman, membuat bocah gembul itu memberontak tak suka.

" Sudah sudah... ndak cium banyak Mama..."

Tawanya masih saja menggema, tentu Baheera tak ingin berhenti.

" Bilang sayang dulu. Mama terus cium nih..." ancamnya dengan ceria.

" Iya, hahahhaha iya. Sayang Mama banyak banyak. Sudah... hahahahaha..."

Taya terus berusaha lepas dari rengkuhan mamanya. Menggeliat tak suka karena terus di berikan ciuman tanpa ampun.

" Yaiii.. Sayang Abang juga." lepas Baheera senang.

" Wekkk ndak sayang Mama..." ledeknya setelah berhasil lari dari mamanya.

Baheera tentu saja mengejar putranya, ditemani pekikan riang milik Taya.

Cara menghabiskan waktu yang menyenangkan sekali.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang