Part 136

4.9K 603 99
                                    

Baheera membiarkan Taya bermain sendiri, tadi sudah diajak bermain bersama tapi tidak mau. Lalu juga sudah ditawari beberapa aktivitas bersama Taya menolak dengan cepat.

Jadi Baheera membiarkan saja. Asal Taya tidak terluka dan masih aman, tidak apa-apa.

Keasikan scroll beberapa website online shopping membuat Baheera lengah mengawasi putra gembulnya itu.

Suasana tiba-tiba sunyi dari suara Taya serta gemericik air membuat Baheera awas.

" Abang..."

Baheera memanggil Taya. Memastikan bocah gembul itu masih dalam jangkauan.

" Iya Mama.."

Baheera semakin curiga begitu Taya menjawab dengan manis begini. Apa sih yang dilakukan bocah gembul ini?

" Abang lagi apa?"

" Ndak apa-apa Mama."

" Main sini saja yuk. Sama Mama.."

Baheera semakin curiga, Taya tak menjawab lagi ajakan mamanya. Suasana sunyi bukan kombinasi yang baik. Itu seperti tanda kalau Taya sedang melakukan hal-hal luar biasa yang bikin pusing.

" Abang...." panggil Baheera lagi. Sepertinya Taya benar-benar mengabaikan panggilan mamanya.

Daripada was-was dan terus curiga, akhirnya Baheera menghampiri Taya yang sedang asik main di dapur.

" Yaallah Bang. Itu Abang ngapain?"

Baheera melolot panik melihat kelakuan Taya. Cobaan sekali yah jadi orangtua.

Beri Baheera kesabaran lebih Tuhan.

" Taya wudhu Mama. Nanti sholat deh, wudhu sekalang."

Taya menjawab mamanya dengan senyum manis, belum lagi binar matanya terlihat menggemaskan sekali.

Mau marah tapi harus menahan emosi.

" Mama tutup yah airnya. Nanti habis, kita nggak bisa minum."

" Kaki Taya belum selesai Mama." protes Taya tak rela airnya tutup oleh Baheera.

" Wudhunya jangan pakai air dispenser yah nak. Nanti kita nggak bisa minum, habis kalau Abang pakai wudhu. Terus lihat deh, lantainya jadi banjir nak."

Baheera berusaha menyabarkan hatinya. Mau nangis rasanya.

Kenapa sih Taya memiliki ide untuk wudhu dengan air dispenser.

Untung saja Taya membuka air dingin. Kalau panas entah drama apa lagi yang akan terjadi.

" Nanti keling kok Mama. Taya mau cuci kaki, belum loh Mama." Taya cemberut, mama nggak asik sekali.

" Airnya sudah Mama tutup, jangan buka yah. Mama ambil kain pel dulu buat lap air yang tumpah."

Baheera mewanti-wanti Taya agar tak memakai dispenser lagi. Menghela napas lelah karena Taya membuat Mama bekerja ektra.

" Kaki Taya belum cuci Mama..." protesnya untuk kesekian kalinya.

Taya sebal, sebab mama mengganggu kesenangannya.

Tidak seru sama sekali.

" Abang tetap disitu. Nanti kepeleset air nak. Jangan coba-coba main air yang ada dilantai."

Baheera melarang Taya dengan tegas begitu melihat gelagat iseng dari wajah Taya.

Biarkan saja Taya cemberut karena kesenangannya terganggu. Baheera harus menyelamatkan lantai mereka yang banjir karena ulah putranya itu.

" Itu bajunya juga basah. Habis ini ganti baju dulu."

Baheera mengeringkan lantai dengan cepat agar Taya tak punya kesempatan lagi untuk main air didispenser.

" Kalau mau minum Mama, boleh?"

" Boleh, Mama ambilkan gelasnya."

Baheera mengawasi Taya yang ingin ambil air minum. Tentu saja Baheera tahu kalau sebenarnya Taya tak ingin minum, namun ia membiarkannya saja. Tentu dengan pengawasan.

" Mama ndak minum?" Taya melirik mamanya was-was. Takut mama marah lagi.

" Abang saja yah. Kalau sudah kita ganti baju."

Baheera bersikap tegas. Setelah meletakan kembali kain pel ke tempat semua Baheera menuntun Taya ke kamarnya untuk ganti pakaiannya.

" Abang kalau mau wudhu pakai air di keran saja yah. Kalau air didispenser buat Abang minum yah."

Baheera memberitahu putranya denga lembut. Memastikan Taya memahami kalau yang dilakukannya tidak baik.

" Huum Mama." angguknya imut.

Kalau kayak gini gimana nggak gemas coba.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang