Part 69

7.4K 576 44
                                    

" Mama, mama, itu apa?" tanyanya heboh dan penasaran.

Taya antusias sekali melihat kaca jendela mobil. Menanyakan apa saja yang di lihatnya, lalu mengomentarinya.

Cerewet sekali bocah tiga tahun itu. Mama sama Ayahnya saja tidak secerewet itu. Sepanjang jalan terus saja bercerita.

Hiburan yang paling menyenangkan untuk orangtuanya.

" Itu mobil Tentara Bang atau bisa dibilang itu truk ." Baheera memberitahu putranya.

Mereka melihat mobil tronton berisi anak sekolahan yang sedang konfoi. Mungkin mereka akan mengadakan LDKS mengingat mereka memakai seragam sekolah.

" Tentala ada mobil? Tluk?" mata Taya berbinar senang melihat konfoi tersebut, sedari tadi mulutnya terus bergumam 'wah wah'

" Ada dong. Itu mobil tentara. Ada banyak." Byakta menoleh ke arah putranya. Gemas sekali dengan rasa keingintahuan putranya.

" Taya ndak punya? Adanya tluk aja, ndak tluk itu." ucapnya cemberut. Sepertinya ia tak memiliki mobil seperti yang dilihatnya baru saja.

Taya mau itu juga. Nanti minta Ayah sama Mama beli pikirnya senang. Kalau bisa minta beli banyak.

" Iya, Abang nggak punya. Itu mobil punya tentara." jelas Baheera sabar.

Jangan sampai putranya meminta mainan itu sekarang. Nanti bisa gawat, akan drama sepanjang perjalanan mereka.

" Tentala itu polisi?" tanyanya lagi penasaran.

Saking penasarannya Taya sampai menjulurkan kepalanya kedepan.

" Beda sayang, tidak sama yah. Kalau polisi tangkap penjahat, kalau tentara menjaga keutuhan Indonesia." Baheera sendiri meringgis malu, tidak yakin juga penjelasannya benar dan yang paling penting Taya paham.

" Ndak sama Ayah?" tanyanya lagi, terbukti ia tidak paham.

" Iya nggak sama. Bajunya tentara itu warna hijau loreng loh Bang, kalau polisi itu warnanya cokelat."

Memberi penjelasan panjang juga Taya sepertinya belumlah paham.

" Taya mau jadi tentala saja ah.." celetuknya kemudian. Melupakan penjelasan Ayah dan Mamanya.

" Bukannya Abang mau jadi Dino?" Goda Byakta iseng.

" Ndah mau. Taya mau jadi tentala saja." protesnya tak terima.

" Okey, Abang mau jadi tentara. Kenapa mau jadi tentara?" Baheera segera saja menengahi.

Jika dibiarkan bisa saja ayah dan anak tersebut akan berdebat tiada henti. Lalu putranya akan menangis tidak terima karena kalah dan kesal.

" Eumm Taya mau punya tluk besal kyak balusan lewat. Banyak. Tluk itu punya tentala kan? Taya mau punya tluk banyak banyak." jelasnya menggebu-gebu.

Sontak saja Byakta dan Baheera tertawa kencang, merasa lucu dan terhibur dengan pemikiran polos putra mereka.

Luar biasa sekali, alasannya bukan karena ingin menjaga negara atau apapun itu sesuai tugas tentara. Namun lebih karena ingin memiliki truk tronton yang ia lihat barusan.

" Bisa, bisa saja sih Bang. Tapi biasanya itu punya negara. Bukan punya pribadi." jelas Byakta geli.

" Bukan punya tentala?" tanya Taya bingung.

Perasaan tadi mamanya bilang punya tentara, lalu ayahnya bilang milik negara. Jadi siapa yang punya?

" Punya tentara, tapi bukan punya seorangan gitu."

" Punya tentala kan?" Bocah gembul itu kesal. Masa penjelasannya begitu.

" Truknya dipakai sama tentara Bang, tapi itu milik negara." jelas Byakta berusaha sabar.

" Taya mau jadi negala saja huh. Punya tluk banyak. Taya mau punya tluk besal banyak." ucapnya polos mengenai keinginannya.

Khas anak kecil.

Byakta dan Baheera saling berpandangan. meringgis geli dengan pemikiran putranya.

Mungkin nanti ketika Taya lebih dewasa ia bisa lebih paham mengenai cita-cita, karir, hobby, minat, atau apapun itu.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang