Part 121

6.4K 725 140
                                    

" Kita beli aja Bang, nggak apa-apa. Nanti Ayah nggak akan bilang sama Mama."

Byakta membujuk Taya untuk membeli cemilan favorit mereka. Jadi ia punya alasan jika nanti dimarahi istri tercinta.

Memanfaatkan putra sendiri itu tidak apa-apa kan yah?

Kalau Taya yang jajan nanti paling dimarahinya sebentar. Beda perkara kalau Byakta yang jajan. Bisa lama sekali Baheera memberikan wejangan dan khutbah.

" Mama lalang beli ini loh. Jajan susu saja kata Mama." Taya mengingatkan ayahnya dengan wajah polos.

Bocah gembul itu ingat nasehat mamanya.

Kan Taya anak baik. Takut dimarahi mama.

" Kita makan cemilannya disini saja yah. Jadi nggak boleh kita bawa pulang biar nggak ketahuan Mama."

Byakta masih berusaha membujuk putranya. Sedikit sulit merayu Taya. Si anak mama yang terlalu nurut apa kata mamanya. Yang hanya manis sama mamanya saja.

" Ndak mau Ayah, nanti Mama tahu. Mama malah loh." tolak Taya tegas. " Beli ini boleh?" Taya malah menunjuk yakult. Menolak untuk menoleh kembali kearah rak yang berisi cemilan.

" Boleh. Sini masukin keranjang."

" Ini rasa jagung loh. Favorit Abang sama Ayah." bujuk Byakta lagi.

Sedangkan bocah gembul itu terlihat dilema. Ia menatap ayahnya lalu berganti untuk melihat cemilan itu.

Kalau seperti ini Taya juga mau jajan.

" Nanti Mama malah." jawab Taya ragu, sepertinya sudah mulai kena bujuk rayu sang ayah.

Apakah ia harus mengikuti saja ayahnya atau tetap mendengarkan nasehat mamanya.

" Makanya kita makannya disini saja. Nanti jangan langsung pulang. Kita beli es krim juga. Makan di sini saja." ajak Byakta antusias.

Lucu sekali melihat interaksi ayah dan putranya tersebut.

" Beli es klim saja yuk Ayah. Ndak jajan chiki. Nanti Mama malah."

Taya lebih takut kalau mamanya marah dari pada jajan favoritnya itu. Tapi Taya boleh beli susu sama es krim kok. Tidak apa-apa kalau tidak jajan chiki atau cemilan lainnya.

" Jangan sampai Mama tahu lah Bang."

Byakta gemas sekali dengan putranya. Jika sedang lurus begini susah sekali dibujuk.

" Ndak mau. Nanti Mama tanya kok beli apa." Taya menolak ide ayahnya.

Taya kan anak baik. Jadi harus nurut sama apa yang mama pesan tadi sebelum jajan.

" Ayoo jajan es klim." Taya menarik tangan ayahnya agar segera meninggalkan rak cemilan.

Taya pikir kalau terlalu lama disitu nanti ia ikut tergoda.

" Ini beneran Bang nggak mau jajan? Nanti Ayah deh yang bilang sama Mama." bujuk Byakta tak putus asa.

" Ndak Ayah.." tolak Taya konsisten.

Taya takut jadi teman setan.

Jangan mudah tergoda.

" Kenapa sih nggak mau Bang? Kan kalau kita makan disini nanti Mama nggak tahu?"

" Mama suka tanya kok jajan apa." jawab Taya tak terlalu peduli.

Taya sibuk memilih es krim yang ingin ia makan.

" Beli tiga boleh?" Tanya Taya kemudian.

" Kenapa banyak?"

" Nanti maam lumah. Satu buat Taya, satu buat Mama, satu buat Ayah."

" Okee.. Nggak jadi jajan chiki buat cemilan nih yah?" tanya Byakta memastikan lagi.

" Iya Ayah. Yaiii pulang. Mau maam es klim."

" Ayo kita bayar dulu."

Byakta tersentuh dengan putranya hari ini. Taya ingat nasehat mamanya. Ia tahu apa yang dilarang dan kenapa tidak diperbolehkan oleh mamanya.

Hal tersebut membuat Byakta merasa hangat. Putranya semakin pintar.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang