Part 42

7.5K 586 18
                                    

Baheera memberitahu Taya kalau ia akan menginap di rumah kasan nesannya di Depok beberapa hari. Tanpa orangtuanya.

" Nanti pergi mancing yah sama Kasan." Baheera ingat ayah mertuanya menjanjikan itu agar cucu mau menginap di Depok beberapa waktu.

" Mama ndak ikut Taya ke sana? Naik mobil?" tanyanya polos.

" Mama jaga Ayah dulu yah nak di rumah sakit. Ayah kan sakit, nggak bisa ikut. Nanti kalau Ayah sudah sembuh Mama sama Ayah jemput ke Depok. Paling lama 5 hari." Baheera terus memberi penjelasan ke Taya.

Walaupun ia yakin akan menangis dan menanyakan orangtuanya tetapi Baheera sudah memberi penjelasan terlebih dahulu.

Intinya yang ia terapkan ke Taya adalah jujur menjelaskan situasinya. Kenapa anak kecil tidak di perbolehkan berada di rumah sakit.

" Lima hali belapa lama?" walaupun Taya sudah pintar berhitung tapi ia belum paham mengenai pergantian hari.

" Nggak lama, segini kok" Baheera menunjukkan angka lima dengan jarinya " nanti Mama sama Ayah video call Abang setiap hari yah."

" Jemput cepat?" tanyanya lagi, sepertinya bocah gembul ini tak rela tapi kata mamanya anak kecil tidak boleh menginap di rumah sakit.

Nanti ikut sakit. Taya nggak suka sakit. Soalnya kalau makan nanti nggak enak.

" Iya, lima hari. Paling lama itu. Abang nurut yah sama Kasan sama Necan. Nurut juga sama Anteu Balqis."

" Oke Mama."

" Jangan nangis yah cari Mama sama Ayah."

" Ndak nangis kok." Taya cemberut, mana pernah ia nangis. Menurutnya ia nggak cengeng tuh.

" Iya..."

Baheera merasa berat melepas putranya menginap di rumah mertuanya seorang diri, namun ia tidak mungkin membiarkan Taya ikut menginap di rumah sakit.

Byakta sedang kena diare akut, harus di rawat karena kehilangan banyak cairan.

Baheera bersyukur mertuanya mau manjaga cucunya untuk sementara waktu. Jadi ia bisa fokus merawat suaminya di rumah sakit nanti.

" Itu suara mobil siapa tuh? Abang dengar?"

" Kasan..... Necaaan......" teriaknya begitu mendengar suara mobil di depan rumahnya.

Taya meninggalkan mamanya karena antusias menyambut nenek kakeknya.

" Wah Abang sudah siap?"

Nenek kakek itu antusias melihat cucunya begitu masuk ke rumah. Sambutan yang selalu sama yang membuat hati mereka bahagia.

Begitu melihat kakeknya ia langsung mengulurkan tangannya meminta di gendong.

" Mama Papa dari RS langsung ke sini?"

" Iya nih, jemput Taya. Taya mau nginap di Depok nih. Wah main sepeda yuk besok. Pergi mancing sama Kasan juga."

" Mama bawa sepeda." begitu dengar bermain sepeda bocah gembul ingin membawa sepedanya juga.

" Disana ada kok, tanya sama Necan. Ada kan yah Necan?"

" Necan ada sepeda di lumah?" Taya bertanya dengan binar yang menggemaskan.

" Ada, kan sepeda Abang."

" Yaiiii, nanti main sepeda yah Kasan. Ayooo belangkat...." Taya menarik tangan kakeknya semangat.

" Berangkatnya sebentar lagi yah, Kasan sama Necan baru sampai. Istirahat dulu. Belum maam juga."

" Ayoo maam. Mama masak enak." Taya semangat sekali. Menarik nenek kakeknya menuju meja makan.

" Taya sudah maam belum?"

" Sudah Necan. Taya maam banyak kok. Maam pisang sama loti. Iya kan Mama?"

" Tapi Kasan belum maam nih. Mau lomba maam nggak? Siapa yang maam banyak nanti menang yah."

Ini adalah salah satu taktik membujuk Taya untuk makan.

" Mama maam. Taya mau lomba." ujarnya antusias.

Jiwa kompetitifnya berkobar.

Orang dewasa di berada di sana terkekeh senang melihat antusias Taya.

Hiburan di kala duka dan kala lelah. Keceriaan anak kecil yang menghangatkan jiwa.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang