Part 72

7.5K 613 31
                                    

" Astagfirullah, Abang tadi bukannya bobo yah?"

Byakta merasa shock melihat putra gembulnya sudah asik bermain hujan di halaman belakang rumah. Taya tidak bisa keluar kedepan karena pintu depan di kunci dan kuncinya sudah dicabut. Tujuannya tentu saja untuk menghindari Taya kabur main ke depan.

Kondisi cuaca yang terus hujan sedari pagi membuat mereka malas beraktivitas di luar.

Baheera yakin sekali sebelum ia tidur siang bersama istrinya, putra gembulnya itu sudah tidur dengan lelap sekali.

" Main hujan Ayah. Sini...." ajaknya antusias. Taya masih saja berlari-lari senang.

Taya tak merasa bersalah sama sekali melihat ekspresi kaget dari ayahnya.

Ia hanya main hujan kok saat mama dan ayah bobo siang.

Pokoknya Taya nggak salah. Cuma nggak ijin saja soalnya kan mama sama ayah lagi tidur.

" Yaallah Bang" Byakta masih saja tak habis pikir dengan kelakuan putranya, "sini masuk yuk." ajaknya lagi kemudian.

Niat awalnya hanya ingin ambil minum di dapur dan melanjutkan lagi tidur siangnya. Namun siapa yang sangka dengan kejutan dari Taya.

" Ndak ah. Main ujan, lual sini. Hujannya gede loh Ayah. Ndak mau masuk..."

Nataya lari menjauh dari pintu rumah. Mengabaikan ajakan Ayahnya untuk masuk.

Kembali asik dengan hujan.

Hujannya hanya deras, tidak disertai angin dan petir. Sehingga Nataya tidak merasa takut sama sekali.

" Abang masuk sini, nanti Mama lihat marahin loh."

Byakta membujuk lagi dari pintu. Ingin keluar untuk menghampiri tapu malas basah.

Memang luar biasa sekali ayah satu anak ini.

" Ndak mau...." Taya malah meledek Ayahnya dengan sengaja, nada suaranya sengaja ia ayunkan.

" Ayah tutup pintu nih yah." ancam Byakta gemas.

Pura-pura ingin menutup pintu rumah.

Sedangkan Nataya mengabaikan ancaman ayahnya. Ia tak peduli. Mumpung hujan, dan mamanya lagi tidur.

Byakta menghela napas pasrah. Putra gembulnya itu tak takut sama sekali.

" Benar yah, Ayah tutup nih pintunya."

" Huuh. Ndak mau masuk. Mandi hujan."
Taya menjawan dengan riang. Tak takut dengan ancaman ayahnya.

" Yasudah. Dadah.. Ayah mau pergi sama Mama saja. Ndak ajak Abang."

Byakta segera saja berbalik. Tak lagi usaha membujuk putranya. Biasanya cara tersebut ampuh.

Perkara membujuk bocah gembul itu harus menggunakan strategi dan kesabaran.

Taya yang melihat Ayahnya pergi awalnya tak peduli. Tapi kenapa Ayahnya tidak kembali yah? Wah, Taya nggak suka kalau Ayah sama Mama pergi main tanpa ajak dia.

Taya harus ikut.

Bocah gembul itu segera saja masuk ke rumah, mengabaikan air yang menetes hingga lantai rumahnya basah.

" Ayah.... Ayah...."

Taya teriak memanggil Ayahnya. Pokoknya orangtuanya tak boleh pergi tanpa dirinya.

" Ayah....." teriak Taya heboh.

Air menetes kemana-mana akibat baju Taya yang basah sehabis main air hujan.

" Abang sudah mandi hujannya?"

Byakta muncul entah darimana, berpura-pura terkejut melihat putranya.

" Huuh, sudah. Main ail nanti lagi."

Byakta tak habis pikir, putra gembulnya masih saja ingin main air lagi. Padahal ia sudah mulai menggigil kedinginan. Jari-jari mungilnya mulai keriput terlalu lama kena air hujan dan dingin.

" Bilas dulu yuk, nanti sakit kalau kelamaan."

" Main ail di kamal mandi?" tanya Taya dengan binar senang.

Tak bisa main hujan berlama-lama, main air di kamar mandipun jadi.

" Nggak.  Bilas saja. Tidak boleh lama. Nanti Mama keburu bangun." jelas Byakt gemas.

Taya menampilkan wajah cemberut yang menggemaskan. Mengikuti ayahnya berjalan ke arah kamar untuk mandi dan mengganti pakaian.

Huh tidak seru, kenapa ayah cepat sekali bangun yah tadi.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang