Part 49

7.7K 572 35
                                    

Membawa Taya berenang sudah menjadi rutinitas Byakta setiap minggunya, kecuali Taya sakit, ia lembur kerja, atau ada halangan lainnya.

" Abang kok bawa mainan banyak sekali sih?" Byakta protes tidak terima, pasti akan merepotkan sekali membereskan mainan Taya nanti.

Tidak boleh lupa atau ketinggalan. Taya hapal mati dengan semua mainan miliknya.

Posesif level akut.

" Ajak belenang Ayah. Taya ajak Dino ini sama Hiu sama Zebla."

Bilangnya sih cuma tiga, tapi di dalam tas serut  jaring yang pegang Taya banyak sekali berisi mainan Dino dan hewan miliknya.

" Janji sama Ayah nanti kalau mainannya harus Taya jaga baik-baik. Nggak boleh nangis kalau nanti Abang hilangin mainannya."

Taya dan Byakta suka membuat perjanjian sebelum melakukan apa-apa. Bukannya bagaimana, namun mereka perlu berkomitmen agar menghindari drama panjang nan melelahkan.

" Iya janji." Taya mengulurkan jari kelingkingnya, pinky promise dengan ayahnya.

Akhirnya setelah perdebatan dan kerepotan pagi mereka tiba juga di kolam renang.

" Setelah pemanasan latihan renang seperti biasanya yah."

Kalau sama Taya harus tegas mengenai peraturan, sekali ada kelonggaran tanpa penjelasan Taya bisa saja memanfaatkannya.

" Main ail dulu." bibirnya manyun, cemberut.

Sebal, Taya sudah membawa mainan Dino dan Zebra dan Hiu miliknya. Mau Taya ajak berenang juga.

Main air bersama. Pasti menyenangkan sekali.

" Kita latihan berenang seperti biasanya loh. Biar Abang bisa di kolam dalam. Masa mau kolam kecil saja." Byakta berusaha menolak secara tidak langsung dan berusaha memprovokasinya.

Byakta belajar banyak, cara terbaik memotivasi Taya adalah kompetisi.

Bocah gembul itu mana mau kalah.

" Nanti belenang kolam dalam Ayah?" tanyanya antusias.

Taya tidak terima, sampai sekarang ayahnya belum memberi ijin untuk berenang di kolam dalam. Menurutnya ia sudah cukup jago berenang.

Sudah tidak di pegang lagi. Tidak pakai pelampung juga.

" Makanya latihan dulu. Hiu berenangnya di laut yang dalam loh Bang."

" Taya ndak mau Hiu. Mau jadi Dino." tanpa berpikir panjang Taya menjawab ayahnya.

Err Byakta gemas dengan putranya. Maksudnya ingin memotivasi tapi sepertinya putranya salah paham.

Mana bisa sih ia menjadi Hiu atau Dino.

" Dino aja bisa berenang loh Bang. Itu yang mirip buaya."

" Taya ndak bawa Dino itu. Mau main ail saja. Ndak belenang." pintanya lagi.

" Tadi katanya mau berenang kolam dalam?"

" Mai ail saja. Ndak kolam dalam." cepat sekali ia berubah pikiran.

" Nanti boleh main, berenang dulu sebentar yah. Kalau main nanti keburu panas."

Byakta merasa gemas sendiri, drama seperti ini terus saja terjadi setiap mereka berenang.

Selalu terulang.

Taya mempunya jadwal latihan berenang 1 kali seminggu bersama ayahnya. Jadi itu dimanfaatkan dengan baik.

Perkembangannya bagus, Taya sudah bisa berenang sendiri walaupun tidak di lepas di kolam dalam.

" Bawa Dino."

" Mana bisa bawa Dino. Dia nanti tenggelam."

" Ndak tenggelam kok."

" Yaallah Bang, gimana mau belajar renangnya kalau tangan kamu pegang Dino."

Taya itu keras kepala sekali.

Membujuknya juga perlu usaha keras.

" Bisa kok."

Byakta frustasi menghadapi putranya. Salut sekali ia dengan istrinya.

" Oke boleh deh, tapi ayo pemanasan dulu yang benar yah. Itu mainan hewannya simpan dulu."

Bukannya mengikuti permintaan ayahnya, Taya malah membuat barisan untuk mainannya. Niatnya agar ikut pemanasan sepertinya.

" Terserah Abang saja yah."

" Ayoo Ayah. Kita belenang kolam dalam."

Belum juga mulai pemansan sudah mengajak turun ke kolan dalam.

Tinggalkan saja bapak satu anak itu membujuk putranya.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang