Part 29

8.7K 542 2
                                    

" Nataya, udah yuk bobo. Mama ngantuk nih." Baheera terus membujuk putranya untuk segera tidur.

Sekarang saja waktu sudah menunjukkan dini hari, dan bocah gembul itu masih terlihat segar bugar tak lelah sama sekali.

" Ndak Mama. Taya mau main."

Baheera pasrah saja, matanya sudah tidak kaut. Ingin segera istirahat. Tapi apa mau dikata, putranya lebih senang begadang.

Harusnya Taya hidup dimasa Rhoma Irama hits, agar tahu kalau begadang itu nggak boleh kalau nggak ada artinya.

" Mama tinggalin bobo yah."

" Ndak Mama. Ayoooo, sini sini..." Tarik tangan mungil itu kearah karpet tempat ia bermain.

Aduh Taya mana paham kalau mamanya mau tidur. Yang ia tahu kalau main harus ditemani. Mama kan suka temani Taya.

Rasanya Baheera ingin membangunkan suaminya saja, tapi Byakta baru saja pulang jam 10 malam karena lembur di kantor.

" Main di kamar aja yuk. Ayooo sini mainannya di bawa."

Bocah itu tentu saja senang, mau main dimana saja Taya suka kok.

Dengan semangat Taya bolak-balik mengambil beberapa mainannya untuk dibawa ke kamar. Sedangkan Baheera merasa lega melihat kasur milik putranya. Rasanya mau merebahkan dirinya saja sekarang.

" Abang nggak loncat-loncat yah. Harus hati-hati. Okeee."

" Dikit aja boleh?" khas Taya sekali, merayu orang terdekatnya dengan wajah dan ekspresi yang menggemaskan. Tangannya sengaja membentuk gestur sedikit.

" Taya mau coklat hangat? Hmmmm enak deh. Nanti boleh minum banyak." Baheera segera mengalihkan topik. Bisa makin panjang sesi bermainnya Taya jika dibiarkan untuk meloncat-loncat kasur miliknya.

" Mauuuu, ayo Mama." ajaknya antusias. Ia sampai menarik Mamanya penuh semangat menuju dapur.

Taya suka bantu mama buat coklat. Taya kasi tuang-tuang, lalu aduk.

" Taya tuang-tuang yah Mama."

" Boleh dong, nanti Taya yang buat yah."

" Wah, Taya kelen. Hmmmm bikin coklat coklat sendili. Pintal kan Mama." narsisnya bangga.

Mungkin Taya belajar dari orangtuanya, mama sama ayahnya suka bilang Taya pintar, baik, terus ganteng, gendut juga, suka memujinya jika ia bersikap baik dan nice.

Pokoknya Taya anak baik, jadi suka di puji.

" Ayo sini duduk." Baheera segera mengambil bahan di rak dapur. Sengaja menaruhnya di depan bocah itu, membiarkan putranya berkesperimen.

Berharap setelah mimun ini nanti ia akan kenyang lalu tertidur.

" Mama buka." tangan mungil itu kesusahan membuka tutup toples kaca berisi coklat bubuk dan gula.

Baheera hanya memperhatikan putranya gemas. Taya terlihat serius sekali menyendokkan coklat bubuk dan gula ke dalam gelas miliknya dan milik mamanya.

" Mama tuangin air panasnya yah. Hati-hati pegangnya yah."

Baheera menuangkan air panas ke dalam gelas minuman mereka agar mudah larut, lalu nanti ditambhakn air dengan  suhu normal agar Taya bisa meminumnya segera.

" Sini sini, sini sama Taya. Taya aja Mama." Taya tidak sabar untuk segera mengaduknya, mengabaikan ucapan mamanya untuk hati-hati karena gelas panas.

" Iya, ini Taya yang aduk. Hati-hati yah."

" Waahhh, wahhh, wahhh.." entah apa yang harus dikagumi dari kegiatan mengaduk ini, tapi Taya selalu menaruh minat lebih terhadap kegiatan seperti ini. Antusiasme tinggi sekali.

Baheera terkekeh geli melihat kelakuan putranya itu. Lucu nan menggemaskan.

" Oke, minum yah. Mama rapikan toples dulu. Sudah tidak panas kan?"

Baheera memastikan suhunya coklatnya  sudah dapat di konsumsi dan membiarkan putranya antusias menghabiskan coklatnya.

Sedangkan Taya sudah mulai meminumnya dengan tidak sabaran. Tentu saja ia suka rasanya.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang