Part 127

5.6K 666 132
                                    

" Duduk bangku sendili anteuu..."

Taya menolak untuk duduk di baby chair, soalnya menurut Taya dia sudah besar.

" Kalau pergi sama Mama sama Ayah, Abang duduknya pake baby chair atau bangku biasa?"

" Baby chail, tapi Taya mau bangku besal. Ndak bangku baby." cemberutnya sebal.

Iya sih, kalau pergi sama mama sama ayah duduknya pakai baby chair. Tapi sekarang kan lagi nggak pergi sama orangtuanya.

" Nanti kalau duduk bangku biasa Abang nggak bisa makan. Kan mau bakar-bakar." Akmal mencoba membujuk Taya.

" Nanti Taya mau beldili bakal-bakalnya. Mau duduk bangku besal." kukuhnya tak mau mendengar bujukan om dan tantenya.

Taya dengan mode seperti ini sangat menguji kesabaran. Sekaligus ladang amal.

" Sudahlah Bee, duduk deket aku aja. Nanti aku jagain. Kamu yang bakar-bakar." goda Akmal iseng.

Balqis yang mendengar keputusan kekasihnya cemberut sebal. Taya mendapatkan sekutu. Huh kalau pergi sama orangtuanya mana berani berulah itu bocah gembul.

" Anteu itu Bee? Ada madu?"

Taya menatap tantenya polos, ingin ikut terlibat dalam obrolan orang dewasa. Soalnya Taya merasa dirinya sudah besar.

Buktinya Taya berani pergi main tanpa orangtua kok. Cuma pergi sama tante Balqis dan Om Akmal.

" Bukan, tapi Aunty Balqis. Iya, Aunty Balqis." ringgis Akmal.

Taya dan daya serapnya yang luar biasa. Keluarga besar mereka menerapkan panggilan yang sesuai dengan panggilan Taya.

Baheera dan Byakta saja saling memanggil ayah dan mama kalau depan Taya. Begitu juga Balqis memanggil orangtuanya itu Kasan dan Necan jika ada Taya.

Itu juga berlaku untuk Akmal dan Balqis. Tidak bisa memanggil dengan panggilan sayang. Taya suka meniru.

" Duduk bangku besal yah Om. Taya bantu bakal nanti." bujuknya imut. Segala cara dilakukan agar diperbolehkan oleh om dan tantenya itu.

" Nanti kalau mau berdiri atau turun minta bantuan sama Aunty sama Om yah." Balqis mewanti-wanti pada Taya agar tak sembarangan kabur dan turun.

" Iya Anteu."

Manis sekali Taya menjawab karena dipenuhi keinginanannya.

" Oke, duduk dekat Om yah. Kita makan daging, nanti dibakar. Abang mau sosis?" tawar Akmal gemas.

" Es klim."

" Es krimnya nanti, rugi kita makan sini cuma ambil es krim."

Balqis menggoda Taya, walaupun tempat all you can eat begini berapa banyak sih yang bisa Taya makan? Jelas tidak banyak.

Bocah gembul itu mau makan saja sudah syukur.

" Abang duduk sini sama Om, Aunty ambil makanan yang lain."

Balqis meninggalkan Taya dengan kekasihnya. Taya dan Akmal itu kombinasi aman. Soalnya Taya punya kecenderungan mendengarkan apa yang Akmal katakan.

Beda cerita kalau sama tantenya, yang ada drama terus.

" Mau nasi?" Akmal menawari Taya nasi.

" Ndak mauu. Mau maam daging." tolaknya cepat.

" Taya mau beldili..."

" Pegangan pundak Om yah." Akmal menuruti keinginan Taya.

Jelas mereka tidak akan drama.

" Ayo bakal-bakal." ajak Taya antusias begitu daging sudah ada didepan mereka. Sedangkan Balqis masih mengambil yang lain.

" Taya bisa?" Akmal menerikan pencapit daging kepada Taya, dan mendekatkan wadah daging agar memudahkan Taya untuk mengambilnya.

" Bisa dong. Kan Taya sudah besal." pamernya bangga.

" Anteuuu, lihat. Taya bisa kan? Lihat, lihat." Taya mau pamer sama tantenya yang baru saja duduk depan mereka.

" Wah pintarnya. Jangan lupa dibalik yah biar nggak gosong." Balqis juga ikut memasukan daging dan sosis yang ia ambil tadi.

" Nanti gosong Om?" Tanya Taya tak yakin. Masa sih bisa gosong.

" Iya, tapi kan Taya lihatin kok. Nggak gosong nanti." hibur Akmal.

Taya mengangguk senang. Tangan mungilnya sibuk main dengan pencapit daging. Taya menikmati acara makan bersama itu.

Taya sibuk memanggang. Tidak benar-benar makan.

Mending bakar-bakar dirumah saja. Biar nggak rugi.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang